Senin (14/1) malam, 24 pesepak bola muda Tanah Air, didampingi beberapa pelatih dan tim, bersiap terbang ke Inggris. Bukan untuk liburan melainkan berlatih di sana. Berlabel Garuda Select, sebuah studi banding dilakukan PSSI menjadikan Negeri Ratu Elizabeth kawah candradimuka setelah Italia dan Uruguay di masa lalu.
Dilansir dari situs resmi PSSI, program Garuda Select yang diresmikan pada 10 Januari lalu merupakan program pelatihan berstandar Eropa untuk para pemain muda pilihan di bawah usia 17 tahun yang dilakukan di Birmingham, Inggris selama enam bulan.
Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama federasi dengan salah satu sponsor mereka yakni Super Soccer TV. 24 nama yang tergabung dalam tim yang bernama Garuda Select ini mayoritas merupakan penghuni skuat Timnas U-16 asuhan Fachri Husaini, dan sisanya diambil dari kompetisi usia muda yang digagas federasi, Elite Pro Academy.
Dilansir dari situs resmi PSSI, Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha mengatakan pemilihan Inggris sebagai kawah candradimuka bagi para bakat muda ini karena pembinaan usia dini di Inggris termasuk yang terbaik di dunia.
“Program ini juga merupakan solusi yang dilakukan dari kompetisi Elite Pro Academy Liga 1 U-16 2018. PSSI pada tahun 2017 meluncurkan Filanesia, meluncurkan Elite Pro Academy, jadi ini itu bagiannya,” pungkas wanita lulusan FIFA Master tersebut.
Direktur teknik dan pelatih kepala Garuda Select, Dennise Wise dan Des Walker, menjabarkan cara kerja tim ini yang akan diasuh selama 6 bulan. Garuda Select nantinya akan menempati fasilitas tim terbaik, mengikuti program latihan setiap hari, dan di akhir pekan akan melawan klub profesional Inggris usia muda.
“Semua orang sudah bekerja keras untuk mewujudkan ini untuk anak-anak Indonesia. Kami juga memberangkatkan empat pelatih muda Indonesia, Semua bisa menjalani kehidupan sepak bola profesional Inggris di sana,” pungkas Walker dikutip dari situs resmi PSSI.
Empat pelatih tersebut adalah Bima Sakti, yang akan menjabat sebagai pelatih kepala Timnas U-16 dan tiga pelatih dari kompetisi Elite Pro Academy, yakni Ilham Romadhona (Barito Putera U-16), Sopian Hadi (Persija Jakarta U-16), dan Gede Mahatma (Bali United U-16)
Good luck, Garuda Muda! #GarudaSelect pic.twitter.com/5Te9wgikJF
— SuperSoccer TV (@my_supersoccer) January 14, 2019
Nostalgia Primavera di Italia dan SAD Indonesia di Uruguay
Jauh sebelum program Garuda Select di Inggris, PSSI sudah pernah melakukan terobosan untuk ‘menyekolahkan’ para pesepak bola berbakat ke luar negeri. Pertama adalah program PSSI Primavera (dan PSSI Baretti) yang digalakan pada tahun 1993–1996. Bima Sakti menjadi salah satu pemain jebolan program ini.
Pada tabloid BOLA edisi no. 530 yang terbit minggu keempat April 1994 bahkan dituliskan bahwa proyek magang di Negeri Pizza ini adalah hal prestisius. Dilansir dari juara.net, dari artikel tersebut total biaya memberangkatkan 20 nama pemain U-19 PSSI ke Italia mencapai 12 miliar rupiah!
Tak hanya berlatih di Sampdoria, tim yang dihuni oleh beberapa pemain yang kelak menjadi legenda seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandy, Bima Sakti, dan Supriono ini bahkan diizinkan oleh federasi sepak bola Italia, FIGC, untuk berkompetisi di Liga Primavera di musim 1993/1994 meski sekadar menjadi penggembira saja.
Namun perkembangan yang ditunjukkan para pemain sangat signifikan. “Mereka sudah mengenal sepak bola dalam artian yang sesungguhnya. Mereka sudah tahu apa itu taktik, organisasi, hingga sistem,” tutur Romano Matte dalam percakapannya bersama BOLA dilansir dari juara.net.
Dari program PSSI Primavera kita tahu bahwa dua nama yang disebutkan di beberapa alinea sebelumnya bahkan berhasil masuk ke tim junior Sampdoria. Meski akhirnya ‘Si Kurus’ melanjutkan karier profesional pertamanya di Swiss bersama FC Luzern dan Sandy menjaga gawang I Blucerchiati di musim 1996/1997.
Di milenium baru giliran poros sepak bola Indonesia berpindah. Dari biru Eropa ke biru langit Amerika Latin. Sociedad Anónima Deportiva (SAD) Indonesia muncul sebagai salah satu kontestan di kompetisi usia muda di Uruguay yakni Liga Quinta Division U-17.
Rencana empat tahun berkompetisi di Uruguay sejak 2008–2011 di bawah pelatih Cesar Payovich menelan biaya kurang lebih 12,5 miliar per tahunnya. Sama halnya dengan tim Garuda Select, mayoritas pemain SAD Indonesia merupakan penggawa Timnas U-16 yang berlaga di babak kualifikasi Piala Asia U-16.
Syamsir Alam mungkin menjadi sosok yang paling diingat (sekaligus akan dilupakan) dari proyek ini. Mengingat kurang dari setahun bermain di SAD Indonesia, kapten tim ini pindah ke akademi milik klub raksasa asal Uruguay, Penarol. Selebihnya Syamsir yang lebih banyak bermain di Eropa pulang ke Tanah Air dan akhirnya gantung sepatu.
Namun masih banyak pemain lulusan SAD Indonesia yang masih eksis di liga kasta tertinggi sepak bola Indonesia seperti Novri Setiawan dan Rizky Pellu, yang berjibaku hingga garis akhir menuju tangga juara Liga 1 2018 lalu atau Yanto Basna yang kini berlaga di kasta tertinggi Liga Thailand.
Jadi yang pasti menarik menantikan buah dari Garuda Select yang dihuni beberapa pemain berbakat seperti Sutan Zico atau si kembar Bagas Kaffa dan Bagus Kahfi. Memimpikan mereka bermain di Inggris, meski bukan di Liga Primer Inggris sepertinya bukan lagi mimpi untuk lima sampai enam tahun ke depan. Semoga, ya...