Nasional Bola

Keith ‘Kayamba’ Gumbs: Satu Gol, Satu Selebrasi

Veni, vedi, veci, selebrasi. Menurut saya, itulah empat kata yang paling cocok untuk menggambarkan kiprah Keith ‘Kayamba’ Gumbs di musim pertamanya berseragam Sriwijaya FC. Didatangkan dari klub Liga Hong Kong, Kitchee SC, Kayamba langsung menjadi sosok sentral dalam keberhasilan Laskar Wong Kito meraih trofi Liga Indonesia musim 2007/2008.

Baca juga: Liga Indonesia 2007/2008, Momentum “Kemunculan” Sriwijaya FC

Uniknya, warna yang diberikan Kayamba di Liga Indonesia tak hanya berkaitan dengan gol. Baik di Sriwijaya FC maupun di Arema kemudian, pemain asal Saint Kitts & Nevis ini juga terkenal dengan selebrasinya yang bervariasi. Mulai dari menirukan sengatan kalajengking, hingga berjalan sambil mengaum seperti singa.

Melihat serangkaian aksi teatrikal yang dilakukannya setelah mencetak gol, predikat raja selebrasi pun melekat pada dirinya, melengkapi status sebagai raja gol yang lebih dulu disandangnya. Bahkan, ketika ia sudah gantung sepatu, rekan-rekannya ikut menirukan selebrasi ala Kayamba, seperti yang dilakukan oleh Anis Nabar di ajang Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 lalu.

Kayamba adalah perpaduan dari teknik tingkat tinggi, insting mencetak gol, dan kebahagiaan saat mengenakan seragam kesebelasan. Ketika ia bermain, kamu bisa melihat bahwa penyerang yang satu ini tak hanya berdiri di lapangan untuk menggugurkan kewajibannya sebagai pencetak gol, tapi juga berusaha mengangkat performa timnya sekuat tenaga.

Salah satu contohnya adalah di laga penyisihan Grup F Liga Champions Asia 2009/2010. Menjamu tim raksasa Cina, Shandong Luneng, Sriwijaya FC tertinggal dua gol lebih dulu di babak pertama sebelum akhirnya membalikkan keadaan di babak kedua dengan menang 4-2. Meski saat itu Sriwijaya FC sudah dipastikan tersingkir, namun tetap saja pertandingan itu merupakan laga heroik, dan Kayamba merupakan salah satu aktor utama dibalik kebangkitan timnya malam itu.

Kualitas ala mantan pemain Liga Eropa benar-benar ditunjukkannya saat itu. Ia mencetak gol pertama Sriwijaya FC dengan ketenangan yang luar biasa, melewati kiper sebelum menyepak bola dengan tajam ke gawang, lalu memberikan asis untuk gol penyama kedudukan yang dicetak Zah Rahan.

Aura positif itu pun direspons dengan sangat baik oleh rekan-rekannya. Tujuh menit berselang, Zah Rahan kembali mencetak gol, dan ditutup dengan gol Muhammad Nasuha empat menit jelang peluit panjang dibunyikan. Sriwijaya FC memang tersisih secara dini dari ajang itu, tapi hasil tersebut menjadi pelepas dahaga yang melegakan karena menjadi kemenangan satu-satunya sekaligus membalas kekalahan 0-5 di kandang Shandong.

Previous
Page 1 / 2