Siapa pemain Asia Tenggara dengan karier klub di negara lain tersukses saat ini? Filipina punya salah satu kandidat kuat dalam diri Javier Patiño. Ia terbilang sukses menjadi langganan skuat inti ketika memperkuat Cordoba di Liga Spanyol dan kini menjadi andalan klub Liga Super Cina, Henan Jianye FC.
Kami sempat membahas bagaimana pemain-pemain asal Asia Tenggara cenderung dikecewakan klub-klub Eropa di sini. Namun, Patiño beruntung sejak kecil tumbuh di Spanyol, negara kelahiran ayahnya. Meski lahir dari Rahim ibu warga Filipina, pemain kelahiran 14 Februari 1988 ini berhak memiliki kewarganegaraan Spanyol.
Awal kariernya pun dimulai di klub sepak bola amatir Negeri Matador. Ia bermain untuk Alcobendas dan UD San Sebastián de los Reyes, klub amatir kota kelahirannya. Peruntungan Patiño berubah sejak musim panas 2011, ketika ia memperoleh tawaran dari salah satu klub terbesar wilayah Andalusia, Cordoba.
Patiño akhirnya menandatangani kontrak tiga tahun dengan Córdoba. Pada tahun pertamanya di Andalusia, pemain berposisi penyerang tengah ini mencetak delapan gol dalam 35 pertandingan. Jumlah itu memang tergolong mengecewakan, sehingga pada tahun 2013 ia memilih untuk pindah ke klub Andalusia lain, Xerez.
Pemain depan bertinggi badan 183 sentimeter ini tak sempat merasakan musim sukses Cordoba yang mencetak sejarah promosi ke kasta tertinggi La Liga pada tahun 2014. Ia lebih memilih berkelana ke Asia Tenggara untuk membela Buriram United di Liga Utama Thailand. Di sana, duetnya dengan pemain asal Spanyol, Carmelo Gonzalez, menjadi fenomena dengan melakoni peran inspirator bagi Buriram saat menjuarai liga dua musim berturut-turut (2013 dan 2014).
Patiño menemukan ketajamannya di Negeri Siam ini. Ia menduduki peringkat empat pencetak gol terbanyak dengan koleksi 14 gol, hanya kalah satu gol dari penyerang fenomenal Thailand, Teerasil Dangda. Pada musim keduanya, Patiño nyaris menjadi pencetak gol terbanyak dengan koleksi 21 gol, sebelum disalip juru gedor asing Chonburi asal Brasil, Heberty.
Ketajaman Patiño di Thailand menarik salah satu peserta Liga Super Cina, Henan Jianye FC. Pada tanggal 21 Januari 2015, ia resmi pindah ke Henan Jianye. Musim pertamanya (2015) berlangsung efektif dengan menjaringkan 11 gol dari 28 pertandingan. Sedangkan di musim keduanya, Patiño hanya sanggup mengoleksi delapan gol dalam 28 pertandingan.
Kiprah Patiño merosot drastis pada musim 2017. Ia hanya tampil sebanyak lima kali dan mencetak dua gol akibat cedera Anterior Crucial Ligament (ACL). Akibatnya, pemain andalan tim nasional Filipina ini tak dapat berpartisipasi di beberapa pertandingan internasional di tahun 2017, termasuk laga-laga penting penyisihan Piala Asia 2019.
Berbicara tentang kiprah pemain ini di tim nasional Filipina, baru pada tahun 2014 lalu ia dinaturalisasi oleh negara tersebut. Artinya, ia baru muncul setelah angkatan naturalisasi Filipina yang populer di Piala AFF 2010, seperti Younghusband bersaudara (Phil dan James) atau Neil Etheridge. Patiño juga belum pernah memperkuat The Azkals di ajang Piala AFF, mungkin itu penyebab namanya kurang populer di Asia Tenggara dibandingkan Younghusband bersaudara.
Banyak yang memprediksi Patiño akan meninggalkan Henan Jianye pada awal tahun 2018 karena penampilannya yang menurun. Namun, dengan segudang pengalaman dan catatan gol yang bagus di usia yang belum menginjak 30 tahun, Patiño masih bisa bertaji di level tertinggi.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.