Cerita Tribe Ultah

Mengingat Kilau Sylvain Wiltord, Pemain Ikonik di Era French Connection Arsenal

Masa bakti Arsene Wenger bersama Arsenal pasti berakhir di pengujung musim 2017/2018. Namun seperti yang sama-sama kita ketahui, ada jutaan cerita, baik manis dan pahit, yang berhasil diukir Wenger tatkala mengasuh The Gunners selama 22 musim pamungkas.

Saat bicara tentang kesuksesan Wenger di Arsenal, ada satu hal yang berperan atas itu semua dan begitu sulit ditampik oleh siapapun. Apalagi kalau bukan French Connection yang dibangun sang pelatih bersama para pemain dari Negeri Anggur di Stadion Highbury/Emirates.

Khusus di era 2000-an, The Gunners memang sangat identik dengan poros Prancis-nya. Mulai dari Thierry Henry, Gael Clichy, Emmanuel Petit, Robert Pires, hingga Patrick Vieira.

Di luar nama-nama di atas, ada satu sosok lain yang kontribusinya begitu ciamik untuk pencapaian-pencapaian hebat Arsenal dalam periode tersebut. Berkulit legam, berkepala plontos dan punya senyum menawan, dialah Sylvain Wiltord.

Mengawali karier sepak bola di Stade Rennais pada tahun 1991-1996, Wiltord berhasil memperlihatkan kualitas apik yang ada pada dirinya. Hal itu pula yang membuat kesebelasan yang lebih mapan di Prancis, Girondins de Bordeaux, merekrutnya pada musim panas 1997.

Bareng Bordeaux, potensi hebat Wiltord semakin meledak. Ia berperan krusial atas titel Ligue 1 kelima sepanjang sejarah klub sekaligus jadi pencetak gol terbanyak di musim 1998/1999 lewat suntingan 22 gol.

Momen-momen manis itu jugalah yang pelan tapi pasti, mulai menarik atensi Wenger. Tepat di bulan Agustus 2000, manajemen Arsenal lantas merogoh kocek sebesar 13 juta paun (merupakan rekor pembelian klub di masa itu) untuk memboyongnya ke London Utara. Wiltord diproyeksikan Wenger sebagai salah satu senjata barunya guna mengarungi seluruh kompetisi yang diikuti Arsenal.

Dengan posisi natural sebagai juru gedor, Wiltord acapkali dipasang Wenger di sejumlah posisi pada area depan karena amat serbabisa. Pada sejumlah pertandingan, lelaki setinggi 174 sentimeter ini dimainkan sebagai winger, second striker, atau bahkan penyerang tengah (berduet dengan Dennis Bergkamp atau Henry).

Bermodal teknik olah bola, kemampuan fisik prima dan insting mencetak gol mumpuni, Wiltord benar-benar mekar di Inggris dengan konsisten membantu The Gunners mendulang trofi demi trofi. Mulai dari Community Shield, Piala FA sampai Liga Primer Inggris (termasuk era legendaris bernama The Invincible di musim 2003/2004).

Salah satu momen terbaik yang abadi dalam ingatan penggemar setia Arsenal dari seorang Wiltord pastilah gol tunggalnya kala beraksi di Stadion Old Trafford, kandang dari Manchester United, pada pekan ke-37 Liga Primer Inggris 2001/2002 (8 Mei 2002), seraya mengantar The Gunners menang 1-0 dan jadi kampiun liga pada musim tersebut.

Bermain selama empat musim, Wiltord hanya merumput sebanyak 175 kali dan mengemas 49 gol plus 16 asis di seluruh ajang. Jika dikomparasi dengan catatan milik kompatriotnya semisal Henry, Pires ataupun Vieira, apa yang ditorehkan Wiltord memang terkesan inferior. Tapi, siapa yang berani memandang remeh kontribusi lelaki kelahiran Neuilly-sur-Marne, tepat 44 tahun silam itu, selama berkostum Arsenal?

Pada Juni 2008 yang lalu, Wiltord bahkan ditahbiskan oleh pendukung fanatik The Gunners sebagai pemain terbaik ke-33 (dari 50 orang pemain) Arsenal sepanjang masa. Sebuah bukti jika dirinya memiliki nilai lebih di mata suporter.

Begitu petualangannya di Negeri Ratu Elizabeth usai, Wiltord memilih pulang kampung ke Prancis daripada menerima pinangan klub Inggris yang rajin naik-turun divisi, West Bromwich Albion.

Ada sejumlah klub yang ia perkuat di sana yakni Olympique Lyonnais, Rennes (klub profesional pertamanya), Olympique Marseille, FC Nantes dan FC Metz, sebelum akhirnya benar-benar pensiun di musim panas 2010 silam. Ia sendiri sempat mencicipi manisnya titel Ligue 1 tiga musim beruntun (2004/2005, 2005/2006 dan 2006/2007) kala berkostum Lyon.

Selain gelar di level klub, Wiltord yang mengecap 92 penampilan dan 26 gol bareng tim nasional Prancis juga punya prestasi luar biasa di kompetisi internasional. Secara keseluruhan, ia berperan atas trofi Piala Eropa 2000 serta Piala Konfederasi 2001 dan 2003 yang sukses dicomot Les Bleus sehingga menahbiskan mereka sebagai salah satu timnas paling sukses di planet Bumi.

Bon anniversaire, Sylvain.