Mengikuti jejak Spanyol 2014 (vs Belanda 1-5), Italia 2010 (vs Paraguay 1-1), dan Prancis 2002 (vs Senegal 0-1), Jerman yang datang sebagai juara bertahan harus rela gagal meraih kemenangan di partai perdana mereka di Piala Dunia. Bertemu Meksiko, Jerman kalah tipis dengan skor 0-1.
Meksiko benar-benar belajar dari kekalahan telak mereka atas Jerman di semifinal Piala Konfederasi 2017. Kala itu, mereka coba mengimbangi permainan ball possession ala Jerman, dan akhirnya kalah telak 1-4. Di pertandingan ini, para pemain Meksiko membiarkan skuat Jerman untuk menguasai bola dan lebih menunggu di belakang untuk kemudian melakukan upaya counter attack.
Taktik ini terlihat berhasil babak pertama di mana para pemain Jerman terlihat sangat tidak nyaman saat menghadapi 8 pemain di area pertahanan Meksiko. Walaupun kedua tim sama-sama ciptakan banyak tembakan, namun harus diakui jika peluang Meksiko lebih berbahaya dibanding peluang Jerman. Kuartet lini depan, Javier ‘Chicarito’ Hernandez-Miguel Layun-Hirving Lozano-Carlos Vela, beberapa kali mampu memanfaatkan lambatnya bek-bek Jerman turun saat serangan balik.
Puncaknya di menit 35, taktik Juan Carlos Osorio tersebut sanggup membuat mereka unggul terlebih dahulu. Berawal dari kesalahan Sami Khedira, Hector Moreno mampu memberi umpan langsung kepada Chicharito yang kemudian melakukan operan satu-dua dengan Carlos Vela. Melihat sisi kanan Jerman kosong, Chicharito langsung memberikan kepada Hirving Lozano yang mampu mengecoh Mesut Özil sebelum menaklukkan Neuer.
Gol tersebut juga membuktikan jika skuat El Tricolor di laga ini sangat terlihat unggul dalam hal kecepatan. Ketika proses gol tersebut, bek kanan Joshua Kimmich telat untuk turun ke pertahanan sehingga hanya menyisakan Özil yang harus menutup kecepatan Lozano.
Di paruh kedua, strategi tidak berubah sama sekali. Jerman menyerang, Meksiko mengandalkan serangan balik. Namun skuat Die Mannschaft seolah kehabisan ide untuk menembus ketatnya barisan pertahanan Meksiko. Kredit lebih patut diberikan kepada dua bek tengah Meksiko, Hector Moreno dan Hugo Ayala, dua pemain ini menjadi benteng terakhir di mana Jerman tidak mudah menembus kotak penalti.
Selain dua bek, sosok menonjol di paruh kedua adalah pemain Sevilla, Miguel Layun, yang di partai ini diplot sebagai sayap kanan, padahal posisi aslinya ialah bek kanan. Namun strategi ini sangat efektif karena beberapa kali, ia mampu memulai counter attack yang sangat berbahaya bagi pertahanan Jerman.
Jerman sendiri bukan tanpa usaha untuk mencetak gol. Pemain naluri menyerang seperti Mario Gomez, Marco Reus, dan Julian Brandt dimasukkan namun masih gagal menembus pertahanan Meksiko. Bahkan di akhir pertandingan, Jerome Boateng dan Mats Hummels terlihat sering berada di atas garis tengah lapangan untuk membantu penyerangan namun masih tetap gagal. Mungkin, pemain seperti Leroy Sane yang mempunyai skill individu sangat dirindukan di saat seperti partai ini.
Keunggulan satu gol Meksiko tidak mampu dibalas hingga peluit akhir dibunyikan. Rasa frustasi menghantui skuat Jerman, mereka menciptakan 25 tendangan tanpa satupun yang menjadi gol.
Kutukan juara bertahan dua Piala Dunia terakhir
Di Piala Dunia 2010 dan 2014, juara bertahan selalu gagal lolos dari fase grup. Spanyol di edisi 2014, sebagai juara dunia edisi 2010 gagal lolos dari fase grup di mana mereka menelan dua kekalahan dan hanya satu kemenangan. Dua edisi tersebut mengikuti gelaran tahun 2002, di mana kala itu Prancis juga gagal lolos.
Sedangkan Italia di edisi 2010, sebagai juara dunia 2006, juga gagal melaju ke fase gugur setelah gagal meraih kemenangan di tiga laga fase grup. Catatan buruk yang saat ini menghantui Jerman dan membuat langkah mereka sedikit penuh beban ke fase selanjutnya.
Catatan ini sekaligus menjadi start terburuk mereka sebagai juara bertahan di turnamen empat tahunan ini. Saat 1958 mereka sanggup menang dari Argentina dengan skor 3-1, kemudian di edisi 1978 mereka imbang dengan Polandia tanpa gol, berlanjut di edisi 1994 mereka mengalahkan Bolivia 1-0.