Lapangan Blok S, Jakarta Selatan, mulai ramai sejak pagi. Bukan oleh mereka yang hendak berolahraga, tapi karena tempat ini dipilih sebagai lokasi penukaran tiket pertandingan yang sebenarnya akan berlangsung di tempat berbeda.
Di banyak lokasi lain, kelompok-kelompok kecil mulai berkumpul. Dari titik kumpul mereka hendak melakukan perjalanan bersama dengan satu tujuan, Stadion Utama Gelora Bung Karno. Rabu sore (10/7) SUGBK akan menggelar hajatan besar. Setelah lima tahun lamanya, Persija Jakarta dan Persib Bandung akhirnya kembali bertemu di stadion termegah di Indonesia ini.
Tahun-tahun sebelumnya pertemuan kedua klub harus dilangsungkan di luar GBK. Baik di Jakarta maupun luar kota.
Persija memang cukup kesulitan menjamu tamu dari kota tetangga ini. Berbagai alasan dikemukakan, yang paling sering dijadikan kambing hitam tentu saja faktor keamanan. Rivalitas panas kedua suporter dianggap terlalu riskan untuk ibu kota. Kekhawatiran-kekhawatiran semisal bentrok suporter, hingga jatuhnya korban jiwa seolah menjadi hantu tersendiri. Belum lagi kenyamanan dan keselamatan tim yang harus benar-benar terjamin.
Sudah beberapa kali memang faktor kenyamanan dan keselamatan tim menjadi sorotan. Bahkan tak jarang pertandingan urung berjalan karena tim tamu merasa terganggu. Dari mulai lapangan yang dipenuhi suporter tuan rumah, hingga penyerangan bus pengangkut pemain pernah terjadi.
Oleh karena itu, pertandingan Rabu sore akan benar-benar menjadi jawaban untuk membantah semua kekhawatiran.
Seperti pertandingan-pertandingan lainnya, beberapa jam jelang sepak mula GBK mulai diserbu dari segala arah, tapi semua berjalan normal-normal saja. Walau dibilang ini pertandingan panas bahkan harus dikawal 12.400 personil pengamanan, namun terlihat tidak ada yang luar biasa.
Semua masuk stadion seperti biasa, pemeriksaan berjalan seperti biasa, hanya jumlahnya mereka yang hadir saja yang nampak luar biasa.
Tepat pukul 15.30 WIB sepak mula dimulai. Di hadapan 70.136 suporter yang memenuhi tribun, pertadingan di atas lapangan berlangsung seru. Kedua tim sama-sama berusaha mengejar tiga poin kemenangan. Secara teknis pertandingan ini memang tidak berbeda dari pertandingan lain.
Siapapun yang menang akan tetap mendapat poin tiga, tapi rasanya kemenangan di pertandingan kali ini bernilai lebih bagi kedua tim. Lagi-lagi karena cerita-cerita yang menyertai.
Dari pertandingan, Persija Jakarta berhasil unggul lebih dulu di pertengahan babak kedua. Sundulan Marko Simic menggetarkan gawang I Made Wirawan dan mengubah keadaan menjadi 1-0. Sayangnya kemenangan di depan mata pupus usai Arthur Gevorkyan menyamakan kedudukan di masa waktu tambahan.
Pertandingan berjalan baik. Kepemimpinan wasit cupup baik. Tidak ada insiden-insiden berlebihan dari kedua tim yang saling berhadapan. Meski Deden Natshir mengalami cedera parah dan harus dilarikan ke rumah sakit, namun tidak ada kesengajaan di sana.
Dari balik pagar tribun pun semua berjalan baik. Suporter tuan rumah fokus bernyanyi selama 90 menit pertandingan untuk mendukung tim kebanggaannya. Tidak ada hal-hal yang menganggu pertandingan. Tidak ada nyanyian rasis, tidak ada teror secara langsung pada pemain lawan.
Memang di beberapa sisi terjadi sedikit ketegangan. Suporter tamu yang dilarang hadir masih saja kedapatan nekat menyusup demi menyaksikan pertandingan. Menariknya, alih-alih memberi pelajaran, suporter tuan rumah memilih mengamankan. Lagi-lagi untuk sebuah jawaban, bahwa mereka suporter yang dewasa.
Pun dengan beberapa panel pembatas tribun yang roboh. Bukan karena suporter berniat menerobos dan memasuki lapangan pertandingan, hanya saja rasanya panel-panel itu tidak lagi mampu membendung antusias dan energi suporter yang luar biasa.
“Anda bisa bayangkan kapasitas stadion terbatas, sedangkan jumlah stadion penuh. Ada sekitar 77 ribu orang yang menyaksikan pertandingan itu di stadion. Ketika gol, pagar tidak sengaja roboh. Kalau penonton sengaja merusak fasilitas, pasti mereka juga turun ke lapangan, tapi ini kan tidak. Pertandingan juga berjalan aman sampai selesai.” ujar Diky Sumarsono, Sekum Jakmania, dikutip dari Sindomews.com.
Nyatanya hingga pertandingan selesai memang tidak terjadi kejadian fatal yang selama ini ditakutkan.
Kapten Persib Bandung, Supardi Nasir, memberikan komentarnya uasi laga. Menurutnya tidak ada yang perlu ditakutkan karena suporter tuan rumah memang tidak masalah dengan pemain.
“Sebetulnya tidak ada yang kami takutkan. The Jak mereka itu baik kok. Selama di sini pengamanan bagus dan saya katakan The Jak sama pemain sebenarnya nggak ada masalah. Kita buktinya keluar juga nggak ada yang ganggu, aman-aman saja.”
Supardi juga menceritakan pengalaman ketika final Piala Presiden 2015 lalu. Ia mengaku aman-aman saja ketika ia dan rekan-rekan pemain Persib berjalan dari Hotel Fairmont ke masjid kawasan Senayan. Banyak yang tahu mereka pemain Persib dan tetap respek bahkan berfoto bersama. Menurutnya, mungkin yang terdapat masalah adalah sesama suporter.
“Mungkin sesama suporter, mungkin. Kalau kita sama The Jak tidak ada masalah. Di lapangan kalian lihat sendiri, kita respek sama senior kita, kita bermain bola, tidak ada hal yang harus kita takutan.”
Untuk itu, di akhir sesi jumpa media, pemain yang akrap disapa Bang Haji Supardi ini, tidak lupa menyampaikan pesan untuk kedua pihak suporter. Baik itu suporter Persija Jakarta maupun suporter Persib Bandung.
“Pesan saya untuk suporter dan khusus untuk The Jak dan Bobotoh, bersatulah kalian demi bangsa, kita semua Indonesia.”
Nyatanya publik sepak bola Jakarta sudah benar-benar menjawab dengan pertandingan Rabu sore. Tidak ada bentrokan, tidak ada korban, bahkan tim tamu nyaman bermain di sarang Macan Kemayoran.
Rasanya semua stigma buruk yang selalu menghantui pertemuan Persija Jakarta dan Persib Bandung telah terpatahkan. Dan rasanya, bukan tidak mungkin di waktu jauh ke depan, kedua suporter dapat berada dalam satu stadion yang sama, untuk berdampingan menyaksikan pertandingan dengan nyaman.