Sudah sejak lama, tim berjulukan ‘Singa Atlas’ Maroko dicibir sebagai tim para imigran. Maklum, sebagian besar pemain yang menghiasi skuat negara Afrika Utara ini lahir di Prancis. Pelatih Herve Renard sudah bertekad untuk menyingkirkan lelucon bahwa selama ini mereka adalah tim Eropa yang berlaga di Afrika.
Piala Dunia bukanlah panggung yang asing bagi Maroko. Terakhir kali Singa Atlas berlaga di Piala Dunia adalah 20 tahun lalu. Saat itu, Moustapha Hadji dan kawan-kawan tampil cukup baik meskipun gagal lolos dari fase grup. Sekarang, banyak yang meyakini bahwa skuat Maroko jauh lebih baik.
Di bawah kepemimpinan Renard, pria asal Prancis yang pernah meraih gelar Piala Afrika dengan Zambia dan Pantai Gading, Maroko memiliki kekuatan di lini pertahanan mereka. Bayangkan, mereka tak kebobolan satu gol pun selama enam laga babak penyisihan Grup C zona Afrika. Padahal, di grup tersebut terdapat tim tangguh Pantai Gading.
Pemain kunci: Medhi Benatia
Bek kelahiran Prancis ini adalah sosok kunci kokohnya lini pertahanan Maroko. Pengalamannya bermain di AS Roma, Bayern München, dan Juventus benar-benar ditularkannya ke tim nasional. Untuk Piala Dunia 2018, Benatia tentu ingin melampiaskan kekesalannya menjadi kambing hitam setelah mengakibatkan penalti yang membuat Juventus tersingkir di Liga Champions 2017/2018 lalu. Pemain berusia 31 tahun ini juga dipercaya untuk memegang jabatan sebagai kapten para Singa Atlas.
Prakiraan formasi
Renard membuat kejutan dengan mengabaikan pemain senior Youssef El-Arabi. Padahal, penyerang yang berpengalaman membela klub Spanyol Granada ini baru saja terpilih menjadi pemain terbaik Liga Qatar. Renard lebih memilih untuk memberi kesempatan pada pemain muda Ayoub El-Kaabi. Talenta berusia 24 tahun ini diprediksi akan menjadi bintang setelah mencetak 10 gol dalam delapan laga terakhirnya.
Namun, bukan berarti Renard mengabaikan para senior lain. Selama ini, sang pelatih malah lebih memercayai penjaga gawang Munir Mohammedi daripada Yassine ‘Bono’ Bounou yang gemilang bersama Girona. Ia juga masih mengandalkan pemain-pemain senior seperti Benatia, Nordin Amrabat, Faycal Fajr, dan Karim El-Ahmadi.
Kekuatan
Kekuatan Singa Atlas terletak pada solidnya lini pertahanan mereka. Maroko mencetak 11 gol di sepanjang babak kualifikasi dan sama sekali tak kebobolan. Benatia selalu tampil hebat sebagai komandan lini pertahanan, memastikan semuanya terorganisir dengan baik. Jajaran bek Maroko dipenuhi nama-nama yang berlaga di Eropa, antara lain Nabil Dirar (Fenerbahce), Romain Saiss (Wolverhampton Wanderers), dan tentu saja, wonderkid Real Madrid, Achraf Hakimi.
Kelemahan
Terus berganti pola dari 4-3-3 ke 4-1-4-1, terlihat jelas bahwa Renard belum memiliki skema yang mantap dalam menyerang. Dengan tak dipanggilnya El-Arabi, sosok penyerang murni hanya terdapat pada El-Kaabi dan pemain senior Khalid Boutaib. Amrabat bersaudara (Nordin dan Sofyan), Belhanda, Fajr, Hakim Ziyech, dan bintang muda, Amine Harit, semuanya bertipe gelandang menyerang. Dari sebelas gol yang dicetak di babak penyisihan, hanya Boutaib yang dominan dengan koleksi empat golnya.
Peluang
Tergabung di grup yang berisikan Spanyol dan Portugal, wajar jika Maroko diprediksi akan pulang leih cepat. Namun, jika mampu menang atas Iran dan mencuri minimal satu angka dari salah satu dari dua tim raksasa di atas, peluang Maroko untuk lolos cukup terbuka.