Dalam laga 16 besar Piala Dunia 2018 antara Uruguay kontra Portugal, Edinson Cavani melejit sebagai bintang utama. Sepasang gol yang dibukukan oleh pria berambut gondrong tersebut, masing-masing di menit ke-7 dan ke-62, berhasil mengantar Los Charruas lolos ke fase perempat-final sekaligus menghadiahi tiket mudik buat Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan.
Kendati demikian, pelatih Oscar Washington Tabarez terpaksa menarik sang penyerang andalan di menit ke-74. Hal itu Tabarez lakukan sebab Cavani tampak meringis kesakitan gara-gara cedera.
Pasca-laga, tim medis Uruguay langsung mengecek kondisi Cavani sampai akhirnya menemukan fakta bahwa otot kaki pemain milik Paris Saint-Germain (PSG) tersebut mengalami gangguan. Oleh karena itu pula, rasa cemas jika Cavani kudu absen di pertandingan perempat-final kontra Prancis semakin mengemuka terus mengemuka.
Dilansir oleh Standard, hingga satu hari jelang laga krusial tersebut, kebugaran Cavani belum kunjung membaik. Sang pemain masih merasakan sakit di kaki sebelah kirinya sehingga lebih banyak menghabiskan waktu dengan beristirahat.
Andai tetap masuk ke dalam skuat yang bertanding melawan Les Bleus sekalipun, para pengamat yakin bahwa Cavani hanya akan duduk di bangku cadangan seraya menonton rekan-rekannya berjuang sampai titik darah penghabisan.
Situasi demikian lantas melahirkan satu pertanyaan besar di benak para penggila sepak bola. Tanpa Cavani, Uruguay bisa apa?
Dengan gelontoran 3 gol yang sudah dicetaknya di Piala Dunia 2018, Cavani berdiri sebagai top skor Uruguay. Unggul sebiji dari kepunyaan sang tandem sehati, Luis Suarez.
Menariknya, sosok berjuluk El Matador ini sempat dikritik habis lantaran mandul saat Los Charruas menjalani dua laga perdananya di babak penyisihan grup (masing-masing melawan Mesir dan Arab Saudi). Akan tetapi, sisi klinis yang mulai tampak dari Cavani membuat para pengkritik buru-buru menjilat ludahnya sendiri.
Selama ini, duo Cavani dan Suarez memang jadi pilihan utama Tabarez buat mengisi lini serang. Bahkan untuk mengakomodasi duet mereka, sang pelatih gaek bersikukuh menggunakan skema 4-4-2 sebagai andalan.
Dibebani tugas yang berbeda namun saling melengkapi, baik Cavani dan Suarez berhasil menjawabnya lewat cara brilian. Presensi mereka senantiasa bikin bek-bek lawan keder sehingga memberi keuntungan buat Uruguay.
Kini, dengan absennya Cavani, Los Charruas tentu akan dirugikan karena daya dobrak mereka sedikit berkurang. Tak peduli bahwa salah satu dari Maxi Gomez, Cristhian Stuani, atau Jonathan Urretaviscaya bisa diplot Tabarez sebagai tandem baru Suarez di laga melawan Prancis.
Ancaman yang bisa dipertontonkan duet Gomez-Suarez, Stuani-Suarez ataupun Urretaviscaya-Suarez jelas tak semengerikan teror dari Cavani-Suarez yang bisa memunculkan rasa was-was berlebih di dalam dada Raphael Varane dan Samuel Umtiti, palang pintu andalan tim lawan.
Keadaan pincang di sektor depan kubu Uruguay ini pun dianggap sebuah keuntungan tersendiri oleh salah seorang penggawa Prancis, Adil Rami. Bek berumur 32 tahun itu sadar betul jika kualitas Cavani di atas rata-rata dan berpotensi menyulitkan Les Bleus.
“Cavani adalah satu dari sekian penyerang terhebat di dunia dan sedang berada dalam bentuk permainan terbaiknya sepanjang penyelenggaraan Piala Dunia 2018. Maka ketiadaan Cavani di sektor depan Uruguay saat berjumpa dengan kami, adalah nilai plus yang wajib dimanfaatkan semaksimal mungkin”, terang Rami.
Menariknya, absennya Cavani yang mendekati 100% di partai melawan Prancis tak bikin Suarez kebingungan. Pemain kepunyaan Barcelona itu mengatakan bahwa performa mengilap Uruguay hingga detik ini, tidak dikarenakan performa hebat dari satu sosok pemain saja. Semua pemain, termasuk yang duduk di bangku cadangan, memiliki perannya masing-masing guna bekerja secara kolektif.
“Di beberapa laga babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona CONMEBOL, Uruguay juga pernah bermain tanpa Cavani. Para pengganti yang ditunjuk oleh pelatih, nyatanya sanggup memperlihatkan aksi nan apik. Hal senada, saya yakini juga bakal mereka perlihatkan sekali lagi kala dipercaya turun menghadapi Prancis”, papar Suarez.
Kenyataan yang terpampang jelas di hadapan Uruguay perihal kebugaran Cavani, sudah pasti memaksa Tabarez untuk memutar otak buat menemukan strategi yang paling tepat kala berhadapan dengan racikan Didier Deschamps di kubu seberang.
Skema defensif Prancis sendiri memperlihatkan banyak celah sehingga di babak 16 besar kemarin, Argentina sanggup mengoyak jala Hugo Lloris sampai tiga kali. Uruguay dengan pemain-pemain berkualitas dan taktik mumpuninya, jelas punya kesempatan yang sama besar untuk kembali mengacak-acaknya.
Bisa dipastikan bahwa Tabarez dan seisi skuatnya akan bekerja keras dalam mempersiapkan diri ataupun saat bertanding melawan Prancis nanti. Mereka, plus suporter fanatiknya, tentu enggan menangisi ketiadaan Cavani atau berandai-andai jika saja El Matador bermain ketika laga melawan Prancis usai beroleh kekalahan.