Uruguay sangat beruntung memiliki Diego Godin. Bukan hanya merupakan salah satu bek tengah terbaik di dunia, pemain Uruguay ini adalah pengabdi yang cukup setia dan mentor yang baik bagi pemain yang berusia lebih muda darinya. Salah satu ‘murid’-nya kini menjadi rekan duetnya di sektor bek tengah Uruguay maupun Atletico Madrid, yaitu Jose Gimenez.
Sebagai pemain senior, Godin yang kini telah berusia 32 tahun telah mengecap banyak kesuksesan. Bersama Atletico Madrid, ia sudah memenangi enam gelar baik domestik maupun kontinental. Ia juga salah satu pemain penting Uruguay yang secara mengejutkan menembus semifinal Piala Dunia 2010. Di Piala Dunia 2018 ini, ia tampil sebagai kapten sekaligus palang pintu tangguh La Celeste.
Pelatih Oscar Tabarez semakin percaya kepada Godin sewaktu ia mengawal lini belakang Uruguay dengan baik di Piala Dunia 2014. Saat itu, tim Uruguay yang sebenarnya tampil tak cukup meyakinkan masih sanggup melangkah ke perdelapan-final, berkat gol tunggalnya ke gawang Italia di laga penentuan fase grup.
Di turnamen yang berlangsung di Brasil itulah Tabarez sepertinya melihat formula lini belakang yang dipertahankannya hingga kini. Menyusul kekalahan 1-3 dari tim non-unggulan Kosta Rika, sang pelatih mengistirahatkan bek senior Diego Lugano dan memberi kesempatan kepada pemain muda, Jose Gimenez.
Gimenez yang saat itu masih berusia 19 tahun langsung diperkenalkan tak hanya dengan pentas sepak bola akbar, tapi juga mentor yang sampai saat ini setia membimbingnya. Perlahan-lahan, kedua pemain yang berselisih usia sembilan tahun ini menjadi pilar Uruguay dan Atletico Madrid.
Gimenez juga seperti belajar dari Godin kemampuan mencetak gol-gol penting. Di laga pembuka menghadapi Mesir, Gimenez mencetak gol penentu kemenangan di menit akhir laga. Sebagai mentor yang juga berpengalaman mencetak gol penentu yang membawa gelar juara LaLiga 2013/2014 kepada Atletico Madrid, Godin pasti bangga melihat pencapaian rekan sekaligus ‘murid’-nya ini.
Kombinasi keduanya menjaga gawang Fernando Muslera tetap perawan di fase grup Piala Dunia 2018. Statistik Godin sendiri cukup fantastis. Ia menjadi pemain yang melakukan tekel bersih terbanyak sepanjang fase grup, yaitu delapan kali. Eks pemain Villarreal ini juga memenangkan duel udara terbanyak selama fase grup, juga sebanyak delapan kali.
Ketangguhan Godin akan sangat bermanfaat bagi ‘sesi mentoring’ Gimenez, mengingat ia diharapkan menjadi pemain kunci di sektor pertahanan Uruguay di masa depan. Sampai babak 16 besar, kontribusi pemain yang kini berusia 23 tahun ini juga terbilang luar biasa. Jumlah tekel suksesnya memang hanya di angka rata-rata 2,3 per pertandigan dalam tiga laga. Namun, ia melakukan empat intersep dan enam sapuan penting.
Setelah menyingkirkan jawara Piala Eropa, yaitu Portugal, Uruguay mendadak menjadi salah satu calon kuat melaju ke semifinal. Ketajaman Luis Suarez dan Edinson Cavani plus dukungan lini tengah yang mantap dari Rodrigo Bentancur, Lucas Torreira, dan Matias Vecino memang menjadi kekuatan La Celeste. Namun, kekuatan sebenarnya adalah duet tua-muda di jantung pertahanan. Kokohnya lini belakang yang hanya menderita kebobolan satu gol di babak 16 besar ini memperoleh julukan ‘El Muro de Uruguay’ (Tembok Uruguay).
Jika Uruguay akhirnya sanggup melaju ke semifinal atau bahkan final, itu adalah hasil dari ‘sesi mentoring’ Godin dan Gimenez yang telah berlangsung sejak 2014.