Suara Pembaca

Menantikan Los Galacticos Jilid Ketiga

Mayoritas liga-liga top Eropa sudah menyudahi kompetisi musim 2018/2019.

Para suporter sudah bisa lega dan bebas merayakan kemenangan jika tim kesayangannya merengkuh gelar liga pada musim ini. Atau suporter tim-tim papan bawah juga boleh merayakan lolos dari maut degradasi dengan kemeriahan yang sama.

Bagi suporter tim papan tengah juga boleh merayakan ‘kemediokeran’ mereka yang tidak bisa merangsek papan atas tapi tidak usah repot-repot bergerumul di papan bawah.

Bagi Real Madrid, musim ini tidak bisa dirayakan sesuai ketiga kategori di atas. Mereka tidak menggondol juara (mayor) apapun. Mereka juga tidak bertarung untuk selamat dari jerat relegasi (karena sungguh memalukan kalau terjadi).

Selain itu, mereka juga tidak termasuk sebagai golongan tim medioker. Tidak ada kategori yang cocok untuk Real Madrid. Tapi kita semua sepakat, musim ini klub ibu kota Spanyol itu  berkawan dekat dan lekat dengan kekalahan dan kekecewaan.

Jika direkap secara singkat, maka setelah merengkuh titel juara Liga Champions yang ke-13, yang ada hanya serangkaian kegagalan yang tiada berkesudahan. Baik di liga domestik maupun kompetisi terakbar Eropa yang sudah tiga tahun berturut-turut mereka menangi.

Baca juga: Tentang Kegagalan Real Madrid Musim Ini

Los Blancos kembali bertengger di posisi ketiga LaLiga. Selisih 8 poin dengan rival sekota mereka, Atletico Madrid, dan berselisih 19 poin dengan sang jawara sekaligus seteru abadi, Barcelona. Selisih poin terbesar sepanjang sejarah rivalitas kedua klub tersukses di Spanyol itu.

Jika liga saja sudah berantakan, bagaimana dengan yang lain? Oh, tunggu dulu. Real Madrid sebenarnya sukses menjadi kampiun Piala Dunia Antarklub 2018. Namun beberapa bulan setelah mengangkat piala tersebut, mereka kembali gagal di Copa del Rey di kaki-kaki pemain Barcelona.

Pun tentu saja. yang paling diingat adalah tumbang secara dramatis nan memalukan oleh anak-anak muda dari Amsterdam. Real Madrid dipaksa turun dari takhta Eropa setelah ribuan hari berkuasa dengan cara paling menyakitkan.

Tapi akar dari menurunnya keperkasaan Real Madrid sudah terlihat jelas di akhir musim 2017/2018. Alasan utama jelas karena kehilangan pelatih yang membawa mereka juara Liga Champions tiga kali, Zinedine Zidane, dan mesin gol utama Cristiano Ronaldo. Kepergian mereka berdua sekaligus membuat Real Madrid bak mobil yang kehilangan bahan bakar prima dan pengemudi andalnya.

Baca juga: Sergio Reguilon, Suksesor Bek Kiri Legendaris di Real Madrid

Lalu dengan percaya diri manajemen mengganti mereka berdua dengan pengemudi-pengemudi pemula dan bahan bakar oplosan. Tentu saja tetap bisa berjalan, namun tidak bisa yang seperti biasa diharapkan dari sebuah klub sepak bola bernama Real Madrid.

Jalannya oleng, tanpa arah, lalu pada akhirnya keluar dari pembatas jalan dan terjun bebas masuk jurang. Biarpun berhasil diselamatkan Zidane yang kembali jadi supir, tapi semua sudah terlambat.

Belanja besar, demi prestasi dan reputasi

Ketika kembali untuk yang kedua kali, Zidane memang ingin merombak habis skuat yang ada sekarang. Dengan filosofi bermain yang selama ini ditanamkan dua pelatih sebelumnya, Lopetegui dan Solari, akan membuat skema Zidane tidak berjalan sempurna sekalipun skuat yang ada sekarang sebagian besar masih skuat yang dia latih dulu.

Maka, akan ada nama-nama yang ‘ditendang’, dan di saat yang sama, sang pelatih akan berburu nama-nama besar sebagai penggantinya.

Salah satu yang perlu diperbaiki adalah lini depan. Kehilangan Ronaldo benar-benar membuat Real Madrid hanya bergantung kepada Karim Benzema seorang. Padahal klub sudah mendatangkan Vinicius Junior dan Mariano Diaz. Tentu dengan harapan meneruskan tongkat estafet yang ditinggalkan sang pemain terbaik dunia lima kali itu.

Baca juga: Mariano Diaz dan 10 Pemain yang Dipulangkan Real Madrid

Sayangnya harapan tersebut tidak terjawab. Setidaknya untuk Mariano saja, karena paling tidak dari semua penampilan, Vinicius mencatatkan 7 gol dan 14 asis. Berbanding terbalik dengan Mariano yang memakai nomor 7 warisan Ronaldo lalu hanya mencetak tiga gol dari semua penampilan musim ini.

Oleh karena itulah, beberapa nama penyerang sedang diisukan akan mendarat di Santiago Bernabeu. Nama terdekat yang akan merapat adalah Luka Jovic, penyerang muda dari Eintracht Frankfurt.

Penyerang muda berbakat ini disebut-sebut sudah meneken kontrak dan tinggal diperkenalkan sebagai pemain baru. Dengan usianya yang masih muda, diharapkan bintang muda asal Serbia ini bisa menggantikan Benzema yang sudah menua.

Pemain selanjutnya adalah Eden Hazard. Kita semua sudah tahu kalau kapten tim nasional Belgia ini sudah berulang kali mengirim ‘kode” kepada Real Madrid hampir tiap bursa transfer dibuka sejak empat tahun belakangan.

Dengan butuhnya sosok pemimpin dan mesin gol seperti Ronaldo, Hazard jelas bisa memikul beban itu. Di saat yang bersamaan, Chelsea juga sudah dapat penggantinya dalam diri Christian Pulisic yang didatangkan dari Borussia Dortmund.

Baca juga: Kapan Waktu Hengkang yang Tepat untuk Eden Hazard?

Nama terakhir dan sedikit mengejutkan adalah Kylian Mbappe. Rumor-rumor liar memang sering mengatakan kalau sang pemain muda terbaik sedunia itu ingin merapat ke Madrid. Namun dalam pidatonya ketika acara penghargaan pemain terbaik Liga Prancis sedikit ‘menggelitik’ siapapun yang ingin mendatangkan Mbappe.

Singkatnya, Mbappe ingin mendapatkan ‘tanggung jawab’ yang lebih besar, baik dengan PSG atau dengan klub lain. Bisa jadi ‘kode’ tersebut membuat Real Madrid serius turun gunung dan berebut mendapatkan tanda tangannya.

Untuk di lini tengah, nama Cristian Eriksen dan Paul Pogba juga sedang diincar. Performa lini tengah Real Madrid juga menjadi sorotan. Rotasi yang dilakukan di awal musim oleh Julen Lopetegui dan penurunan performan dari gelandang kunci menjadi akar masalah dari lini tengah. Kedua nama tadi diharapkan akan merestorasi lini tengah Madrid.

Di lain sisi, isu beberapa nama akan meninggalkan Madrid. Termasuk sang pemain termahal dunia pada 2013, Gareth Bale. Ia memang mengalami pasang surut berkarier di Real Madrid. Seolah melupakan beberapa jasa pentingnya, termasuk gol di final Liga Champions musim lalu, suporter Madrid memang sudah menginginkan dia untuk keluar dari klub. Sebaliknya, Bale menolak dan memilih bertahan sekaligus rela tidak dimainkan asal gajinya masih lancar.

Baca juga: Gareth Bale, Pemain yang Terlahir untuk Sukses di Laga Final

Segala proposal pembelian dari Zidane sudah barang pasti diterima oleh Florentino Perez. Dengan berbagai performa negatif sepanjang musim dan nihilnya rekrutan dengan nama besar, sedikit banyak akan mempengaruhi keuntungan klub lewat keuntungan siaran pertandingan, sponsor dan penjualan jersey.

Maka pembelian pemain-pemain top dan berharga mahal ini bukan hanya untuk menambal dan menambah kekuatan klub. Sekaligus juga menaikkan pamor klub yang sempat anjlok karena prestasi yang kian melorot.

Bukan tidak mungkin nama-nama yang disebutkan diatas akan menjadi kenyataan. Pada saat transfer tersebut menjadi nyata, maka Real Madrid sudah kembali membangun dinasti yang bertajuk Los Galacticos.

Dengan pemain-pemain yang sudah terjamin performanya dan mahal harganya, Los Galacticos jilid ketiga ini akan sekali lagi menggetarkan kancah sepak bola Spanyol dan Eropa, dan menyadarkan khalayak ramai bahwa Real Madrid masih salah satu klub raksasa Eropa yang maha perkasa.

 

*Penulis bisa dijumpai di akun Twitter @ihytkn16