Dunia Asia

Teerasil Dangda, Mimpi Buruk Gawang Timnas Indonesia

Di kalangan suporter Arsenal, ada beberapa nama penyerang lawan yang masuk dalam kategori spesial. Mereka spesial bukan karena mereka diharapkan beberapa Gooner agar sudi berseragam merah khas London Utara saja, namun juga karena mereka punya rekor menakjubkan tiap kali bersua Arsenal di segala jenis kompetisi, baik resmi maupun uji coba.

Dan uniknya, bukan nama Lionel Messi atau Robert Lewandowski yang muncul, melainkan legenda Chelsea, Didier Drogba. Dari 17 laga yang dijalani Drogba dengan berjumpa The Gunners, penyerang legendaris Pantai Gading itu hampir selalu sukses membobol gawang Arsenal, siapapun penjaga gawangnya. Terakhir, di sebuah laga ekshibisi dalam rangka tur pra-musim Arsenal di Amerika Serikat bulan Juli 2016 lalu, Drogba yang tergabung dalam tim Major League Soccer (MLS) All-Star, sukses mencuri satu gol ke gawang Arsenal yang sudah dikawal eks rekannya di Chelsea, Petr Cech. Gol itu menandai rekor 16 gol Drogba ke gawang Arsenal dari 17 laga. Bahkan, tiga tahun sebelumnya, Drogba juga mencetak dua gol untuk kemenangan Galatasaray atas Arsenal di ajang Emirates Cup 2013.

Dan senada dengan kekhawatiran saya tiap kali melihat Drogba bermain melawan Arsenal, hal serupa juga saya rasakan tiap kali menonton Teerasil Dangda. Pemain ini sudah berkarier sangat lama di timnas Thailand kendati usianya belum menginjak kepala tiga. Selain itu, Dangda adalah jenis penyerang yang sulit sekali diatasi oleh lini belakang timnas Indonesia yang kalah pengalaman dan, mungkin, kalah kualitas.

Kalau ingatan saya tidak salah, pertama kali eks penyerang yang pernah diboyong Manchester City ini mencetak gol ke gawang Indonesia, adalah pagelaran Piala AFF 2008 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Gol perdana Dangda ke gawang Indonesia yang membuat Negeri Gajah Putih sukses mencuri satu gol dan menang 1-0 di kandang kebanggaan kita itu.

Setelahnya, ia memang tak rutin mencetak gol ke gawang kita, namun yang terbaru, di Piala AFF edisi 2016 lalu, Teerasil Dangda kembali menjadi mimpi buruk timnas. Setelah membuka keran golnya dengan catatan tiga gol ke gawang Kurnia Meiga di laga pertama timnas Indonesia, Dangda yang juga menjabat kapten timnas tersebut, kembali sukses mencuri satu gol tandang dengan sundulan berkelas kala kedua tim bertemu di partai puncak.

Laga di Stadion Pakansari tersebut memang berakhir dengan kemenangan heroik untuk timnas setelah masing-masing gol dari Rizky Pora dan Hansamu Yama membuat Indonesia mengunci skor dengan keunggulan 2-1. Tapi, satu gol Dangda bernilai lebih karena berwujud gol tandang dan membuat laga kedua di kandang Thailand menjadi pelik. Dan kita kemudian tahu apa yang terjadi di laga kedua, bukan? Walau tak mencetak gol, satu gol yang ia cetak di Bogor adalah kunci penting kesuksesan Thailand mengalahkan Indonesia dengan skor agregat 3-2.

Indonesia memang banyak bertemu dengan penyerang-penyerang tajam berkualitas bagus di regional Asia Tenggara. Mulai dari deretan pemain naturalisasi Singapura, Aleksandar Duric dan Agu Casmir, hingga Noh Alam Shah, Mohd Safee Sali dan pemain tampan dari Filipina, Phillip Younghusband. Namun, secara pribadi, nama-nama tersebut tidak memberi efek menyeramkan seperti Dangda.

Pemain depan milik Muangthong United ini begitu licin dan susah dijaga. Selain ia berpengalaman berlatih di Inggris dan Spanyol (bersama Atletico Madrid dan bermain sebagai pemain pinjaman di Almeria), Teerasil Dangda juga tipikal penyerang modern yang tidak compatible untuk dijaga pemain belakang timnas Indonesia yang masih konvensional.

Sebagai contoh, pemain belakang kita terbiasa bermain di liga dengan gaya bertahan yang menunggu lawan masuk ke daerah pertahanan dan melakukan man-oriented press tanpa intensitas tinggi. Hal ini memudahkan Dangda yang memang punya kualitas untuk memiliki banyak waktu berada di depan kotak penalti kita tanpa penjagaan berarti.

Itu belum ditambah kemampuan bola udara Dangda yang terbukti berkelas. Satu gol heading-nya ke gawang Kurnia Meiga di Pakansari adalah bukti nyata. Ia merangsek di antara penjagaan dua bek tengah Indonesia dan sambil menjatuhkan badan, ia menyundul bola hasil umpan silang dengan tingkat akurasi sangat baik ke gawang Kurnia Meiga. Salah satu jenis gol yang terlalu berkelas untuk ukuran Asia Tenggara.

Hari ini, salah satu penyerang terbaik Thailand dan Asia Tenggara ini berulang tahun ke-29 tahun. Usia emas yang membuat pemakai nomor 10 di timnas Negeri Gajah Putih ini akan terus menjadi lawan yang menakutkan dan menyebalkan bagi timnas Indonesia. Tapi terkadang, memiliki lawan yang kelampau hebat bisa membuat kualitas kita juga semakin meningkat.

Selamat ulang tahun, Teerasil Dangda. Sampeyan pancen oye!

Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis