Siapa sangka, stadion kecil yang bersebelahan dengan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) merupakan stadion dengan standar internasional. Stadion Madya yang sebelumnya terkesan jarang dipergunakan, untuk pertama kalinya menggelar pertandingan Liga 1 pada Kamis sore (4/7). Bhayangkara FC dan PS TIRA-Persikabo menjadi dua tim pertama yang bertanding di stadion ini.
Meski jauh lebih kecil dari tetangganya, SUGBK, stadion ini tidak kalah dari segi kualitas. Ketika memasuki kawasan stadion semua akan disambut pohon-pohon besar khas hutan kota komplek Senayan. Suasana yang tentu saja memberi kesan nyaman.
Melihat lebih dekat, stadion ini terliat sangat modern dan minimalis. Pilar-pilar kotak dengan pintu-pintu besi menghiasi sepanjang bagian luar stadion. Dengan warna putih yang dipilih sebagai warna seluruh stadion memberi kesan bersih, dan nyatanya kebersihan stadion memang sangat terjaga.
Baca juga: Bhayangkara FC, Penghuni Baru Senayan
Dari mulai kantor pengelola, toilet, hingga ruang media berjajar rapi di kolong tribun yang memanjang di sisi barat stadion, sedangkan ruang ganti pemain berada di sisi seberang. Berbeda dengan kebanyakan stadion lain, pemain akan keluar dari ruang ganti dan memasuki lapangan dari sisi timur, yang membuatnya harus menyeberangi lapangan lebih dulu untuk menuju kursi cadangan.
Memasuki stadion, terdapat dua tribun saling berhadapan, tribun barat dan tribun timur sama-sama berwarna putih keseluruhan. Menariknya, meski terdapat lintasan lari, tribun dengan single seat ini terasa begitu dekat dengan lapangan. Memiliki tinggi yang sama dengan permukaan lapangan, kedua tribun hanya dibatasi pagar dengan ketinggian sekitar dua meter sebagai pembatas dengan lapangan pertandingan.
Kebersihan serta kursi single seat menjadikan tribun begitu nyaman untuk mereka yang datang. Mungkin yang kurang hanyalah tribun khusus media yang masih minim fasilitas. Tribun media masih menyatu dengan tribun umum. Tanpa meja, tanpa sumber listrik sebagai menunjang kerja awak media.
Untuk penerangan, Stadion Madya telah memiliki sistem penerangan 1000 lux dan membuatnya layak menggelar pertandingan di malam hari. Kemudian untuk lapangan, dari kejauhan terlihat sangat rata dengan rumput bagus sebagai alas pertandingan.
Pelatih PS TIRA-Persikabo mengakui hal yang sama. Baginya lapangan sangat bagus dan sangat layak menggelar pertandingan.
“Kalau kualitas lapangan, jujur ini lapangan sangat layak, bagus sekali,” ujar Rahmad Darmawan usai pertandingan.
Pun dengan pelatih Bhayangkara FC. Ia menilai semenjak official training lapangan sangat bagus, tapi ia harus memastikan kepada pemainnya yang benar-benar berada di lapangan. Flavio Beck Junior yang mendampinginya dalam jumpa media membenarkan apa yang dikatakan pelatihnya.
Dengan bahasa Indonesia terbata, ia berkata lapangan bagus. Sembari terbahak ia berucap so so di akhir sesi.
“Coach RD sempat ragu dengan posisi lampu yang dilihatnya terlalu pendek, tapi setelah lampu nyala semua it’s okay tidak ada masalah. Sampai dengan pertandingan berjalan terangnya lampu tidak jadi masalah,” kata RD.
Satu-satunya saran dari Rahmad Darmawan adalah ruang ganti yang dirasa harus dipersiapkan lebih baik lagi. Permasalahan ini sebenarnya menjadi kendala ketika Bhayangkara FC berniat berkandang di Stadion Madya. Namun menurut sang manajer, Sudarmaji, semua telah teratasi.
“Hanya mungkin soal changing room saja, ya namanya saya tidak tahu, mendadak kali ya. Mungkin itu satu syarat saja mungkin masuk di klasifikasi PT LIB. Itu hanya sekadar saran saja.”