Turun Minum Serba-Serbi

Deretan Mantan Asisten yang Sukses Setelah Menjadi Pelatih Utama

Peran asisten bagi seorang pelatih tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain menjadi rekan diskusi pelatih sepanjang musim, tidak jarang asisten juga menerjemahkan apa yang diinginkan pelatih kepada pemain. Menjadi orang kepercayaan pelatih utama, membuat para asisten belajar sebanyak-banyaknya menyoal sepak bola dari pelati utama.

Yang terbaru, Rui Faria, memutuskan untuk berpisah dengan Jose Mourinho setelah 17 tahun bekerja bersama. Banyak alasan menyebut jika Rui ingin memulai karier sebagai pelatih utama sehingga tidak melulu berada di bawah bayang bayang Mourinho.

Berikut kami rangkum beberapa mantan asisten di Eropa dan sepak bola lokal yang sukses ketika menjadi pelatih kepala:

Jose Mourinho

Karier sebagai asisten hanya dijalani Mou dari tahun 1994 hingga 2000, dari mulai menjadi penerjemah bagi Sir Bobby Robson, hingga menjadi tangan kanan Louis van Gaal di Barcelona. Namun dari dua pelatih top Eropa tersebut, Mourinho banyak belajar hal dasar kepelatihan yang sangat berguna.

Saat ini Mourinho menjadi salah satu pelatih tersukses di Eropa dengan serangkaian gelar bergengsi dari mulai di FC Porto, Internazionale Milano, Chelsea, Real Madrid, hingga Manchester United. Hebatnya, sejak melatih Porto di 2002, ia tidak pernah absen memberikan minimal satu gelar bagi klubnya. Mourinho sendiri merupakan salah satu contoh, jika pelatih hebat tidak melulu harus memiliki latar belakang pemain hebat sebelumnya.

Zinedine Zidane

Berbeda dengan Mourinho, Zidane merupakan contoh terbaru mantan pemain yang sukses menjadi pelatih. Kariernya di Madrid diawali dengan menjadi asisten Carlo Ancelotti di musim 2013/2014 yang langsung berbuah La Decima, setahun kemudian menjadi pelatih kepala di Madrid Castilla, dan di Januari 2016 ditunjuk gantikan Rafael Benitez di tim utama.

Sejak saat itu, total ada 8 trofi yang ia persembahkan untuk Madrid. Dua Liga Champions, 1 La Liga, 1 Super Spanyol, 2 Piala Super Eropa, dan 2 Piala Dunia Antarklub. Musim ini bahkan ia berpeluang mencatat rekor hat-trick perdana gelar Liga Champions. Karismanya sebagai mantan Galacticos Madrid membuatnya dengan mudah mengatur para pemain bintang El Real.

Bob Paisley

Sosok Bob Paisley pasti diingat oleh penggemar Liverpool sebagai contoh pemain loyal. Dia menghabiskan kariernya sebagai pemain, asisten pelatih hingga pelatih hanya bersama Liverpool. Ia menjadi asisten Bill Shankly dari tahun 1959 hingga 1975. Bob ditunjukkan menjadi pelatih utama tahun 1974 dengan bimbingan Shankly selama semusim. Bob menikmati kesuksesan besar dengan raihan 20 trofi termasuk 3 European Cup atau sebelum format Liga Champions, dan akhirnya pensiun di tahun 1983.

Djadjang Nurdjaman

Setelah menjuarai Liga Indonesia tahun 2014, status Djadjang Nurdjaman langsung berubah menjadi salah satu pelatih top Indonesia. Bahkan kesuksesannya musim lalu membawa promosi PSMS Medan dan menjadi runner-up Liga 2 di bawah Persebaya merupakan pembuktian jika Djadjang salah satu pelatih top Indonesia saat ini. Karier kepelatihan Djadjang pun dimulai sebagai asisten Indra M Tohir di musim 1994/1995 saat Persib menjadi juara dan Arcan Lurie di tahun 2006.

Stefano ‘Teco’ Cugurra

Saat awal penunjukkannya di tahun 2017, publik tidak banyak mengenal Teco karena karier kepelatihannya banyak dihabiskan di Thailand. Namun, pada dasarnya Teco sudah tidak asing dengan sepak bola Indonesia. Ia pernah menjadi asisten Jacksen F. Tiago di Persebaya tahun 2004 silam. Ketika itu ia merasakan atmosfer juara Liga Indonesia 2004. Kini di musim keduanya bersama Persija, Teco bisa dibilang sukses jika melihat penampilan Persija di dua musim terakhir. Selain bisa lolos ke semifinal zona ASEAN, Persija juga menjuarai Piala Presiden 2018.

Joachim Löw

Pelatih Jerman saat ini memulai karier sebagai asisten pelatih Austria Wien di musim 2003/2004 dan asisten timnas Jerman di bawah Jürgen Klinsmann di tahun 2004 hingga 2006.  Bersama Klinsmann, Löw membuat generasi baru timnas Jerman yang menjadi cikal bakal jawara Piala Dunia 2014 yang lalu. Bahkan di edisi 2018 ini, timnas Jerman juga sangat difavoritkan menjadi juara di Rusia mendatang, karena mempunyai kedalaman skuat yang dimiliki oleh Jerman sangat seimbang.