Analisis

M. Ridho dan Alfath Faathier ke Timnas Senior. Tepat atau Telat?

PSSI telah merilis daftar 22 nama pemain untuk menghadapi laga uji coba kontra Myanmar dan Hong Kong. Dua nama kemudian menyita perhatian, yakni Muhammad Ridho dan Alftah Faathier, yang dinilai mengalami penurunan performa musim ini.

https://www.instagram.com/p/BoUD4e1BOO6/

Ridho dan Alfath tak dimungkiri memang dua pemain berbakat besar. Muhammad Ridho Djazulie di bawah mistar gawang Borneo FC berdiri kokoh dengan refleks cepatnya, dan Alfath Faathier adalah cerminan bek sayap modern yang lihai membantu serangan.

Musim lalu, mereka tampil luar biasa. Ridho adalah kiper dengan penyelamatan terbanyak sepanjang musim Go-Jek Traveloka Liga 1 2017. Dari 30 kali tampil, ia mencatatkan 104 penyelamatan dan mengukir 11 laga tanpa kebobolan.

Torehan tersebut mengungguli Awan Setho yang membawa Bhayangkara FC juara, dengan 84 penyelamatan dan 3 kali clean sheets. Ataupun Andritany Ardhiyasa yang selalu bermain tiap pekan di Persija Jakarta dan mengukir 14 nirbobol, tapi “hanya” melakukan 92 penyelamatan.

Sementara itu Alfath bersinar terang di tengah redupnya Persiba Balikpapan musim lalu. Berposisi bek sayap, pemain binaan akademi Persib Bandung itu bisa ditempatkan di kedua sisi dengan sama baiknya. Football Tribe Indonesia juga pernah mengulas bahwa Alfath adalah tambahan amunisi yang tepat bagi Madura United musim ini.

Baca juga: Plus dan Minus Alfath Faathier di Madura United

Akan tetapi, perjalanan mereka musim ini jauh berbeda dengan musim lalu. Baik Ridho maupun Alfath belum kembali ke performa terbaiknya, dan dalam beberapa kesempatan posisinya digantikan pemain lain di tim inti klubnya masing-masing.

Alfath kalah pengalaman dari Benny Wahyudi di sisi kanan pertahanan Madura United, dan di kiri kalah saing dengan Andik Rendika Rama. Di masa kepelatihan Milomir Seslija, Alfath bahkan sempat ditempatkan sebagai pemain sayap, dan hasilnya tetap tidak maksimal.

Ridho justru lebih rawan. Meski masih tercatat sebagai kiper inti Borneo FC, tapi Nadeo Argawinata yang menjadi deputinya juga menunjukkan potensi besar. Di periode ketika Ridho cedera atau dipanggil timnas, Nadeo yang menggantikannya sama sekali tidak tampil mengecewakan. Seperti yang diketahui, bahwa jika kiper kehilangan posisi inti maka sangat sulit untuk merebutnya kembali.

Alfath Faathier

Tidak ada salahnya dicoba

Performa M. Ridho dan Alfath Faathier memang belum sebaik musim lalu, tapi bukan berarti sudah tak ada peluang bagi keduanya untuk mengenakan lambang Garuda di dada. Tidak ada salahnya dicoba, toh ini belum skuat final untuk dibawa ke Piala AFF 2018.

Alfath, bagaimanapun juga, menawarkan dimensi permainan yang berbeda di sektor bek sayap. Ketika “aturan baku” bek sayap Indonesia adalah naik membantu serangan dan diakhiri umpan silang, Alfath bisa memberi opsi lain melalui penetrasi.

Keahlian tersebut didapat Alfath dari posisi awalnya di sepak bola profesional, yang merupakan pemain sayap. Untuk saat ini, belum ada bek sayap Indonesia yang punya dua kaki sama kuat untuk berpenetrasi seperti Alfath. Termasuk Rezaldi Hehanussa sekalipun yang pernah mencetak gol ala Eden Hazard ke gawang Tampines Rovers di Piala AFC.

Begitu pula dengan Ridho. Bisa jadi ini adalah kesempatan terakhir baginya untuk dipanggil timnas, karena di belakangnya mengantre sangat banyak kiper yang menunggu dipanggil timnas senior, seperti Muhammad “Deden” Natshir, Awan Setho, dan Adhitya Harlan. Seharusnya, ini menjadi pemicu bagi kiper setinggi 178 sentimeter itu untuk segera kembali ke level terbaiknya.

Baca juga: Deden Natshir yang Semakin Matang di Bawah Gawang Persib

Laga kontra Myanmar pada 10 Oktober dan Hong Kong 6 hari setelahnya akan menjadi bahan evaluasi untuk keduanya. Apakah Muhammad Ridho dan Alfath Faathier tepat dipanggil timnas, atau justru telat?