Piala Dunia 2018

Profil Arab Saudi di Piala Dunia 2018: Misi Raja Minyak Menghapus Label Kurcaci di Turnamen Dunia

Lewat sebuah perjuangan luar biasa pada babak kualifikasi ronde ketiga zona Asia, tim nasional Arab Saudi akhirnya sukses memastikan satu tiket otomatis buat mentas di Piala Dunia 2018 usai finis di peringkat kedua Grup B, di bawah timnas Jepang.

Kesuksesan melaju ke Rusia bikin Arab Saudi menyudahi kegagalan beruntun lolos ke Piala Dunia yang telah mereka rasakan selama dua edisi (2010 dan 2014). Tercatat, aksi pamungkas The Green Falcons di Piala Dunia terjadi pada tahun 2006 lalu.

Rasa gembira yang menyelimuti asosiasi sepak bola Arab Saudi (SAFF) tak serta merta bikin mereka terlena dan lalai buat memperkuat diri. Lewat serangkaian uji tanding, termasuk tur ke Portugal dan Spanyol dalam rentang November 2017 sampai Mei 2018, Osama Hawsawi dan kawan-kawan menempa kemampuan.

Dalam 14 partai terakhir (termasuk di ajang Piala Teluk) yang mereka jalani, Arab Saudi cuma mengepak enam kemenangan serta dua hasil imbang dan tujuh kali tumbang. Walau kurang memuaskan, Pizzi tetap yakin bahwa The Green Falcons dapat berbicara banyak di Negeri Beruang Merah, utamanya buat menghapus label kurcaci yang selama ini melekat setiap kali berkiprah di pentas internasional.

Bayangan skuat

Sampai tulisan ini tayang, Pizzi belum mengumumkan 23 nama yang akan diandalkannya guna berjibaku di Piala Dunia 2018. Berdasarkan rilis via akun Twitter resminya, skuat Arab Saudi masih terdiri dari 28 pemain yang bakal melakoni uji tanding kontra Italia, Peru, dan Jerman di akhir Mei sampai awal Juni mendatang.

Menariknya, nama-nama tersebut didominasi oleh penggawa yang mentas di kompetisi lokal. Praktis, cuma tiga pemain yang merumput di luar negeri yakni Salem Al-Dawsari (Villarreal), Fahad Al-Muwallad (Levante) dan Yahya Al-Shehri (Leganes), meski status mereka pun ‘hanya’ pemain yang ‘dititipkan’ ke tim-tim Spanyol.

Tiga pertandingan uji tanding yang segera The Green Falcons lakoni tampaknya bakal jadi penentu siapa saja nama yang diangkut Pizzi ke Piala Dunia 2018.

Kekuatan

Sepanjang babak kualifikasi, Hawsawi dan rekan-rekannya jadi salah satu kesebelasan dengan rekor mencetak gol terbanyak yaitu 17 gol alias sejajar dengan Jepang. Hal itu jelas dapat dijadikan pegangan kalau serangan The Green Falcons cukup mematikan.

Andai keadaan serupa mampu ditunjukkan Arab Saudi selama tampil di Piala Dunia 2018, mereka jelas sangat berbahaya untuk para pesaing, khususnya di Grup A yaitu Mesir, Rusia dan Uruguay. Terlebih, penghuni barisan depan The Green Falcons, macam Nawaf Al-Abed dan Mohammad Al-Sahlawi, kondang dengan kecepatan primanya.

Kelemahan

Meski punya lini depan yang menggigit, setidaknya selama babak kualifikasi lalu dan uji tanding, wilayah pertahanan Arab Saudi juga memiliki lubang menganga yang sangat butuh perbaikan. Berdasarkan statistik, dalam 14 partai terakhirnya, gawang Arab Saudi sudah dibobol sebanyak 21 kali. Dipandang dari sisi manapun, rekor itu sungguh buruk.

Apalagi calon lawan mereka selama babak penyisihan grup punya kualitas yang lebih baik. Kalau Pizzi tak menemukan racikan pas guna memperkuat barisan pertahanan, Arab Saudi bisa saja menyelesaikan kampanyenya di Piala Dunia 2018 secara prematur sekaligus jadi lumbung gol.

Pemain kunci

Sosok Osama Hawsawi boleh jadi sudah tergolong veteran sebab berusia 34 tahun. Namun tenaga lelaki yang membela Al-Hilal ini masih sangat dibutuhkan Arab Saudi, khususnya dalam menggalang sektor pertahanan bareng Omar Hawsawi.

Ketenangan, pengalaman dan visi bermainnya sungguh berguna untuk meredam kehebatan penyerang hebat milik para lawan, utamanya di fase penyisihan grup semisal Edinson Cavani dan Luis Suarez (Uruguay), Artem Dzyuba dan Fedor Smolov (Rusia), serta Marwan Mohsen-Mohamed Salah (Mesir).

Sebagai kapten The Green Falcons, bisa dipastikan kalau Hawsawi bakal memimpin rekan-rekannya bertarung hingga titik darah penghabisan guna beroleh hasil sebaik-baiknya.

Prakiraan formasi

Berkaca pada sejumlah partai uji tanding yang dilakoni Arab Saudi, pakem andalan Pizzi tampaknya tidak akan jauh-jauh dari 4-2-3-1 di mana serangan via sayap jadi salah satu senjata utama.

Yasser Al Mosailem bakal dipercaya Pizzi untuk mengisi pos di bawah mistar lantaran pengalamannya yang segudang. Di depan pria berumur 34 tahun tersebut berdirilah duo Hawsawi serta Yasser Al-Shahrani dan Mansoor Al-Harbi sebagai fullback.

Sementara double pivot yang mengokupansi kedalaman di sektor tengah adalah Salman Al-Faraj dan Abdullah Otayf. Tiga gelandang yang berposisi lebih ke depan akan diperankan oleh Taisir Al-Jassim, Al-Muwallad, dan Al-Shehri. Terakhir, Al-Sahlawi bakal diinstruksikan buat menjadi juru gedor tunggal pada lini serang.

Peluang di Piala Dunia 2018

Bila dikomparasi dengan tiga saingannya di Grup A, kekuatan Arab Saudi jelas yang paling lemah. Kendati demikian, mereka tetap mengantongi kans untuk membuat kejuatan berarti, misalnya saja menahan imbang atau menekuk tuan rumah Rusia pada laga pembuka.

Namun secara keseluruhan, peluang The Green Falcons buat lolos ke babak selanjutnya sungguh berat. Mereka butuh usaha ekstra keras dan keajaiban guna mewujudkan hal tersebut. Sukses menyelesaikan misi tidak menjadi lumbung gol saja sudah amat fantastis buat Arab Saudi.