Cerita

Memangnya Kenapa Kalau Australia Ikut Piala AFF?

Beberapa jam lalu jagad sepak bola dikejutkan rencana federasi sepak bola Australia yang menyatakan bahwa The Socceroos akan ikut bertanding di Piala AFF 2020 mendatang. Lantas, bagaimana jadinya kalau Australia berlaga di Piala AFF?

Jawaban sederhana mungkin keluar dari mulut para pencinta tim nasional Indonesia. Ya tentu! Sang Garuda akan semakin sulit meraih gelar kompetisi yang tak ubahnya ‘Piala Dunia-nya Asia Tenggara’ itu. “Lawan Thailand dan Vietnam saja susah, sekarang ada Australia,” kira-kira begitulah komentar spontan yang akan anda temui di mana saja.

Namun sebenarnya sah-sah saja menerima Australia yang sudah menjadi anggota AFC sejak 2006 dan menjadi anggota AFF sejak 2013. Jangan tiba-tiba panik kalau pada akhirnya The Socceroos akan ikut berlaga di Piala AFF, tapi siapa sangka keputusan tersebut akan datang pada Piala AFF 2020 nanti.

Baca juga: Deretan Pemain Australia yang Berkarier di Liga Indonesia

Harian Australia, Sydney Morning Herald, pada Kamis (31/1) siang menuturkan bahwa rencana timnas senior Australia untuk ikut Piala AFF tidaklah lahir begitu saja. Setelah lima tahun hanya menjadi ‘penonton’ di kompetisi utama sepak bola Asia Tenggara itu, mereka melihat Piala AFF sebagai salah satu ceruk pemasukan.

Federasi sepak bola Australia, FFA, melihat bahwa turnamen regional tersebut mendatangkan animo penonton yang luar biasa baik mereka yang hadir secara langsung di stadion ataupun yang menikmatinya melalui siaran langsung di televisi.

Sejak 2013 menjadi anggota AFF, timnas senior Australia tak diizinkan untuk ikut Piala AFF 2018 karena perbedaan kualitas yang dimiliki oleh The Socceroos dengan calon-calon lawannya.

Apalagi kini secara tidak langsung Australia menjadi negara dengan peringkat FIFA dan AFC tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Per November 2018 peringkat Australia di FIFA adalah 41 dan menjadi yang kedua terbaik dalam rilis resmi AFC. Sementara juara Piala AFF 2018 lalu, Vietnam, menduduki peringkat ke-100 FIFA dan peringkat ke-17 di AFC.

Akan tetapi Ketua Umum FFA, David Gallop, melihat timnas senior Australia punya alasan tepat untuk ikut di Piala AFF, “Hubungan kami dengan ASEAN sekarang tertuju untuk ikut ambil bagian dalam Piala Suzuki (Piala AFF), beberapa negara telah meningkatkan permainannya dan Australia juga melihat turnamen ini sebagai pasar yang bagus.”

Sydney Morning Herald bahkan memberikan data yang mengejutkan bahwa rata-rata penonton yang hadir di turnamen tahun lalu mencapai 29.000 penonton per pertandingan. Bahkan di 2016 terdapat lebih dari 34 juta penonton Indonesia yang menyaksikan turnamen tersebut disusul lebih dari 11 juta penonton di Vietnam.

Rekam jejak Australia di kompetisi Asia Tenggara

Sub-judul di atas tidak salah, karena meski timnas senior Australia tidak ikut dalam gelaran Piala AFF, Negeri Kanguru tetap mengirimkan wakilnya di kejuaraan Asia Tenggara lainnya.

Di Piala Wanita AFF 2018 lalu Australia mengirimkan tim U-20 untuk berlaga di ajang yang dihelat di Palembang tersebut. Langkah ini dinilai tepat karena jika mengacu pada gap yang ada, Matildas memang sangat mungkin mengungguli para pesaingnya di Asia Tenggara, termasuk Thailand yang sama-sama melaju ke Piala Dunia Wanita 2019.

Alex Chidiac dan kawan-kawan mampu menjadi runner-up di Palembang tahun lalu, sementara Chaba Kaew menjadi juara Piala AFF Wanita 2018 untuk keempat kalinya. Skema serupa juga terjadi di Kejuaraan Futsal Antar Klub Asia Tenggara yang dilangsungkan di Yogyakarta.

Bangkok BTS yang menjadi wakil Thailand mampu menang 7-1 atas East Coast Heat yang sebelumnya mengandaskan wakil Indonesia, SKN Kebumen, di semi-final. Sementara itu terakhir kali tim Australia berjaya di Asia Tenggara adalah pada 2016 lalu saat timnas putra U-16 dan U-19 mereka memenangkan Piala AFF U-16 dan AFF U-19.

Jadi sebenarnya tinggal menunggu waktu saja kapan Socceroos akan bertanding di Piala AFF. Lagi pula hal itu akan menyempurnakan format Piala AFF yang digunakan sekarang.

Bayangkan saja dengan bergabungnya Australia di Piala AFF 2020 nanti, itu tandanya baik Brunei Darussalam dan Timor Leste yang menjadi anggota dengan posisi peringkat FIFA-AFC terbuncit tak perlu lagi menggelar laga kualifikasi untuk memperebutkan satu tiket ke putaran final.

Total 12 negara akan berlaga, angka genap yang mudah untuk diatur. Tinggal bagaimana cara pembagian babak grupnya? Piala AFF 2018 lalu misalnya membagi negara-negara peserta ke dalam dua grup single round di mana dua peringkat teratas akan melaju ke babak semi-final.

Baca Juga: Rencana Pelaksanaan Laga A-League di Malaysia dan Singapura: Ambisi Australia Merebut Pasar di Asia Tenggara?

Atau bisa saja dibagi menjadi tiga grup dengan empat negara di tiap-tiap grup, juara grup bersama satu runner-up dengan predikat terbaik otomatis lolos ke semi-final. Toh semua memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing dengan cita rasa yang semakin kompetitif untuk kemajuan sepak bola Asia Tenggara sendiri.

Tak perlu takut juga bintang-bintang Australia di Eropa seperti Aaron Mooy sang Voldemort, atau eks rekan seklub Sergio van Dijk, Mathew Leckie, akan bermain di Piala AFF 2020. Sebab mereka akan sulit mendapat izin dari klubnya sama seperti yang dialami Neil Etheridge yang bahkan hanya bertanding sekali saja di Piala AFF 2018 lalu.

Mungkin FFA akan meniru kebijakan mereka di sektor wanita dengan membuat Piala AFF 2020 sebagai tempat menggembleng kekuatan timnas U-20 Australia ataupun memainkan tim B-nya Socceroos dengan sekumpulan pemain terbaik A-League minus pemain-pemain yang berlaga di Eropa.

Jadi sekali lagi apa yang perlu ditakutkan jika Australia berlaga di Piala AFF? Jangan-jangan justru dengan semakin sengitnya kompetisi regional bisa-bisa Garuda meraih prestasi dengan mencabik-cabik para kangguru di partai final. Ya, bisa jadi.