Cerita

Klub Profesional Bukan Hanya Tentang Kemapanan

Bukan kafe, bukan bus mewah, bukan sponsor dan pemain bintang yang melimpah. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu klub untuk masuk dalam kriteria profesional.

Menjadi bias ketika sebagian orang menjadikan kemapanan dan kelihaian mengelola sponsor menjadi tolok ukur profesionalisme suatu klub. Nyatanya AFC sendiri telah mensyaratkan lima aspek yang harus dipenuhi untuk menjadi klub profesional. Diatur dalam Club Licencing Regulation, kelima aspek itu adalah Sporting, Infrastucture, Personnel & Administrative, Legal, dan Financial.

Yang dimaksud dengan Sporting adalah pengembangan usia muda yang terstuktur dengan baik. Klub dituntut dapat mengembangkan dan menghasilkan pemain berkualitas tinggi. Untuk itu klub diharuskan memiliki akademi yang dipimpin pelatih dengan lisensi pelatih usia muda. Klub juga harus memiliki program pembinaan berkesinambungan.

Infrastucture. Suatu klub tidak harus memiliki stadionnya sendiri, tetapi suatu klub diharuskan memiliki kepastian stadion mana yang akan digunakan sebagai tempat menggelar pertandingan. Stadion yang dipilih haruslah memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Baca juga: Apa Saja Fasilitas Wajib di Stadion Menurut Regulasi AFC?

Selain stadion, klub juga diharuskan memiliki sarana latihan tetap yang mampu membantu meningkatkan kualitas pemainnya. Baik teknik maupun fisik.  Bukan hanya untuk dipergunakan tim utama, fasilitas latihan juga harus menunjang pengembangan pemain usia muda.

Semua yang terlibat dalam klub harus dipastikan bekerja secara profesional. Ini diatur dalam aspek Personnel & Administrative. Mereka harus memiliki spesialisasi, pendidikan, dan pengetahuan yang dibutuhkan. Untuk pelatih, harus memenuhi kualifikasi serta disokong staf yang dibutuhkan. Selain itu klub harus memenuhi semua administrasi yang berlaku. Mulai dari kesekretariatan hingga struktur kepengurusan yang jelas.

Kemudian untuk persyaratan Legal, klub harus terdaftar secara sah dan berbadan hukum, serta dilengkapi dokumen-dokumen penunjang. Masalah kemudian sering hadir ketika kelalaian-kelalaian terjadi, seperti dualisme yang terjadi di beberapa klub beberapa tahun ke belakang.

Dalam aspek Financial, klub bukan hanya dituntut memiliki kekayaan berlimpah, tapi klub diharuskan memiliki keuangan yang sehat. Dalam artian klub harus memiliki rencana belanja dan rencana pendapatan dan terpenting klub harus diaudit pihak ketiga. Klub diharuskan melaporkan seluruh sumber pemasukan, serta rencana pemakaian yang jelas.

Baca juga: Sidrap United: Klub Liga 3 dengan Bus Bintang Lima

Namun kini, memenuhi tuntutan zaman, manajemen dan pengelola klub memang dituntut dapat mengemas dan memberi nilai jual lebih dari klub itu sendiri. Karena kini sepak bola yang mengarah pada industri memang bukan lagi hanya tentang 90 menit di lapangan, tapi juga cerita-cerita yang menyertainya. Namun perlu digaris-bawahi kembali, lima aspek di ataslah yang harus lebih dulu dipenuhi untuk menjadi klub profesional.

Menyenangkan ketika melihat klub mapan hasil jalinan kerjasama dengan sponsor, tetapi semua harus tetap sesuai aturan. Menyenangkan ketika klub memiliki bus mewah, sarana hiburan untuk suporter dan memiliki banyak pemain bintang. Namun jangan sampai itu semua membuat lupa tentang pengembangan pemain muda.

Sekali lagi, jangan nilai profesionalisme suatu klub dengan mengabaikan aspek-aspek dasar yang telah ditentukan. Klub-klub dengan kemasan yang baik belum tentu masuk kategori klub yang profesional, begitupun sebaliknya.