Suara Pembaca

Akar Dominasi Liga-Liga Eropa (Bagian 2)

Dominasi klub-klub tertentu tak hanya terjadi di empat liga terkuat Eropa, yaitu Spanyol, Italia, Jerman, dan Inggris. Di liga lain, pola dominasi pun ada. Selalu ada klub yang tampil mendominasi daftar juara liga dengan sesekali selingan dari klub lain dalam daftar juara.

Umumnya dengan pola dominasi diisi dua sampai tiga klub utama pada sebuah liga. Terkadang ada klub lain yang melesat menjadi juara sebuah musim. Akan tetapi hal itu umumnya hanya sesaat karena persaingan kembali tergeser pada musim-musim berikutnya oleh klub-klub yang secara tradisional langganan juara.

Jatah tiga wakil di Liga Champions: Prancis dan Rusia

UEFA Country Coeficients menempatkan Liga Prancis dan Liga Rusia sebagai liga terkuat berikutnya di Eropa. Jatah tiga wakil milik kedua liga tersebut menjadi penanda pengakuan UEFA atas kiprah klub-klub kedua liga di kancah antarklub Eropa.

Di Ligue 1, akhir-akhir ini menjadi “Bundesliga” kedua dengan Paris Saint-Germain yang terlalu digdaya. Pada dekade sebelumnya ada Olympique Lyonnais yang tujuh kali juara beruntun, Namun Liga Prancis sama dinamis dengan Liga Inggris. Tercatat 34 klub pernah menjadi juara Ligue 1, baik era amatir dan era profesional. Khusus era profesional sejak musim 1932, 24 klub berhasil menjadi juara Liga Prancis.

PSG dan Lyon mendominasi dua dekade terakhir, namun Saint-Étienne menjadi juara terbanyak. Dibawahnya ada Olympique Marseille, AS Monaco, Nantes, PSG, Lyon, Bordeaux, dan Stade de Reims yang mengoleksi antar 6-9 gelar juara. Koleksi Saint-Étienne yang “hanya” 10 gelar dan sudah lama tidak juara, bisa saja rekor tersebut segera tersusul klub-klub lain.

Kemudian Liga Rusia mulai dihitung sejak Uni Sovyet bubar sekitar tahun 1991. Persaingan untuk perebutan juara Liga Rusia sejak itu didominasi CSKA Moskow, Lokomotiv Moskow, Zenit St. Petersburg, dan Spartak Moscow. CSKA dan Zenit bergantian meraih gelar juara kurun musim 2010 hingga musim 2015/2016 dengan masing-masing meraih 3 gelar. Rubin Kazan sempat mencuri perhatian dengan dua gelar juara beruntun akhir dekade 2000-an.

Sementara Spartak Moscow sebagai pemilik juara terbanyak Liga Rusia justru tertatih semenjak tahun ketiga awal milenium kedua. Spartak Moscow baru bisa meraih gelar pada musim 2016/2017. Berikutnya pada musim 2017/2018, berganti Lokomotiv Moskow baru pertama menjadi juara. Lalu di antara para juara itu, Spartak Vladikavkaz sempat sekali juara dekade pertama Liga Rusia.

Baca juga: Paris Saint-Germain: “Kau Goda Pemainku, Kubeli Pemainmu!”

Eredivisie

Jatah dua wakil di Liga Champions

Dominasi pakem tiga klub seperti di Liga Italia terjadi juga di Liga Portugal, Liga Belanda, Liga Turki dan Liga Yunani. Di tiga negara tersebut, klub lain seakan penggembira belaka. Bila kebetulan ada yang klub di luar “trio” yang menjadi juara, hal itu hanya pemicu “anggota trio” segera meraih ulang takhta juara.

Trio Benfica, FC Porto dan Sporting CP sangat mendominasi di Portugal. Hanya Boavista dan Belenenses mengganggu dominasi namun masing-masing hanya sekali juara. Di Eredivisie, De Grote Drie yang terdiri Ajax Amsterdam, Feyenoord Rotterdam, dan PSV Eindhoven begitu digdaya. AZ Alkmaar dan FC Twente yang sempat beruntun juara pada akhir dekade 2000-an pun tak sanggup konsisten menghalangi De Grote Drie ke tangga juara Liga Belanda.

Turki dan Yunani yang pernah berselisih mengenai Siprus pun serupa dalam dominasi. Tiga klub Turki yang semua bermarkas di Istanbul, Beşiktaş, Fenerbahçe dan Galatasaray, terlalu berjaya di Liga Turki. Sementara untuk Liga Yunani, persaingan seakan milik trio P.O.K. dari Athena; Panathinaikos, Olympiakos., and AEK Athens. Klub-klub lain yang mengganggu bahkan  merebut gelar dari para trio Turki dan Yunani itu umumnya tak lama mampu bersaing lebih konsisten.

Sedikit berbeda pada peta persaingan untuk Liga Austria, Liga Ukraina dan Liga Belgia, Liga Swiss, serta Denmark. Liga-liga tersebut lebih condong terpusat pada perseteruan dua klub utama dengan tetap menampilkan keberadaan para “pengganggu”. Bahkan ada “pengganggu” mendominasi langganan juara pada dekade terakhir.

Liga Austria lebih sering dikuasai duo Rapid Wien dan Austria Wien, namun Red Bull Salzburg belakangan berjaya di Liga Austria pada dekade ini. Liga Ukraina menjadi ajang persaingan dua besar juara-peringkat dua antara Shakhtar Donetsk dan Dynamo Kyiv, dengan Dnipro Dnipropetrovska dan Metalist Kharkiv sebagai pengganggu utama dekade ini.

Di Liga Belgia, Anderlecht dan Club Brugge menjadi klub paling sering juara liga dengan Standard Liège dan KRC Genk sesekali mengganggu persaingan. Grasshopper dan Basel menjadi dua klub dengan jumlah juara terbanyak di Liga Swiss, tapi Basel lebih sering juara semenjak milenium berjalan beberapa tahun. Servette, Zürich dan Young Boys menjadi pengganggu langganan juara. FC København dan Brøndby menjadi kekuatan utama Liga Denmark dua dekade ini, tetapi Kjøbenhavns Boldklub atau KB masih menjadi yang terbanyak dalam hal menjadi juara.

Baca juga: Selamat Datang di Benfica, Selamat Belanja!

Jatah satu wakil di Liga Champions: Skotlandia, Rumania, Serbia

Skotlandia, Rumania, Serbia meski hanya memiliki satu wakil Liga Champion. Namun di masa lalu, ketiga negara pernah menghasilkan juara Liga Champions. Sekilas presetasi yang sulit diulang ketika sukses menerobos dominasi liga-liga lain yan lebih mapan.

Skotlandia awalnya didominasi Glasgow Rangers dan Glasgow Celtic. Klub pengganggu dominasi terakhir adalah Aberdeen yang dilatih Sir Alex Ferguson sekitar era 1980-an. Kini Glasgow Celtic seperti menjadi kekuatan tunggal di Skotlandia karena Glasgow Rangers sempat limbung karena masalah finansial. Klub-klub lain tak ubahnya penggembira dalam Liga Skotlandia.

Rumania juga didominasi duo FCSB (dulu Steaua București) dan Dinamo București. Dekade ini sedikit memperihatkan perbedaan. Klub lain seperti CFR Cluj, Astra Giurgiu, Oțelul Galați sukses mematahkan dominasi FCSB  dan Dinamo di Liga Rumania. Cukup menarik meski kekuatan klub Rumania menurun di Eropa, namun persaingan domestik Liga Rumania justru bergeliat.

Serbia boleh dikatakan mewarisi klub-klub terkuat Yugoslavia. Crvena Zvezda (Red Star Belgrade) dan Partizan mendominasi Liga Serbia sebelum, selama dan sesudah keberadaan Liga Yugoslavia. Keduanya tak henti bergantian mengisi daftar juara Liga Serbia. Empat klub Serbia lain yang juga pernah juara terlampau jauh dalam hal koleksi jumlah gelar yang dimiliki. Crvena Zvezda dan Partizan tetap mendominasi bahkan hingga sekaligus mengambil tempat kedua.

Baca juga: Cahaya Si Bintang Merah di Langit Eropa

Kesimpulan

Dominasi berbagai klub pada liga-liga utama Eropa diatas sangat umum terjadi. Nama juara di akhir musim hanya berputar di antara para langganan juara. Kejutan bukan berarti tidak ada tapi umumnya hanya sebentar. Cepat atau lambat kekuatan lama akan segera kembali bersaing untuk gelar juara.

Kini kekuatan uang bisa menjadi faktor penting dan tercepat untuk mendobrak kekuatan lama sebuah liga. Hal yang seperti terjadi pada Chelsea dan Manchester City (yang lama tidak juara) di Inggris, Paris Saint-Germain (sebelum dominan) di Prancis, dan Red Bull Salzburg di Austria.

Uang tentu saja bukan yang utama. Ada banyak faktor lain untuk menggeser dominasi yang ada. Hal itu seperti yang terjadi pada Anzhi Makhachkala di Rusia, Everton di Inggris, dan RB Leipzig di Jerman. Uang yang mereka dapatkan tak terlihat dalam peta persaingan juara liga masing-masing.

Bahkan duo AC Milan dan Internazionale yang termasuk klub besar Italia dengan pemilik baru saja belum berhasil menggeser dominasi Juventus pada dekade ini.