Suara Pembaca

Martin Odegaard, Pemain Berbakat atau Hanya Alat Bisnis?

Januari 2015, seorang pemuda 16 tahun bernama Martin Odegaard membuat gaduh dunia sepak bola setelah ia menerima tawaran dari klub bertabur bintang, Real Madrid.

Didatangkan dari Strømsgodset dengan mahar sekitar 4 juta euro, ia diharapkan mampu menjadi bintang di masa depan, namun ia justru gagal memenuhi ekspektasi yang diharapkan publik Bernabeu padanya.

Martin Odegaard lahir di Drammen, Norwegia, pada 17 Desember 1998. Mengawali karir di klub Norwegia, Stromsgodset, di tahun 2014, ia hanya bermain satu musim di sana dengan catatan 25 penampilan serta menorehkan 5 gol dan 6 asis. 

Selain catatan apik di level klub, Odegaard juga menorehkan tinta emas di timnas Norwegia. Odegaard membuat debut internasional melawan Uni Emirat Arab pada tanggal 27 Agustus 2014, menjadi debutan termuda untuk tim senior pada usia 15 tahun 253 hari. Kemudian pada tanggal 13 Oktober 2014, ia menjadi pemain termuda yang tampil dalam kualifikasi untuk kejuaraan Eropa UEFA

Catatan impresif itulah yang membuatnya dilirik oleh banyak klub besar Eropa mulai dari Arsenal, Liverpool, Bayern Muenchen, Manchester United, hingga Real Madrid. Namun pada akhirnya ia menjatuhkan pilihan pada Real Madrid, meskipun saat itu ia sempat menerima undangan trial di Bayern dan MU.

Baca juga: Martin Odegaard Mencari Rumah Baru

Jaminan bermain di tim utama serta kesempatan berlatih dengan banyak pemain bintang menjadi alasan dirinya lebih memilih Real Madrid saat itu.

Namun nasib berkata lain, di musim pertamanya bersama Los Blancos, Odegaard hanya bermain dalam satu pertandingan, itupun hanya sebagai pemain pengganti di pertandingan terakhir musim 2014/2015. Ia masuk menggantikan Cristiano Ronaldo di menit 58. Di musim itu, Odegaard lebih banyak menghabiskan waktu di tim Real Madrid Castilla, dengan bermain sebanyak 11 laga dengan hanya mengumpulkan 1 gol serta 1 asis.

Di musim berikutnya, musim 2015/2016, nasib Odegaard tidak banyak berubah. Ia bahkan tidak sekalipun bermain di tim utama Real Madrid, satu musim penuh ia habiskan untuk bermain di Real Madrid Castilla. Di sana ia mencatatkan 38 pertandingan dengan hanya mencatatkan 1 gol dan 7 asis. Potensinya mulai dipertanyakan publik Bernabeu saat itu.

Selanjutnya, pada musim 2016/2017 ia hanya bermain sekali di ajang Copa del Rey bersama tim utama Real Madrid, dan sisanya ia habiskan kembali bersama tim Castilla dalam 13 pertandingan degnan catatan 3 gol.

Hingga akhirnya, pada tengah musim ia memutuskan untuk pindah dengan status pinjaman, berharap mendapat menit bermain lebih di tim utama. Pilihannya saat itu jatuh pada klub liga Belanda, SC Heerenveen, dengan kesepakatan pinjaman selama 1,5 musim.

Baca juga: Estadi Johan Cruyff: Bukti Harumnya Nama Sang Legenda Belanda di Barcelona

Berharap mendapatkan angin kedua di Heerenveen, nyatanya Odegaard kembali gagal memenuhi ekspektasi yang dibebankan kepadanya. Selama satu setengah musim di sana, ia bermain dalam 43 pertandingan dengan hanya mencatatkan 3 gol dan 5 asis. Perubahan posisi dari winger kanan menjadi gelandang serang menjadi salah satu faktor menurunnya permainan seorang Odegaard.

Dilansir dari AS, sejak Odegaard resmi dipinjamkan Real Madrid ke klub Eredivisie itu, ada salah satu stasiun televisi di Norwegia yang membeli hak siar pertandingan Heerenven agar masyarakat Norwegia dapat menikmati aksi-aksi calon pemain masa depan mereka.

Namun karena penampilan buruknya, media tersebut memutuskan berhenti menayangkan pertandingan Heerenveen. Bahkan salah satu media olahraga di Norwegia, VG Sporten, mengatakan saat pindah ke Real Madrid, Odegaard dirasa belum cukup siap untuk selalu diturunkan sebagai pemain inti.

“Tahun pertamanya di sepak bola profesional ia sudah menunjukkan kalau bisa menjadi pemain top, tapi di lain sisi juga terlihat kelemahan terbesarnya. Ia masih jauh dari kata matang, karena di posisinya ia harus bisa membuat gol atau asis. Martin (Odegaard) memiliki talenta untuk jadi pemain berkualitas, tapi kami ragu kalau ia bisa jadi pemain kunci di Real Madrid nantinya,” tutur VG Sporten lewat salah satu jurnalisnya, Arilas Ould-Saada.

Baca juga: Menanti Babak Baru Karier Ezra Walian di Thailand

Bukan hanya dari media, kritik juga datang dari pelatih yang mendatangkannya ke Real Madrid, Carlo Ancelotti. Dalam bukunya, “Quiet Leadership: Winning Hearts, Minds and Matches”, pelatih yang mengantarkan Real Madrid memenangi La Decima tersebut mengatakan bahwa penandatanganan Odegaard adalah sebagai upaya Real Madrid untuk menjangkau pasar di Norwegia. Ia bahkan tidak meminta pihak klub untuk mendatangkan pemain tersebut.

“Ketika Florentino membeli pemain sepak bola asal Norwegia itu, anda hanya harus menerimanya,” tulis Ancelotti. “Selain itu, presiden telah memutuskan bahwa Odegaard akan bermain sebanyak tiga pertandingan bersama tim utama sebagai kepentingan public relation (humas) klub.”

Dengan kemampuan yang dimiliki Odegaard, Ancelotti sebetulnya sangat yakin jika sang pemain memiliki peluang menjadi pemain bintang suatu saat nanti. Namun, Ancelotti menyebut Odegaard berada di luar rencananya bersama tim utama.

Sadar bahwa Odegaard masih bisa berkembang (dan mungkin masih menjual dari segi bisnis), Real Madrid memutuskan kembali “menyekolahkan” Odegaard, kali ini ia dikirim kembali ke Belanda, yakni ke klub Vittese.

Saat dipinjamkan ke Vittese, banyak pihak yang tidak lagi berekspektasi ke dirinya, bahkan namanya perlahan mulai dilupakan oleh Madridista. Apa lagi setelah kedatangan Marco Asensio dan Vinicius Jr. yang mulai mengambil tempat Odegaard sebagai wonderkid baru Real Madrid.

Baca juga: Marco Asensio, Aset Berharga Real Madrid yang Nyaris Bergabung dengan Barcelona

Namun, dengan minimnya pemberitaan serta rendahnya ekspektasi publik, justru membuat dirinya perlahan menemukan kembali sentuhannya. Selama di Vittese, Odegaard bermain dalam 39 pertandingan dan mencatatkan 11 gol serta 12 asis. Ia bahkan terpilih untuk masuk starting eleven terbaik Eredivisie musim 2018/2019.

Setelah musim sensasionalnya tersebut, Odegaard kembali ke Real Madrid dengan harapan tinggi. Namun, banyak pihak masih belum yakin dengan Odegaard, ditambah dengan kedatangan Hazard dan Jovic yang akan membuat kesempatan bermainnya dirasa akan sangat minim. 

Melihat situasi Odegaard di Real Madrid, banyak tim yang menginginkan jasanya. Namun, Madrid tidak ingin melepas aset berharganya begitu saja. El Real hanya akan melepas Odegaard sebagai pemain pinjaman tanpa opsi pembelian di akhir masa peminjaman.

Banyak klub yang menunjukkan ketertarikan mulai dari Bayer Leverkusen, Real Sociedad, hingga Ajax. Namun, pada akhirnya, pilihan jatuh ke Real Sociedad. Real Madrid berharap dengan dipinjamkannya Odegaard ke sesama klub LaLiga, ia mampu beradaptasi dengan iklim kompetisi Spanyol sebelum bermain reguler untuk tim inti Los Merengues

Layak ditunggu bagaimana kariernya di Real Sociedad musim ini. Dan kini, pertanyaan besar ada di pundak Odegaard, inilah saatnya ia membuktikan, apakah ia didatangkan Real Madrid karena bakatnya atau hanya sebagai alat bisnis semata.

 

*Penulis adalah seorang Madridista yang sedang menjalani masa kuliah di Teknik Elektro, Universitas Negeri Surabaya. Bisa ditemui di akun Twitter @Rijalf19.