Piala AFF 2018

Membandingkan Situasi Indonesia di Piala AFF 2016 dan 2018

Tahun 2018 menjadi tahun yang sibuk bagi PSSI. Tim nasional dari beragam kelompok usia berkompetisi di berbagai ajang. Dari tim nasional U-16, U-19, U-23, hingga tim nasional senior yang akan berlaga di Piala AFF 2018.

Tidak banyak prestasi yang dicapai tim nasional Indonesia tahun ini, kecuali satu gelar Piala AFF U-16. Selebihnya, para putra bangsa di lapangan hijau tersingkir usai melaju ke fase gugur. Seperti timnas U-16 dan U-19 yang harus merelakan tiket Piala Dunia U-17 dan U-20 melayang ke tangan lawan, karena keduanya gagal mencapai babak semifinal.

Kemudian di akhir tahun ini, tentu seluruh pencinta sepak bola nasional berharap tim nasional senior memberikan satu kabar bahagia, berupa trofi Piala AFF yang sudah diimpikan sejak lama.

Kondisi tim nasional senior Indonesia sebenarnya tidak ideal. Kurang dari sebulan sebelum perhelatan Piala AFF digelar, Luis Milla dan PSSI tidak menemui kata sepakat perihal perpanjangan kontrak.

Baca juga: Luis Milla Ungkap Borok PSSI pada Perpisahannya

Entrenador asal Spanyol ini memang sudah meninggalkan Indonesia selepas tersingkirnya Indonesia di babak 16 besar Asian Games 2018. Kursi kepelatihan yang sempat kosong, pada akhirnya diberikan PSSI ke Bima Sakti sebagai nakhoda anyar timnas Indonesia.

Bima Sakti yang juga mantan asisten Luis Milla memang menjadi opsi paling logis PSSI saat ini. Waktu yang sempit menuju Piala AFF membuat federasi harus segera menunjuk pelatih kepala tim nasional, yang juga sempat diisi oleh Kurniawan Dwi Yulianto.

Banyak pihak memang meragukan kapabilitas mantan pemain Persiba Balikpapan itu, dikarenakan minim pengalaman sebagai juru taktik. Namun sekali lagi, PSSI memang tidak memiliki banyak pilihan dan waktu untuk mencari sosok pengisi pos pelatih timnas senior.

Sebagai seseorang yang sudah mebdampingi coach Luis Milla sejak pertama kali menjabat pelatih timnas Indonesia, Bima Sakti diperkirakan akan meniru pola permainan yang diperagakan Luis Milla.

Prediksi itu terlihat dari komposisi pemain yang dipilih Bima Sakti untuk Piala AFF 2018. Dari 23 nama yang dipanggil untuk pemusatan latihan tahap akhir, mayoritas adalah pemain pilihan Luis Milla di Asian Games 2018 lalu. Nama–nama seperti Hansamu Yama Pranata, Evan Dimas, dan Stefano Lilipaly, akan menjadi andalan Bima Sakti di perhelatan dua tahunan ini.

Tidak lupa, pemain–pemain yang ditepikan ketika Asian Games 2018 seperti Riko Simanjuntak, Bayu Pradana, dan Fachrudin Aryanto, juga dapat meningkatkan kualitas tim Garuda.

Baca juga: Roda Berputar Sangat Cepat untuk Riko Simanjuntak

Sayangnya, permasalahan klasik masih juga terjadi pada masa persiapan timnas kali ini. Go-Jek Liga 1 yang belum juga rampung dikhawatirkan membuat sejumlah pemain tidak berada dalam kondisi terbaiknya, saat tampil di Piala AFF nanti.

Tarik ulur pemanggilan pemain ke timnas juga terjadi lagi. Sriwijaya FC sempat ingin menahan Beto Goncalves dan Zulfiandi bergabung ke pemusatan latihan timnas. Dilematis memang untuk Laskar Wong Kito, karena keduanya adalah pilar utama dalam upaya menghindari ancaman turun kasta.

Peristiwa ini seakan menjadi ulangan dua tahun lalu, ketika Torabika Soccer Championship (TSC) A 2016 masih berlangsung, dan di saat bersamaan timnas Indonesia sedang berjuang di Piala AFF 2016. Kondisinya saat itu bahkan jauh lebih sulit untuk Alfred Riedl, karena dirinya dibatasi untuk memanggil maksimal dua pemain dari satu tim.

Aturan tersebut dihadirkan sebagai jalan tengah akibat jadwal liga dan timnas yang tidak disesuaikan dengan baik. Dua tahun berselang, ternyata persoalan yang sama masih saja terjadi.

jadwal lengkap Indonesia di Piala AFF

Selalu ada asa untuk meraih gelar juara

Dua tahun lalu kondisi sepak bola Indonesia tidak lebih baik dari saat ini, bahkan cenderung lebih buruk. Baru saja terbebas dari sanksi FIFA, membuat Piala AFF 2016 menjadi ajang perdana timnas senior di laga internasional kala itu.

Hasilnya memang tidak buruk–buruk amat. Dengan segala keterbatasan, Indonesia berhasil masuk final untuk kelima kalinya, meski pada akhirnya Thailand yang (kembali) berhasil menjadi jawara. Atas dasar itulah, penulis rasa timnas asuhan Bima Sakti masih memiliki peluang yang cukup besar untuk menjadi juara di gelaran kali ini.

Piala AFF 2018 mengalami sedikit perubahan pada format kompetisinya. Kali ini tidak ada negara tuan rumah pada babak penyisihan grup, sehingga sejak fase awal kompetisi masing–masing negara akan memainkan partai kandang dan tandang.

Namun apesnya, Indonesia tidak mendapat banyak keuntungan karena harus bermain tandang ketika berhadapan dengan dua negara kuat, Singapura dan Thailand. Sisanya Indonesia akan menjamu dua negara yang relatif lebih lemah, yaitu Filipina serta Timor Leste.

Thailand sebagai juara bertahan tentu berada di jalur terdepan dalam perebutan gelar juara Piala AFF 2018. Namun, ada celah yang bisa dimanfaatkan Indonesia, yakni tidak dipanggilnya empat pemain kunci Thailand karena tidak dilepas klubnya di liga domestik.

Mereka adalah Teerasil Dangda (Sanfrecce Hiroshima), Chanathip Songkrasin (Consadole Sapporo), Theerathon Bunmathan (Vissel Kobe), dan Kawin Thammasatchanan (OH Leuven). Tim Gajah Putih pun telah mengalihkan fokus pada Piala Asia 2019 yang akan berlangsung bulan Januari mendatang.

Baca juga: Teerasil Dangda, Mimpi Buruk Gawang Timnas Indonesia

Tim lain yang memiliki kans juara cukup besar adalah Vietnam. The Golden Star yang menembus semifinal Asian Games 2018, juga berpeluang menjegal upaya Tim Garuda. Bersama pelatih asal Republik Korea, Park Hang-Seo, Vietnam percaya diri akan meraih gelar Piala AFF 2018, sekaligus mengakhiri dominasi Thailand di percaturan sepak bola Asia Tenggara.

Memang bukan perkara mudah untuk meraih gelar Piala AFF, dan anggota timnas Indonesia tentu paham betul tentang sulitnya menunaikan tugas tersebut. Tapi, tak ada salahnya mencoba dan berdoa. Setelah berbagai kegagalan yang terjadi tahun ini, semoga timnas senior membuat sepak bola Indonesia menutup tahun 2018 dengan suka cita.

Berdoa, dimulai…