Cerita

Tugas Ganda Bima Sakti di Piala AFF 2018

Minggu lalu (21/10) PSSI mengumumkan nama Bima Sakti Tukiman sebagai pelatih kepala anyar tim nasional senior Indonesia menggantikan posisi Luis Milla Aspas yang kontraknya, secara efektif, habis selepas Asian Games 2018.

Mantan pemain Persema Malang ini hanya memiliki waktu beberapa minggu untuk mempersiapkan tim yang akan berlaga di kompetisi paling bergengsi se-Asia Tenggara, Piala AFF 2018, November mendatang. Tak hanya gelar juara yang diidam-idamkan publik sepak bola, sosok pemegang 58 caps bersama Indonesia ini juga memikul tanggung jawab mengangkat pamor pelatih Indonesia di level regional.

Sejak Piala AFF digelar pada 1996, Indonesia belum pernah sekalipun mencicipi gelar juara. Thailand menjadi negara dengan raihan gelar terbanyak yakni lima kali juga berstatus juara bertahan dalam Piala AFF 2018 yang menggunakan format baru. Sementara Singapura (empat kali), Vietnam dan Malaysia (masing-masing sekali) menjadi penghuni lainnya daftar pemenang kompetisi yang dahulu bernama Piala Tiger hingga 2004.

Sementara itu Indonesia harus puas menyabet posisi runner-up sebanyak lima kali, hal yang tentu sudah membuat jengah publik sepak bola Indonesia. Ada apa? Padahal Indonesia tak pernah kehabisan talenta yang bersinar dalam gelaran dua tahunan ini.

Sebut saja Gendut Doni (top skor Piala Tiger 2000), Bambang Pamungkas (top skor Piala Tiger 2002), Ilham Jaya Kesuma (top skor Piala Tiger 2004), Budi Sudarsono (top skor AFF 2008) dan Firman Utina (pemain terbaik Piala AFF 2010).

Baca juga: Pensiunnya Sang Jenderal dari Manado, Firman Utina

Bima Sakti sendiri memiliki modal penting dalam menakhodai timnas Indonesia di Piala AFF 2018 nanti, karena bisa dibilang dia hanya tinggal mengokohkan pondasi timnas yang telah dibangun Luis Milla dalam setahun ke belakang. Apalagi sederet pemain muda yang tergabung dalam Timnas U-22 lebih banyak mendapat porsi tampil ketimbang para seniornya.

Plus, Bima yang sudah dianggap sebagai salah satu legenda sepak bola Indonesia sudah pernah menjadi kawan dan lawan para pemain senior selama beberapa musim terakhir di Liga Indonesia. Hal ini terlihat baik dalam dua laga uji coba melawan Myanmar dan Hong Kong beberapa waktu lalu.

Bima tidak meninggalkan ciri khas permainan Luis Milla yang sudah nyantol dalam diri sebagian besar skuat muda Garuda. Ia pun mampu menularkan dan meraciknya dengan para pemain senior yang kaya pengalaman dengan persaingan di level regional.

Tugas Bima Sakti bukan tanpa ujian sama sekali. Menengok ke belakang, sejumlah pelatih lokal belum sekalipun mampu mengangkat performa timnas senior di kancah internasional. Sosok yang lebih tenar dan sukses menuai pujian justru para peracik yang bertarung di kompetisi usia muda, sebut saja Indra Sjafri dan Fachri Husaini.

Di bawah komando pelatih lokal seperti Rahmad Darmawan (2013), Nil Maizar (2012-2013), dan Aji Santoso (2012), Sang Garuda tak mampu terbang tinggi. Timnas pernah dibantai 10-0 oleh Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2014 dan gagal di Piala AFF 2012. Terakhir kali pelatih lokal mampu menghadirkan gelar bagi timnas senior adalah satu dasawarsa yang lalu, ketika Benny Dollo berhasil membawa Charis Yulianto dan kolega menyabet gelar juara di Piala Kemerdekaan Indonesia 2008.

Baca juga: Doa Kesembuhan untuk Benny Dollo

Memenangkan Piala AFF 2018 memang, lagi-lagi, menjadi harga mati bagi timnas Indonesia. Bima Sakti secara pribadi pun tentu akan bangga menjadi orang Indonesia pertama yang tampil di Piala AFF sebagai pemain dan pelatih.

Meski tak bisa mengikuti jejak Kiatisuk Senamuang yang berhasil juara Piala AFF sebagai pemain dan pelatih, namun andai membawa Indonesia juara, nama Bima Sakti tentu akan terus dikenang bahkan diagung-agungkan. Bukan tak mungkin kepopulerannya bakal melebihi deretan pelatih timnas Indonesia yang dirindukan, mulai dari Anatoly Polosin hingga Luis Milla.

Kesuksesan Bima Sakti nantinya juga akan menjadi kunci kepercayaan PSSI pada pelatih lokal, dan niscaya mendorong para mantan pemain untuk segera alih profesi menjadi pelatih. Jika tonggak kesuksesan mampu ditegakkan Bima Sakti, mari berharap ini akan berujung pada munculnya Bima Sakti–Bima Sakti lainnya di Indonesia.