Suara Pembaca

Akar Dominasi Liga-Liga Eropa (Bagian 1)

Dalam berbagai liga sepak bola, selalu ada klub-klub yang tampil mendominasi. Dominasi klub-klub tertentu terjadi pada liga-liga terkuat Eropa (menurut UEFA Country Coefficients) maupun liga-liga lain di bawah yang bernaung pada UEFA.

Gelar juara di akhir musim sering kali umumnya menjadi ajang giliran di antara klub-klub besar. Kehadiran juara baru hanya menjadi selingan sesaat. Pada musim berikutnya, persaingan lebih sering kembali ke keadaan status quo. Pola dominasi disini hanya melihat daftar juara masing-masing liga tanpa mendetil melihat persaingan per musim.

Pemilihan liga terkuat di sini mengacu pada tabel UEFA Country Coeficients. Tabel ini merupakan pemeringkatan oleh UEFA untuk menunjukkan penampilan klub-klub di turnamen antarklub Eropa. Semakin bagus kiprah klub sebuah negara di turnamen antarklub Eropa, maka nilai koefisien liganya akan bertambah.

Hal itu akan berdampak pada jumlah jumlah perwakilan liga domestik untuk berlaga di turnamen antarklub Eropa. Jatah normal terbanyak yang bisa diberikan kepada sebuah liga untuk berlaga ke Liga Champions maupun Liga Europa.

Keberadaan UEFA Country Coeficients boleh dikatakan pengakuan UEFA kepada liga domestik terkuat. Musim 2018/2019 ini, Spanyol, Italia, Jerman, dan Inggris berhak mendapatkan empat jatah ke Liga Champions. Persaingan juara di keempat liga teresebut tak banyak berubah dari tahun ke tahun.

Kebetulan pula keempat liga tersebut menghasilkan pemenang terbanyak pada ajang Liga Champions. Spanyol mendapat 18 gelar dari dua klub. Italia sukses dengan 12 gelar dari 3 klub. Jerman 7 gelar dari 3 klub. Inggris serupa Italia dengan 12 gelar namun didapat dari 5 klub.

Baca juga: Para Alumnus Liga Champions di Liga Indonesia

Liga Spanyol: LaLiga

Persaingan juara LaLiga didominasi duo rival El Clasico, Barcelona dan Real Madrid. Selingan dari Atletico Madrid pun baru semusim terjadi di dekade ini. Barcelona mendominasi gelar juara pada musim 2010/2011, 2012/2013, 2014/2015, 2015/2016, dan musim 2017/2018. Real Madrid menguasai panggung musim 2011/2012 dan 2016/2017. Sementara Atletico Madrid memotong sementara dominasi keduanya pada musim 2013/2014.

Secara tradisional, memang ketiga klub itu yang mendominasi Liga Spanyol. Bahkan sejak pertama bergulir pada musim 1929, hanya ada tambahan 6 klub lain diluar ketiga klub diatas yang bisa menjadi juara Liga Spanyol. Tiga diantara enam klub itu pun baru sekali juara, yang didapat pada waktu cukup lama.

Kedigdayaan Barcelona dan Real Madrid sepertinya masih akan terus berlanjut. Atletico Madrid perlu lebih konsisten menghadapi keduanya meraih juara. Sementara juga klub lain macam Sevilla, Valencia, Espanyol, Deportivo La Coruna, dan Villareal yang juga pernah juara LaLiga, butuh perjuangan ekstra untuk sekadar mendekati kekuatan Barcelona dan Real Madrid bahkan ditambah Atletico Madrid kini.

Baca juga: Dua Sudut Pandang Menyoal LaLiga di Amerika

Serie A juga menyuguhkan rivalitas

Liga Italia: Serie A

Italia menghadirkan trio Juventus, AC Milan, serta Internazionale yang menjadi pemilik Scudetto atau juara Serie A terbanyak. Ketiganya sekaligus juga berhak menambah satu bintang per sepuluh Scudetto yang diraih. Milan mengawali dekade ini dengan juara pada musim 2010/2011. Namun berikutnya, Juventus mendominasi dekade kedua tahun 2000 dengan rekor Scudetto beruntun pada musim 2011/2012, sampai 2017/2018. Sementara Internazionale belum mendapat giliran pada dekade ini setelah menjadi juara pada dekade 2000-an awal.

Total semenjak musim pertama Serie A pada tahun 1929/1930, terdapat 14 klub yang bisa meraih Scudetto Serie A dan kejuaraan pramusim Serie A. Tambahan dua klub yang diakui sebagai juara juara Italia era sebelum Serie A namun belum lagi menambah sesudah Serie A dimulai.

Juventus khususnya, bersama AC Milan serta Internazionale pun nampak akan bergantian menguasai Serie A ke depan. Klub lain yang berlaga di Serie A musim 2018/2019 macam AS Roma, Lazio, Fiorentina, Cagliari, Napoli, Bologna, Genoa, Sampdoria, hingga Torino, sepertinya butuh waktu lama mendobrak dominasi ketiganya. Utamanya dalam hal menambah jumlah gelar juara yang pernah didapat masing-masing klub itu.

Baca juga: Bandana dan Romansa Kejayaan Serie A

Liga Jerman: Bundesliga

Sementara itu Bundesliga di Jerman yang barangkali nyaris tak menghadirkan pesaing konsisten untuk Bayern München. Borussia Dortmund mengambil dua titel juara awal dekade 2010-an pada musim 2011/2012 dan 2012/2013. Selebihnya, Bayern München digdaya pada musim 2013/2014 sampai 2017/2018.

Jerman sendiri pernah terpecah menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur. Sekitar 40 klub berbeda diakui menjadi juara Jerman, baik pada kompetisi di Jerman Barat dan Jerman Timur serta kompetesi sebelum Jerman terpecah. Namun Bayern München tetap dominan dengan jumlah gelar yang terlampu jauh. Dominasi makin kentara jika hanya menghitung Bundesliga format sekarang yang bergulir sejak musim 1963.

Sejak Bayern München juara Bundesliga format sekarang musim 1968-69, lima tahun menjadi jarak terlama Bayern München tak juara. Itu pun hanya terjadi dua kali pada awal Bundesliga format sekarang. Selebihnya, Die Roten hanya menunggu satu sampai tiga musim saja untuk menjadi juara kembali.

Bahkan Bayern pernah tiga kali hat-trick juara dan ditambah rekor 6 kali juara beruntun hingga musim lalu. Klub lain yang pernah setidaknya tiga kali juara Bundesliga format sekarang seperti Borussia Mönchengladbach, Borussia Dortmund, VfB Stuttgart, Hamburger SV, dan Werder Bremen ternyata tak sanggup menahan konsisten laju Bayern München.

Baca juga: Bundesliga dan Pesatnya Peningkatan Pamor di Asia

pesepak bola asli Inggris yang sukses meraup prestasi dengan klub barunya

Liga Inggris: Premier League

Di Inggris, persaingan lebih mencerminkan anti kemapanan daripada Spanyol, Italia, dan Jerman. Meski dominasi tetap ada di antara kelompok Big Four (Manchester United, Arsenal, Chelsea, Liverpool) dan kemudian Big Six (Big Four ditambah Manchester City dan Totttenham Hotspur).

Persaingan Juara level tertinggi di era Liga Primer Inggris dan Football League sebenarnya cukup berimbang. Secara keseluruhan ada 24 klub yang bisa menjadi juara level teratas Liga Inggris, baik era Liga Primer Inggris maupun era Football League.

Sebanyak 12 klub dari total 24 juara yang pernah menjadi juara masih berlaga di Liga Primer Inggris musim ini. Liga yang diisi 20 klub ini, lebih dari separuh pesertanya berstatus juara bertahan dan para mantan juara.

Manchester United menjadi klub tersukses dengan diikuti Liverpool. The Red Devils mengawali juara dekade ini pada musim 2010/2011 yang ditambah gelar musim 2012/2013. Chelsea sukses mengambil dua gelar pada musim 2014/2015 dan 2016/2017. Manchester City paling dominan di dekade ini dengan tiga gelar juara pada musim 2011/2012, 2013/2014, dan musim 2017/2018.

Leicester City menjadi kejutan menyenangkan dengan juara pada musim 2015/2016, untuk kembali menjadi kekuatan medioker Liga Primer Inggris musim berikutnya. Hal yang pernah terjadi pada Blackburn Rovers yang bahkan beberapa kali degradasi setelah sempat sekali juara. Namun kekuatan lama macam Manchester United, Arsenal, Chelsea dan Manchester City kemudian kembali mendominasi gelar juara.

Baca juga: Salah Kaprah Rainbow Laces Di Liga Primer Inggris

Kesimpulan

Persaingan di keempat liga tersebut cenderung stagnan. Gelar juara hampir bisa ditebak siapa pemenangnya. Kejutan menjadi barang langka yang bisa disaksikan, terutama terjadi Liga Spanyol, Liga Italia, dan Liga Jerman.

Spanyol menjadi ajang Real Madrid dan Barcelona yang ikut diramaikan Atletico madrid. Liga Italia belakangan menjadi panggung tunggal Juventus dengan AC Milan dan Internazionale yang biasanya menjadi pesaing tradisional justru banyak tertatih-tatih dekade ini. Kemudian Liga Jerman yang tak ubahnya liga latihan untuk Bayern.

Liga Inggris sedikit berbeda walau gelar juara tak jauh dari para langganan juara. Dekade ini belum ada juara bertahan yang sukses mempertahankan gelar juara di Liga Inggris. Sementara hanya 4 klub yang bisa melakukan yang mempertahankan gelar selama tiga musim beruntun. Selain itu belum pernah ada juara yang mempertahankan gelar lebih dari tiga musim.