Inggris akhirnya berhasil memutuskan ikatan buruk mereka dengan adu penalti. Setelah sekian kali gagal berprestasi dalam turnamen besar antar negara karena kalah di adu penalti, The Three Lions akhirnya mampu untuk menang dalam tos-tosan.
Kolombia adalah negara pertama yang berhasil dikalahkan Inggris di babak adu penalti di Piala Dunia, setelah eksekusi penalti Eric Dier memastikan Inggris lolos ke perempat final Piala Dunia 2018. Namun, keberhasilan Inggris mengalahkan Kolombia di babak adu penalti bukanlah kebetulan belaka. Itu adalah buah hasil pikiran dan kerja keras sang pelatih kepala mereka, Gareth Southgate.
Bagi Southgate, adu penalti barangkali adalah hal yang paling traumatis dalam hidupnya. Bagaimana tidak, Southgate pernah menjadi penyebab kegagalan Inggris di babak adu penalti. Hal itu terjadi di pertandingan semifinal Piala Eropa 1996. Kala itu, skuat Inggris yang dihuni oleh pemain-pemain bintang macam Paul Gascoigne, Alan Shearer, Stuart Pearce, Teddy Sheringham, hingga Southgate sendiri, kandas di tangan Jerman di babak adu penalti dengan skor menegangkan 6-5. Southgate, yang kala itu ditunjuk sebagai penendang keenam, mendapati bahwa tendangan penaltinya dihentikan oleh Andreas Kopke, dan negaranya pun tersingkir.
Southgate menyatakan bahwa kejadian itu masih membebaninya hingga saat ini.
“Sayangnya, kegagalan itu (penalti di Piala Eropa 1996) tak pernah benar-benar keluar dari kepala saya,” ujarnya seperti dilansir dari Guardian.
Namun, hebatnya, ia berhasil menjadikan kegagalan ini sebagai pelajaran yang berharga baginya. Meskipun harus menunggu selama 22 tahun untuk menuai buahnya, kegagalan penalti Southgate tampak benar-benar membuatnya memahami bahwa adu penalti bukanlah hal yang sepele.
“Saya banyak belajar dari kejadian tersebut, bahkan hingga saat ini. Ketika ada sesuatu yang salah terjadi dalam hidup Anda, Anda harus menjadi lebih kuat dan menyadari bahwa ada hal penting yang harus Anda raih dalam hidup. Jangan menyesal karena tanpa kesalahan Anda tak akan menjadi lebih baik.”
Perkataan Southgate tentu sangat menggugah, namun aksinya berbicara jauh lebih besar daripada ucapannya. Ia menyadari bahwa 22 tahun lalu, ia maju menjadi penendang penalti secara sukarela, tanpa adanya latihan terlebih dahulu. Maka dari itu, ia benar-benar menempa kemampuan anak asuhnya dari titik 12 pas.
Menurut Guardian, pelatih berusia 47 tahun ini telah menyiapkan anak asuhnya untuk adu penalti sejak di kamp latihan Inggris di bulan Maret lalu. Mereka tak hanya belajar tentang bagaimana cara menendang penalti yang baik, namun juga menerapkan strategi untuk mengatasi tekanan sekaligus memainkan trik psikologis.
Hal-hal yang terlihat sepele, seperti cara berjalan dari lini tengah hingga ke kotak penalti pun turut diperhatikan. Jordan Pickford, yang berhasil menepis tendangan penalti Carlos Bacca, diajarkan untuk bagaimana membentuk mimik muka yang intimidatif dan dapat menganggu eksekutor penalti lawan.
Tak sampai di situ, kabarnya timnas Inggris juga merekrut psikolog untuk membantu Southgate menyiapkan pemain-pemainnya yang akan ditunjuk sebagai eksekutor penalti! Dilansir dari The Sun, seorang psikolog bernama Pippa Grange ditunjuk untuk mengetes kekuatan mental pemain Inggris. Berdasarkan hasil tes tersebut, Southgate pun memilah-milah siapa saja yang akan dijadikan eksekutor pertama dan selanjutnya.
Salah satu bagian dari staf kepelatihan Inggris berkata kepada The Sun bahwa Southgate benar-benar bertekad untuk mampu menang di adu penalti.
“Southgate adalah salah satu orang yang pernah menderita karena kutukan Inggris di adu penalti dan ia bertekad untuk menghapus kutukan tersebut. Namun, ia menempuh jalan yang benar-benar saintifik untuk menggapai keinginannya, untuk memperbaiki apa yang selama ini salah. Pemain-pemain yang ada benar-benar dinilai siapa yang paling mampu mengatasi tekanan.”
Kerja keras timnas Inggris pun terbayar. Dari lima penendang The Three Lions, hanya Jordan Henderson yang gagal melakukan tugasnya. Semua eksekutor lainnya berhasil menuntaskan tendangannya dengan meyakinkan. Selain para eksekutor, Pickford yang bertugas sebagai penjaga gawang pun layak diberi kredit tinggi. Namun, standing ovation tentunya harus diberikan kepada sang pelatih, Gareth Southgate, yang telah melakukan persiapan yang mendetil akan hal ini. Dan Inggris pun mungkin tak akan mampu menang atas Kolombia apabila Southgate tak gagal 22 tahun lalu.