Analisis

PSM Makassar Harus Berbenah di Piala AFC

Sehari sebelum laga fase grup ketiga Piala AFC melawan Kaya FC, bek Abdul Rahman Sulaiman mengunggah beberapa foto dan Instagram story seputar klub yang dibelanya, PSM Makassar. Salah satu story-nya menampilkan para komentator asing stasiun televisi luar negeri sedang membedah kekuatan PSM.

Yang dilakukan Rahman itu menunjukkan sisi lain dirinya. Selain sebagai bek andalan Juku Eja, ia tetaplah putra asli Sulawesi Selatan yang merasakan kebanggaan membuncah di dada. Meski absen dari kompetisi tingkat internasional selama lebih dari satu dekade, PSM akhirnya kembali menjadi buah bibir di ajang antarklub Asia.

Meskipun kali ini hanya tampil di Piala AFC, yaitu kompetisi kelas dua di Asia, para pendukung PSM pantas berbangga. Setelah penampilan singkat di Liga Champions Asia (LCA) tahun 2005, klub yang berbasis di Makassar ini tak pernah lagi tampil di ajang internasional resmi.

PSM Makassar pernah mengharumkan nama Indonesia di LCA 2000/2001. Saat itu, mereka tampil di babak delapan besar yang terbagi menjadi dua grup. Sayang, meskipun tampil sebagai tuan rumah, PSM yang diperkuat pemain-pemain bintang dari Bima Sakti hingga Kurniawan Dwi Yulianto hanya mampu menjadi juru kunci. Mereka kalah bersaing dengan Suwon Samsung Bluewings, Jubilo Iwata, dan Shandong Luneng.

Baca juga: Abdul Rahman Sulaiman, Sosok yang Membuat PSM Makassar Move On dari Hamka Hamzah

Di laga ketiga Piala AFC 2019 ini, PSM sempat terlihat akan menang dengan skor tipis 1-0, dengan ‘hanya’ melalui hadiah penalti yang dieksekusi dengan baik oleh Eero Markkanen. Penampilan Rahman dan kolega di laga tersebut jauh dari memuaskan.

Kesalahan-kesalahan mendasar sering terjadi dan beberapa pemain terlihat belum padu. Untungnya, penampilan gemilang penjaga gawang Rivky Mokodompit mampu menghindarkan dari kebobolan. Namun, itu semua hanya berlangsung selama 93 detik.

Sepak bola belum selesai jika wasit belum meniupkan peluit panjang, dan para pemain PSM seolah melupakan itu. Sebuah skema set piece apik para pemain Kaya FC diselesaikan Marwin Angeles. Tuan rumah kebobolan di detik-detik akhir pertandingan karena kehilangan konsentrasi dan cenderung merasa sudah menang! Skor akhir pun menjadi 1-1.

Gagalnya PSM membungkus tiga poin memang cukup disesali Darije Kalezic, pria asal Bosnia yang di awal tahun ini menggantikan Robert Rene Alberts sebagai pelatih kepala. Meski demikian, ia optimis akan mampu bangkit di sisa tiga laga akhir untuk lolos dari grup.

Namun, sepertinya sang pelatih butuh untuk mengevaluasi timnya demi mencapai tujuan tersebut.

Baca juga: Rivky Mokodompit, From Hero to Superhero bagi PSM Makassar

Dari tiga laga awal Grup H Piala AFC, PSM terlihat unggul materi di atas tiga pesaingnya. Namun, buruk dalam penyelesaian akhir dan lengah dalam mempertahankan keunggulan menjadi kelemahan mereka selama ini. PSM harus sadar bahwa sejarah panjang dan kebanggaan sebagai klub professional tertua di Indonesia saja tidak cukup.

Fokus bermain selama 90 menit penuh harus ditekankan pelatih Kalezic kepada anak-anak asuhnya. Zaman telah berganti, dan PSM tak bisa terus terjebak di masa lalu. Mereka harus kembali tampil sebagai suatu kesatuan tim yang solid agar dapat mengharumkan nama Indonesia di ajang antarklub Asia ini.