Dalam sebuah kesebelasan, pasti ada sosok pemain yang sangat dicintai oleh para tifosi kesebelasan tersebut. Sosok pemain tersebut dicintai karena berbagai alasan, dari mulai loyalitasnya terhadap tim hingga kontribusi yang ditampilkannya di lapangan, contohnya saja dalam kesebelasan Juventus.
Dulu, tifosi Juventus atau yang biasa disebut Juventini sangat mengagumi sosok Alessandro Del Piero dan Gianluigi Buffon karena loyalitasnya kepada tim yang kala itu sedang terjerat kasus Calciopoli. Kini setelah dua sosok tersebut sudah tidak bermain untuk Juventus, tifosi Juventus mulai menempatkan cintanya pada sosok pemain bernomor punggung 17, yaitu Mario Mandzukic.
Kenapa Mandzukic sangat dicintai tifosi Juventus?
Pertama, kontribusi Mandzukic di lapangan. Mandzukic sangat fleksibel dalam pola yang diterapkan oleh Massimiliano Allegri. Gonta-ganti formasi kerap dilakukan oleh Allegri, dari formasi 3-5-2 peninggalan Conte hingga formasi 4-2-3-1 hasil kreasinya, tidak membuat eks Atletico Madrid dan Bayern Munich ini kehilangan posisinya di skuat utama.
Kedatangan penyerang hebat sekaliber Gonzalo Higuain sampai Cristiano Ronaldo sekalipun juga tidak membuat posisinya tergantikan. Dalam formasi 3-5-2, Mandzukic dapat berperan sebagai seorang poacher dan dapat menjadi tembok bagi pemain sayap Juventus. Kemudian dalam formasi 4-2-3-1, Mandzukic justru ditempatkan di posisi left winger.
Meskipun minim gol ketika dimainkan di posisi left winger, tidak ada cacian yang mengarah kepadanya, justru pujian yang didapatkannya karena ia sering kali membantu pertahanan Juventus meskipun posisinya sebagai winger. Di balik mulusnya laju Juventus di Serie A musim 2018/2019, mantan striker Juventus, Vincenzo Iaquinta, menyebut bahwa Mandzukic telah menjadi sosok penting bagi lini serang I Bianconeri.
Baca juga: Vincenzo Iaquinta, Juara Dunia yang Merana
“Sementara Mario, ia melakukan pekerjaan luar biasa dan menciptakan ruang untuk Ronalado. Ia krusial, ia Tangguh di pertahanan, berlari tak kenal lelah dan juga mempunyai konsistensi di depan gawang. Ia tak tergantikan dan membiarkan Allegri menggunakan sistem yang berbeda-beda. Berkat dirinya, trisula Juventus dengan Dybala dan Ronaldo bisa berkelanjutan.” tutur Iaquinta kepada Gazzetta dello Sport.
Kedua, Mandzukic kerap mencetak gol dalam pertandingan penting. Gol di final Liga Champions 2016/2017 dan final Piala Dunia 2018 membuktikan bahwa pemain berusia 32 tahun ini sangat dibutuhkan oleh sebuah kesebelasan dalam pertandingan-pertandingan krusial, meskipun gol tersebut belum cukup untuk membawa tim yang dibelanya menjadi juara.
Musim lalu dalam pertandingan leg kedua perempat-final Liga Champions melawan Real Madrid, penyerang utama timnas Kroasia ini mampu memborong dua gol untuk mengejar ketertinggalan skor 3-0 di leg pertama, sebelum akhirnya Juventus dikandaskan dengan agregat 4-3. Dari gelontoran gol tersebut sudah terbukti bahwa Mandzukic mampu diandalkan dalam segala situasi di pertandingan.
Ketiga, Mandzukic merupakan sosok yang pekerja keras dan tidak neko-neko. Dari penjelasan di atas sudah dapat diketahui mengapa pemain berjuluk Super Mario ini dikatakan sebagai sosok yang pekerja keras. Semangatnya dalam bermain sangat cocok dengan semangat “grinta” (semangat pantang menyerah) yang sudah menjadi identitas Juventus.
Sebagai pemain yang memiliki nama besar, Mandzukic juga tidak pernah memiliki masalah, baik di dalam maupun luar lapangan. Bahkan pada September 2018, pemain bertinggi 1,9 meter ini ingin kontraknya diperjanjang oleh Juventus tanpa meminta kenaikan gaji.
Alasan-alasan di atas mungkin sudah menjawab sebab Mandzukic menjadi idola baru tifosi Juventus. Dari kabar yang beredar sekarang ini, Mandzukic akan segera memperpanjang kontraknya sampai tahun 2022 dan menyatakan kesetiaannya kepada Juventus.
Dari yang diragukan diawal kedatangannya, kini Mandzukic menjadi sosok idola baru tifosi Juventus, bahkan ia sudah bisa disebut sebagai legenda Juventus. Grazie, Super Mario.