Cerita

Dua Pertanyaan bagi Angel Alfredo Vera

Sekembalinya ke kasta teratas sepak bola Indonesia, Go-Jek Liga 1, dengan status kampiun Liga 2 musim 2017 silam, Persebaya memasang target lumayan muluk yaitu finis di papan atas. Hal ini sendiri diungkapkan oleh Presiden klub, Azrul Ananda, jelang musim kompetisi 2018 bergulir.

Namun apa yang diutarakan sosok yang juga menggilai cabang olah raga basket itu seolah jauh panggang dari api kalau mengacu pada klasemen sementara Liga 1 2018 hingga pekan ke-15 (Persebaya baru memainkan 14 pertandingan). Pasalnya, anak asuh Angel Alfredo Vera masih setia menghuni papan tengah, tepatnya di peringkat kesembilan, usai sebelumnya menghabiskan banyak waktu di zona bawah, bahkan area relegasi.

Situasi demikian membuat hati Bonek, suporter fanatik Persebaya, merasa kesal dan jengah. Tak peduli bahwa langkah-langkah penguatan sudah dilakukan oleh kubu manajemen sebelum kompetisi diputar. Apalagi selama ini, Bonek sudah memberi dukungan semaksimal mungkin, baik di partai kandang maupun tandang.

Salah satu figur yang ada di bawah sorotan Bonek tentu saja pelatih Bajul Ijo, Vera. Saya pun meyakini bahwa Bonek memiliki sejumlah pertanyaan untuk pelatih berpaspor Argentina tersebut. Semuanya tentu berhubungan erat dengan penampilan Persebaya sejauh ini.

1) Seperti apa metode latihan Persebaya?

Dalam kurun 14 pertandingan yang sudah dilakoni Bajul Ijo, ada banyak sekali pemain yang tumbang akibat cedera. Mulai dari David da Silva, Muhammad Syaifuddin, Nelson Alom, Otavio Dutra, sampai Robertino Pugliara. Alhasil, Persebaya terhitung jarang bermain dengan kekuatan penuh sebab tiap pekannya, selalu ada figur penting yang absen.

Berulangnya kejadian seperti ini sudah pasti memunculkan keingintahuan Bonek perihal metode latihan yang dipilih Vera, utamanya yang berkaitan dengan conditioning para penggawanya.

Terlepas dari permainan keras lawan, ketatnya jadwal pertandingan di Liga 1 (berbeda dengan situasi di Liga 2 musim lalu) atau spartannya pola permainan Bajul Ijo di sepanjang laga, seringnya Irfan Jaya dan kolega tumbang akibat cedera merupakan alarm peringatan yang jelas.

Seharusnya, dengan metode latihan yang tepat, khususnya buat menyesuaikan cara bermain yang disukai Vera, para penggawa Persebaya takkan mudah rontok seperti daun-daun yang meranggas di musim kemarau seperti sekarang. Maka wajar apabila pertanyaan perihal kondisi fisik yang sebenarnya dari para penggawa Bajul Ijo meletup-letup di kepala Bonek.

Mungkinkah metode latihan yang diterapkan Vera belum sepenuhnya cocok untuk skuat Persebaya dalam mengarungi kompetisi Liga 1?

2) Komposisi pemain yang kerap berubah

Kebijakan rotasi pemain adalah suatu hal yang umum diterapkan para pelatih pada kancah sepak bola. Hal serupa, tampaknya juga diterapkan oleh Vera bersama Persebaya di musim kompetisi 2018.

Akan tetapi, ada berbagai kejanggalan yang Bonek rasakan terkait hal ini sebab perubahan komposisi pemain Bajul Ijo berlangsung tiap pekan bak siklus yang tak bisa dihentikan. Tentu dengan catatan, menepikan banyaknya para pemain Persebaya yang harus absen karena cedera.

Vera tentu dapat mengklaim bahwa berubahnya komposisi pemain di tim asuhannya sering muncul disebabkan penyesuaian strategi terhadap kubu lawan plus menihilkan absensi pemain andalan.

Walau demikian, perasaan aneh bakal terus bergelora di dada Bonek saat tahu bahwa Misbakhus Solikin, Alom, dan Pugliara yang sama-sama fit serta bermain di laga sebelumnya (sekaligus membawa Persebaya memetik kemenangan), justru tidak dimainkan kembali pada pertandingan selanjutnya. Padahal, dalam partai tersebut kondisi ketiganya juga prima. Ujungnya, Persebaya asuhan Vera seolah tak punya the winning team buat melibas lawan-lawannya.

Adakah intervensi pihak-pihak di luar staf kepelatihan mengenai pemilihan pemain di starting eleven?

Bila dua pertanyaan ini masih terus diperlihatkan oleh Persebaya dalam laga-laga Liga 1 berikutnya atau sampai musim selesai, anggapan Bonek kalau ada sesuatu yang tak beres dengan klub kesayangan mereka mungkin ada benarnya.