Untuk kedua kalinya sejak edisi tahun 2010, khususnya sejak pisah dari Montenegro, Serbia kembali tampil di pentas akbar Piala Dunia setelah absen pada pagelaran tahun 2014 di Brasil. Lawan mereka di laga pembuka Grup E ini adalah negara kuda hitam yang mengejutkan dunia empat tahun lalu di Brasil, Kosta Rika.
Yang menarik, lini tengah Serbia di gelaran tahun ini dipenuhi nama-nama yang berkualitas, dengan sosok Sergej Milinkovic-Savic sebagai pusat perhatian dan Nemanja Matic, salah satu gelandang bertahan terbaik dunia, sebagai porosnya.
Malam ini, Serbia menurunkan gelandang-gelandang terbaiknya dengan Adem Ljajic, Dusan Tadic, dan Luka Milivojevic, untuk menemani Sergej dan Matic di lini tengah. Aleksandar Kolarov dan Branislav Ivanovic berada di lini belakang, sementara penyerang bengal, Aleksandar Mitrovic turun sebagai penyerang tunggal. Bagi Ivanovic, turun di laga ini juga membuatnya menjadi penampil terbanyak bagi timnas Serbia dengan 104 caps, unggul satu cap dari Dejan Stankovic.
Sementara sang penantang, Kosta Rika, masih dikawal oleh sang guardian angel, Keylor Navas, yang sejak empat tahun lalu di Brasil, masih setia menjadi pilihan terbaik di bawah mistar. Nama-nama senior seperti Celso Borges, Christian Gamboa, dan Bryan Ruiz masih menghiasi skuat ini, walau sayangnya, Joel Campbell, disimpan di bangku cadangan dan pelatih Oscar Ramirez lebih memilih menurunkan sosok Marco Urena sebagai juru gedor.
Secara sekilas, skuat ini adalah skuat terbaik Kosta Rika, mengingat sejak empat tahun lalu, tidak benar-benar ada pemain muda yang bersinar dan menonjol di tim ini. Nama-nama lama seperti Bryan Oviedo, hingga Christian Bolanos juga masih ada di tim ini, walau tak turun sebagai sebelas pemain inti.
Turun dengan formasi 4-2-3-1, Mladen Krstajic membuat keseimbangan lini tengah menjadi kunci utama. Milivojevic menjaga kedalaman sementara Matic lebih sebagai ball-recycling, gelandang yang memastikan aliran bola dari belakang ke depan melaju lancar.
Skema ini sempat berjalan lancar di 15 menit pertama, utamanya ketika Kosta Rika masih mencari bentuk permainan terbaik mereka. Walau begitu, beberapa kali Kosta Rika sempat mengancam di menit-menit awal melalui Urena, yang dua kali upayanya masih bisa digagalkan Vladimir Stojkovic.
Yang menjadi persoalan kemudian bagi Serbia, ketika pakem 5-4-1 ala Kosta Rika sudah berjalan lancar di atas menit ke-20, mereka kesulitan untuk membongkar pertahanan tim asal Amerika Tengah ini. Esteban Valverde, pada kolom taktiknya tentang Kosta Rika di Guardian, menuliskan dengan jelas bahwa Kosta Rika bukan tim yang dibangun untuk tampil menyerang dan dominan.
Warisan Jorge Luis Pinto kepada Ramirez di skuat ini adalah pakem tiga bek tengah, dengan diapit dua wingback cepat dan kokoh, yang dilapisi empat gelandang tengah sejajar yang membuat kerapatan blok pertahanan Kosta Rika terasa rapi dan lini tengahnya penuh.
Ini semakin menyulitkan Serbia karena, pertama, tim ini memang terlihat memfokuskan titik penyerangannya kepada Sergej, sang playmaker, yang beroperasi di depan dua gelandang bertahan Serbia, Milivojevic dan Matic. Dan ketika pintu masuk dari lini tengah dijaga dan dirapatkan dengan rapi oleh Kosta Rika, praktis, Serbia kesulitan.
Dan dilihat dari bagaimana jalannya babak pertama, adu taktik antara kedua negara sangat terasa di atas lapangan, kendati eksekusi terhadap taktik masing-masing masih terasa kasar dan belum maksimal. Serbia sebenarnya mencoba menekan dari koridor sayap, tapi Tadic dan Ljajic tidak dapat banyak bantuan dari dua bek sayap Serbia, yang, ya, kita sama-sama tahu diisi nama-nama veteran yang tidak terlalu agresif untuk naik ke atas.
Babak kedua dimulai dengan lebih intens oleh Serbia. Mitrovic beberapa kali sedikit turun ke bawah, memancing garis pertahanan Kosta Rika untuk ikut naik, dan upaya ini sempat sekali berhasil ketika penyerang yang musim lalu dipinjamkan Newcastle United ke Fulham ini mendapat situasi satu lawan satu melawan Keylor Navas. Tapi penyelesaian akhir dari penyerang alumnus Divisi Championship memang belum sebanding dengan kualitas kiper yang baru saja menjuarai Liga Champions tiga kali beruntun.
Tapi tak berselang lama, di menit ke-56, kapten tim Serbia, Aleksandar Kolarov, membuka skor dengan cara luar biasa. Tendangan bebas kaki kiri yang dilepaskan bek kiri AS Roma itu melesat deras ke pojok kiri gawang Navas tanpa mampu sedikitpun disentuh oleh tangan dari kiper Real Madrid tersebut. Tendangan bebas berkualitas yang membawa Serbia unggul satu angka.
Kosta Rika mencoba merespons gol Serbia ini dengan langkah Ramirez memasukkan si anak hilang milik Arsenal, Joel Campbell. Empat tahun lalu, bersama Bryan Ruiz, Campbell adalah bintang utama Kosta Rika walau kini pamornya mulai jauh menurun. Dan, ya, sejak pemain kidal ini masuk, serangan Kosta Rika sedikit lebih variatif dan punya daya dobrak sedikit lebih baik, mengingat Campbell punya kecepatan dan kualitas teknik yang baik.
Namun, ya, mengingat opini Valverde di atas bahwa Kosta Rika bukan tim yang dibentuk untuk menyerang dan mencetak banyak gol, tampaknya memang susah bagi mereka harus mengejar gol ketimbang ketika keadaan masih imbang tanpa gol. Kosta Rika sampai di akhir laga tidak mampu menemukan efektivitas di depan gawang lawan yang membuat mereka (mungkin) kesulitan mengulang cerita manis empat tahun lalu di Brasil.