Indonesia memang sudah keluar dari perburuan tiket ke semifinal Piala AFF 2018. Hasil seri antara Thailand dan Filipina di matchday ketiga dan kemenangan kedua Singapura, memupuskan harapan Hansamu Yama dan kawan-kawan mengulangi pencapaian dua tahun lalu.
Filipina yang sebenarnya bukan negara dengan tradisi sepak bola yang kuat di Asia Tenggara, dalam beberapa tahun terakhir menjadi lawan yang menakutkan. Lebih dari sekedar mengunci tempat di semi-final, kemenangan atas Tim Garuda malam nanti akan menghapus memori kelam Younghusband bersaudara di Jakarta delapan tahun silam.
Meski bermain di Gelora Bung Karno, semua tahu bahwa Bima Sakti dan anak asuhnya dalam tekanan yang besar. Mereka tidak dalam mental terbaiknya menghadapi The Azkals pada Minggu (25/11) malam nanti. Tagar #KosongkanGBK bertebaran di linimassa Twitter dan Instagram. Hal ini mungkin akan berpengaruh pada performa pemain di lapangan.
Apalagi pertarungan sesungguhnya antara Sven-Goran Eriksson melawan Bima Sakti di pinggir lapangan sudah mudah diterka pemenangnya. Dengan segudang pengalamannya Eriksson mampu membawa hasil positif bagi The Azkals apalagi mengejar ambisi final pertama mereka dalam sejarah AFF.
Namun Filipina masih belum menemukan susunan pemain terbaik. Terutama di lini belekang mereka, karena dalam tiga laga yang telah dilalui Eriksson hanya mempermanenkan posisi Carli de Murga di depan Neill Etheridge atau Michael Falkesgaard, sementara ia mencoba tujuh bek lainnya secara bergantian.
Meski memiliki beberapa pemain yang bermain di Eropa nyatanya lini belakang Filipina tak terlalu bagus. Bahkan Timor-Leste yang merupakan tim terlemah di Grup B mampu mencetak dua gol ke gawang The Azkals.
Berbanding terbalik dengan kondisi skuat Tim Garuda yang perlahan sudah menemukan susunan pemain terbaiknya. Hal itu terlihat dalam susunan pemain kontra Thailand meski timnas tetap saja menderita kekalahan.
Para debutan yang mengilap
Duel Indonesia dan Filipina memang tidak terlalu bergengsi, karena keduanya tak punya sejarah rivalitas yang begitu besar. Namun pada gelaran AFF 2018 ini, dua nama mampu mencuri perhatian khalayak sepak bola Asia Tenggara.
Aksi Riko Simanjuntak selalu dinanti oleh Garuda Fans. Akselerasi dan kecepatan yang dimiliki memang menjadi salah satu senjata utama sayap milik Persija Jakarta ini. Gerakan lincah ‘Si Kancil’ kerap merepotkan lawan di lini belakang. Riko memiliki kemampuan umpan dan visi permainan yang baik, lihat saja umpannya ke Beto Goncalves ke gawang Timor-Leste.
Sementara di sisi Filipina ada gelandang lulusan akademi Red Bull Leipzig, John-Patrick Strauss yang masih berusia 22 tahun. Ia menjadi salah satu pemain yang selalu tampil di babak grup dan telah mengoleksi satu asis. Bermain sebagai gelandang bertahan, ia tidak gentar menghadapi lawan yang jauh berpengalaman darinya seperti Sanrawat Dechmitr dan Gabriel Quak.
Prediksi pertandingan
Lupakan fakta bahwa Indonesia pernah menekuk Filipina 13-1 di Gelora Bung Karno 16 tahun silam. Faktanya di milenium baru kita justru kesulitan menghadapi kesebelasan generasi baru The Azkals di semi-final AFF 2010, meski akhirnya kita berhasil melewati mereka.
Pertemuan terakhir kedua negara di Piala AFF terjadi tahun 2016. Filipina yang sempat tertinggal 2-1 dapat menyamakan kedudukan di menit 82 melalui aksi Phil Younghusband. Bukan tidak mungkin Indonesia akan kembali menelan pil pahit di Jakarta, apalagi secara mental The Azkals jauh lebih baik disbanding tuan rumah.
Bermain tanpa beban menjadi satu-satunya yang harus dilakukan Indonesia. Tetap memberi perlawanan meski harus realistis menghadapi Filipina. Kalian boleh tersingkir, asal jangan patahkan sayap-sayapmu Garuda! Tetap terbang dan berjuang hingga akhir.