Ramai-ramai tagar #EdyOut bermunculan di dunia maya usai sang Ketua Umum PSSI resmi dilantik sebagai gubernur Sumatera Utara periode 2018-2023. Bahkan tagar yang dialamatkan pada sosok yang juga menjadi ketua Dewan Pembina PSMS Medan ini sudah digaungkan jauh-jauh hari sebelum dirinya resmi dilantik sebagai orang nomor satu di Sumatera Utara tersebut.
Rangkap jabatan dan isu tunggakan gaji Luis Milla dalam beberapa hari terakhir semakin membuat aksi mengudeta sang jenderal dengan tagar #EdyOut kian bergelora. Beberapa polling di dunia maya memunculkan beberapa tokoh yang dianggap layak sebagai penggantinya, salah satunya Erick Thohir.
Pria yang berprofesi sebagai pengusaha yang juga pencinta sepak bola dan basket ini menjadi salah satu kandidat selain sosok legenda sepak bola Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto, atau pengurus PSSI lainnya seperti Joko Driyono dan Ratu Tisha Destria.
Kandidat yang sah secara statuta PSSI
Mengenai kandidat Komite Eksekutif PSSI yakni Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan anggota-anggotanya di dalam statuta PSSI telah diatur dalam Bab V tentang Komite Eksekutif dalam Pasal 35 ayat 4, yang dikatakan bahwa:
“Anggota Komite Eksekutif harus sudah berusia lebih dari 30 (tiga puluh) tahun, mereka harus telah aktif sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan harus tidak sedang dinyatakan bersalah atas suatu tindak kriminal pada saat Kongres serta berdomisili di wilayah Indonesia.”
Meski demikian, jika kita pada akhirnya sepakat bahwa Erick Thohir akan menjadi nakhoda federasi, alangkah lebih baik agar sang taipan melepas jabatan-jabatan lain yang bersinggungan langsung dengan PSSI di dunia sepak bola, agar bisa fokus mengurus federasi. Jabatan-jabatan tersebut di antaranya adalah presiden klub dan pemilik saham minoritas Internazionale Milano, komisioner klub Persib Bandung, serta pemilik klub D.C. United.
Tokoh-tokoh di atas selain Erick Thohir juga sebenarnya sah secara statuta PSSI, bahkan terbilang lebih mumpuni dibanding Erick yang belum berkotor-kotor di kubangan sepak bola nasional. Banyak orang mungkin akan lebih condong memilih mantan pemain seperti Kurniawan Dwi Yulianto, atau mereka yang sudah jatuh hati pada sosok Ratu Tisha Destria dengan segala kinerja positif dan kecerdasannya.
Namun dengan segala hormat, keduanya masih kalah dalam hal mengelola (bisnis) sepak bola, dibanding Erick Thohir.
Mengubah kapal PSSI menjadi yacht
Erick Thohir yang merupakan mantan pemilik klub basket NBA, Philadelphia 76ers, memiliki citra positif di mata masyarakat, setidaknya dalam beberapa bulan ke belakang. Bukan hanya poin-poin di atas yang menegaskan dirinya adalah orang yang fasih dalam mengelola (bisnis) sepak bola, Erick juga menjadi salah satu sosok di balik suksesnya gelaran Asian Games 2018.
Belum lagi posisi Indonesia yang berada di 4 besar perolehan medali Asian Games tahun ini, menjadi prestasi tersendiri baginya yang menjabat Ketua INASGOC. Tentu ini yang membuat nama Erick Thohir tak hanya akan dikenal oleh publik nasional, tetapi juga menyita perhatian khalayak internasional.
Ditambah kekompakannya dengan Menpora saat ini, Imam Nahrawi, membuat kita mungkin bisa bernapas lega menerawang jaminan tak akan ada saling sikut antara Menpora dan Ketum PSSI di kemudian hari, seperti yang pernah terjadi di PSSI era kepemimpinan La Nyalla Mattalitti
Menurut data CNBC Indonesia, total kekayaan Erick saat ini senilai Rp 171,35 miliar dan itu baru dihitung dari jabatannya sebagai Komisaris Utama PT. Mahaka Media Tbk. Kondisi ini sejalan dengan wajah sepak bola global dan lokal yang tengah memasuki era industri, di mana media juga memiliki peran sentral di dalamnya.
Perlu diingat juga bahwa PSSI yang dalam setahun ke belakang sedang membangun citra positif dalam mengelola bisnis sepak bola. Mulai dari menggaet dan menampilkan sponsor dalam setiap kesempatan timnas berlaga, memperbarui konsep ticketing dan lain sebagainya.
Pemilihan Erick sebagai Ketua Umum PSSI, nantinya bisa semakin menguatkan akar pohon bisnis PSSI sehingga mereka tak hanya bergantung pada uang sanksi klub yang ditagih Komdis saja. Koneksi yang dimiliki sebagai taipan muda yang sukses akan menjadi modal penting bagi keberlangsungan hidup orang-orang yang mencari nafkah di bawah payung PSSI.
Spesifik berbicara tentang media yang memainkan peran sentral di sepak bola dewasa ini, PSSI juga tengah giat mengelola media sosial mereka secara profesional. Hal itu juga terlihat dengan media liga atau kompetisi di bawah naungan PSSI dan lain sebagainya.
Dilansir dari situs resminya PT. Mahaka Media Tbk. yang dipimpin Erick, saat ini memiliki sebuah stasiun televisi lokal, beberapa kanal radio, dan surat kabar. Ini bukan tidak mungkin di kemudian hari akan bekerja sama dengan grup media partner tayangan liga sepak bola dan tim nasional, yakni Emtek Grup dan MNC Grup.
Erick dapat menggunakan kuasanya sebagai Ketua Umum PSSI untuk menguatkan tayangan sepak bola Indonesia yang selama ini kalah pamor dari tayangan lainnya, seperti konser dangdut atau sinetron remaja. Padahal, sepak bola nasional tak kalah menggoda dan penuh drama, bukan? Di satu pihak Mahaka bisa menawarkan pengalaman berbeda dengan memperdengarkan pertandingan sepak bola melalui radio seperti yang dilakukan oleh RRI, misalnya.
Bersama sang taipan kelahiran Jakarta 48 tahun silam sebagai laksamana tertinggi (kelak), sebuah doa dipanjatkan secara khusus agar PSSI berubah dari sebuah kapal karatan menjadi yacht mewah yang nantinya mampu membawa Sang Garuda melintasi samudera sepak bola internasional.
Tantangan berat akan dihadapi untuk mengubah citra negatif yang selama ini mengakar di wajah PSSI, apalagi penulis juga sudah bosan dengan lingkaran “orang dalam PSSI” yang terus bereksistensi selama sewindu ke belakang. Bersama Erick Thohir, revitalisasi wajah federasi mungkin akan terjadi dari dalam dengan merekrut sejumlah orang muda, untuk berkarya di sepak bola Indonesia.
Penulis bukanlah sosok ketua kampanye nasional pemenangan Erick Thohir kalau ia benar-benar menjadi calon Ketua Umum PSSI. Tapi untuk saat ini, mungkin memang hanya beliau yang ideal memimpin PSSI, andai #EdyOut benar-benar (dan harus) terealisasi.