Piala Dunia 2018

Piala Dunia 2018, Peru vs Denmark: Dewi Fortuna dan Efektivitas yang Tidak Dimiliki Peru

Datang ke Rusia dengan status tak terkalahkan sejak tahun 2017, Peru harus mengakui keunggulan Denmark dengan skor tipis 0-1. Gol tunggal Yussuf Poulsen menghancurkan pertandingan perdana mereka di Piala Dunia sejak edisi tahun 1982.

Di awal pertandingan, pelatih Peru, Ricardo Gareca, memilih untuk menyimpan sang kapten Paolo Gerrero di bangku cadangan. Padahal di dua pertandingan terakhir, Guerrero selalu bermain sebagai penyerang tunggal dalam skema 4-2-3-1 ala Peru. Namun di pertandingan ini, Gareca lebih memilih Jefferson Farfan sebagai juru gedor tunggal, demi mengakomodir Edison Flores di sayap kiri yang punya pengalaman bermain di Denmark bersama klub Aalbord BK.

Namun di babak pertama, poros serangan Peru tidak banyak tercipta dari sisi kiri penyerangan, justru Christian Cueva dan Farfan yang beberapa kali sering melakukan solo run untuk menembus pertahanan Denmark. Sorotan jutsru tertuju kepada dua gelandang tengah Peru, Renato Tapia dan Yoshimar Yotun, di mana mereka mampu meredam Christian Eriksen dan para gelandang Denmark untuk tidak banyak memegang bola. Terbukti, anak asuhan Age Hareide hanya sanggup mencatat satu tembakan ke gawang.

Di akhir babak pertama, La Rojiblanca, julukan Peru, mendapat kesempatan di akhir babak pertama setelah Christian Cueva dilanggar Yussuf Poulsen di kotak terlarang. Penalti yang diputuskan melalui VAR ini gagal dieksekusi oleh Cueva di mana tendangannya melambung jauh di atas gawang.

Mandeknya serangan Denmark coba diatasi Haraide di babak kedua dengan membuat Eriksen lebih berani bermain ke depan dan dekat dengan Nicolai Jorgensen, serta membiarkan Peru menguasai bola lebih banyak. Hasil ini terbukti efektif karena lewat skema serangan balik, di menit ke-59, Eriksen mampu mengirimkan umpan Yussuf Yurary Poulsen yang mampu diakhiri menjadi gol.

Setelah gol tersebut, Gareca langsung membuat perubahan dengan memasukkan Paolo Guerrero untuk menggantikan Edison Flores. Pergantian ini membuat serangan Peru lebih tajam dan membuat banyak peluang tercipta. Total selama 90 menit, mereka mampu menciptakan 17 peluang di mana 6 di antaranya tepat ke gawang. Namun sayang, sosok kuat di bawah mistar Denmark yaitu Kasper Schmeichel, membuat Peru gagal ciptakan satu gol pun di partai ini.

Melihat permainan seperti yang ditunjukkan Cueva dan kolega melawan Denmark, peluang mereka melawan Prancis dan Australia sebenarnya terbuka lebar untuk meraih kemenangan. Namun di Piala Dunia, mereka butuh dua faktor untuk melaju jauh, yaitu dewi keberuntungan dan efektivitas. Sesuatu yang tidak mereka dapatkan dan miliki di partai perdana.

 

Harapan baru Denmark selain Christian Eriksen

Sejak babak kualifikasi, Denmark terkenal sangat bergantung kepada penampilan gelandang Tottenham Hostpur, Christian Eriksen. Di partai ini setidaknya peran itu kembali terbukti dengan catatan satu asis untuk gol tunggal tim Dinamit di partai ini. Namun, satu nama yang mencuri perhatian ialah pemain berumur 24 tahun, Yussuf Yurary Poulsen, yang berasal dari klub Jerman, RB Leipzig.

Penampilan pemain bertinggi 193 sentimeter ini sangat menonjol di partai perdana. Posisi aslinya sebagai sayap kanan justru membuatnya rajin naik-turun membantu pertahanan. Bahkan tak jarang ia bertukar posisi dengan Pione Sisto di sisi kiri untuk memecah pertahanan ketat Peru. Usahanya membuahkan satu gol di menit ke-59 yang sekaligus menjadi gol kemenangan di partai perdana. Ia pun diganjar penghargaan man of the match di akhir laga.

Sosok Poulsen terhitung sangat baru menjadi senjata baru Denmark dalam menciptakan gol. Di partai uji coba terakhir lawan Meksiko, Poulsen juga menciptakan gol pembuka dalam kemenangan dua gol tanpa balas. Uniknya, ketika itu yang memberikan Poulsen asis adalah sosok yang sama yakni Eriksen.

Duet Eriksen-Poulsen akan kembali menjadi kunci di dua laga sisa Denmark untuk lolos ke babak 16 besar, mengulangi pencapaian mereka di edisi 1986, 1998, dan 2002.