Pada tahun 2013 lalu, saya sempat berkunjung ke kantor Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) di kota Zurich, Swiss. Saat itu saya sedikit kecewa, karena yang terlihat hanyalah gedung perkantoran, terletak sedikit jauh di luar kota. Namun, ketika mendengar bahwa Museum of World Football milik FIFA diresmikan pada tahun 2016 lalu, saya langsung berniat untuk mengunjunginya.
Niat ini baru kesampaian pada akhir Oktober 2018 . Saat itu saya berkesempatan kembali ke kota Zurich setelah lima tahun. Dikarenakan tidak memiliki rencana khusus tentang lokasi yang ingin dikunjungi, tanpa pikir panjang saya pun berkunjung ke museum tersebut. Lokasinya ternyata berada cukup di lokasi ramai, yaitu dekat Stasiun Enge.
Oleh karena masih berstatus sebagai mahasiswa, harga tiket untuk dewasa yang seharusnya 24 CHF bisa saya bayar hanya dengan 18 CHF saja. Sebelum masuk ke museum, saya diminta menyimpan tas ransel ke ruang penyimpanan barang. Uniknya, ruang penyimpanan ini dipenuhi deretan loker yang diberi nama pemain-pemain sepak bola dunia.
Nama-nama wajib seperti Pele, Maradona, Messi, Ronaldo, Platini, dll., bisa ditemukan dengan mudah. Namun, saya tak menemukan nama pemain atau mantan pemain asal Indonesia di sana. Ini mengecewakan karena saya menemukan nama-nama mantan pemain dari negara-negara yang masih berada di bawah Indonesia, seperti Hok Sochetra (legenda Kamboja) dan Keith Kayamba Gumbs (St. Kitts & Nevis, mantan pemain Sriwijaya FC).
Setelah menyimpan barang di loker Beckham, saya pun berjalan masuk dengan melakukan scan barcode di tiket. Ruangan pertama berisi layar-layar raksasa yang memutar video orang-orang di seluruh dunia memainkan olahraga indah bernama sepak bola. Di salah satu sudut, ada keterangan sejarah terciptanya olahraga ini, mulai dari aturan pertama FIFA yang dirumuskan di kota Sheffield, Britania Raya, hingga pelaksanaan Piala Dunia setiap tahun.
Atraksi utama terletak di ruangan kedua. Di sana terletak sebuah replica trofi emas Piala Dunia. Lalu, di berbagai sudut tersimpan berbagai memorabilia dari setiap edisi Piala Dunia. Tak hanya Piala Dunia pria, ruangan kedua juga mengabadikan pagelaran Piala Dunia wanita.
Di ruangan ini juga ada beberapa alat interaktif, seperti permainan berupa kuis yang menempatkan kita di posisi seorang wasit, komentator, dan bahkan ‘create your own jersey/costume’.
Beranjak ke ujung ruangan, terdapat salah satu galeri yang masih kosong. Galeri ini ternyata disiapkan untuk mengabadikan pelaksanaan Piala Dunia 2018 yang baru saja selesai. Di situ, pengunjung diminta untuk mengisi survey apa saja kejadian menarik di ajang yang berlangsung di Rusia dan dimenangkan Prancis tersebut.
Salah satu teman saya yang bukan maniak sepak bola menganggap bahwa museum ini membosankan. Namun bagi seorang penggemar, apalagi seseorang yang pekerjaannya sering bersentuhan dengan beberapa aspek sepak bola seperti saya, FIFA World Football Museum ini wajib dikunjungi!
Lanjut ke ruangan ketiga yang terletak di lantai atas, terdapat sebuah kejutan manis lagi. Lantai ini dikhususkan sebagai ruangan bermain, seperti Timezone dengan tema sepak bola. Terdapat beberapa arena bermain yang mengajak pengunjung untuk mengumpulkan poin dengan menendang bola ke arah yang tepat. Meskipun lebih ditujukan untuk anak-anak, orang dewasa yang menyukai sepak bola pasti akan terhibur juga dengan permainan ini.
Kunjungan pun berakhir setelah meninggalkan arena bermain ini. Namun, saya sempat mengunjungi perpustakaan yang terletak di lantai yang sama. Di perpustakaan tersebut, terdapat buku-buku sepak bola dari berbagai negara. Meski demikian, lagi-lagi saya kecewa karena hanya ada beberapa buku tentang sepak bola Indonesia, itu pun terbitan dekade 90-an.
Setelah mengambil tas saya dari ‘loker Beckham’, saya sempat berpapasan dengan empat atau lima pria yang bercakap-cakap dalam bahasa Inggris. Dituntun oleh seorang pemandu, ternyata mereka adalah wasit UEFA yang akan bertugas di laga FC Zurich vs Bayer Leverkusen yang akan berlangsung sehari setelahnya.
Jika Anda pencinta sepak bola dan berkesempatan mengunjungi Zurich, jangan lupa menyempatkan diri untuk mampir ke museum ini!