Analisis

Di Manapun Berada, Jorginho Selalu Ada

Sapu bersih tiga laga pertama Liga Primer Inggris dilakukan Chelsea. Dengan Maurizio Sarri sebagai nakhoda anyar, The Blues memeragakan skema Sarri-ball ala Napoli-nya Sarri, berbekal Jorginho yang selalu ada (hampir) di setiap jengkal lapangan.

Jorginho menjadi pembelian termahal kedua Chelsea musim ini. Banderol harga 57 juta euro yang dibayarkan Chelsea ke Napoli hanya kalah dari Kepa Arrizabalaga senilai 80 juta euro dari San Mamés (kandang Athletic Bilbao) ke Stamford Bridge. Harga yang di kemudian hari terbukti sepadan dengan kontribusi Jorginho.

Sejak pekan pertama Liga Primer Inggris 2018/2019, Jorginho selalu menjadi starter. Ia menjadi sosok sentral dalam membagi bola dan mendikte tempo, dalam formasi 4-3-3 khas Maurizio Sarri. Peran sama persis seperti yang diemban pemain blasteran Italia-Brasil itu di Napoli.

Kelebihan Jorginho terletak pada kemampuan playmaking. Pemain berusia 26 tahun ini bertugas mengalirkan bola secara akurat, dan ditunjang dengan seleksi umpan yang bagus. Oleh karena tugas itulah ia ditempatkan tepat di tengah dalam susunan tiga gelandang, sehingga menggeser N’Golo Kante ke kanan.

Baca juga: Kesederhanaan dan Senyuman N’Golo Kante yang Membuatnya Dicintai Semua Orang

Sebagai playmaker, Jorginho memang memiliki kualitas ketika bola berada di kakinya. Ia bisa mengirim umpan secara presisi ke lawannya yang dijaga ketat, menempatkan bola di belakang garis pertahanan lawan, atau mengirim umpan terobosan yang membelah pertahanan.

Jorginho juga lihai memainkan umpan satu-dua. Sentuhan pertama yang halus ditambah kemampuan dribel yang baik, membuat Jorginho juga kerap membawa bola mendekati sepertiga akhir lapangan. Tidak hanya terpaku di posisinya untuk mendistribusi bola, seperti playmaker klasik. Itulah sebabnya heat-map Jorginho seringkali menghiasi dua sisi pinggir lapangan sekaligus.

Oleh karena kemampuannya itu pula, kendali permainan Chelsea sekarang lebih banyak beralih ke Jorginho. Bukan lagi Eden Hazard seorang. Data dari @OptaJoe di bawah ini menunjukkan jumlah operan Jorginho di babak pertama melawan Newcastle United, Senin (27/8) dini hari tadi.

Di situ tertera bahwa Jorginho sukses melakukan 86 operan dari 92 percobaan. Artinya, hanya 6 yang gagal dengan akurasi mencapai 93,5%. Angka tersebut bahkan lebih banyak 19 operan ketimbang yang sukses dilakukan seluruh pemain Newcastle di lapangan saat itu.

Bukan tanpa kelemahan

Kemampuan playmaking Jorginho memang menggiurkan, terutama bagi Chelsea karena usia Cesc Fàbregas semakin menua. Meski demikian, mendatangkan Jorginho ke Liga Primer Inggris yang terkenal sangat dinamis permainannya, bukan tanpa risiko.

Pemain bernama lengkap Jorge Luiz Frello Filho ini bukan tipikal pemain yang bagus melakukan pergerakan tanpa bola saat bertahan. Buruknya aspek defensif Jorginho membuat Chelsea sangat rentan jika mendapat serangan balik, terutama dari tengah lapangan di mana Jorginho berada.

Akan tetapi Maurizio Sarri bukan tanpa persiapan perihal kelemahan anak didiknya itu. Sang allenatore menempatkan dua gelandang dinamis untuk menemani Jorginho, agar ketika bola hilang dari penguasaan masih ada pemain yang langsung siap menekan untuk merebut kembali.

Opsinya ada dalam diri N’Golo Kanté, Ross Barkley, dan Mateo Kovačić. Kanté terus dipercaya sebagai tandem Jorginho di kanan pada tiga laga pertama, sedangkan dua nama terakhir dipasang bergantian. Barkley di gameweek 1 dan 2, kemudian Kovačić di pekan ketiga tadi malam.

Strategi tersebut berjalan lancar di tiga laga perdana Liga Primer Inggris 2018/2019. Bila laju kenjang ini bisa tetap dipertahankan hingga akhir musim, akan menjadi pencapaian indah bagi Jorginho, yang ketika jersey-nya baru saja dipajang di Chelsea Official Store, sudah membuat ibunya menangis terharu saking bangganya.