Cerita

Harapan yang Tersisa bagi Internazionale Milano di Tiga Laga Sisa Serie A

Bila diibaratkan sebuah menu makanan, partai Derby d’Italia antara Internazionale Milano dan Juventus memiliki bumbu penyedap yang beraneka rupa. Mulai dari atmosfer sengit pertandingan, adu taktik para pelatih, perjuangan keras pemain-pemain yang berlaga sampai keputusan-keputusan kontroversial wasit.

Situasi macam itu pun kembali tersaji dini hari tadi (29/4) saat I Nerazzurri dan I Bianconeri berjumpa di Stadion Giuseppe Meazza dalam lanjutan kompetisi Serie A 2017/2018 giornata ke-35.

Pertemuan dua musuh bebuyutan ini berlangsung dramatis, intens dan keras sedari wasit Daniele Orsato meniup peluit tanda dimulainya laga. Terlebih, ada misi tersendiri yang dibawa oleh masing-masing kubu sehingga ingin meraup tiga poin dari pertandingan ini. Inter yang saat ini duduk di posisi lima klasemen sementara ingin menjaga peluang mereka lolos ke Liga Champions musim depan. Di sisi seberang, Juventus yang menempati peringkat satu berhasrat untuk menggondol Scudetto-nya yang ketujuh secara beruntun.

Lewat pertarungan sengit yang menguras emosi dan tenaga, Juventus berhasil membungkus angka penuh via skor tipis 3-2. Menariknya, kemenangan itu diperoleh dengan cara heroik yaitu membalikkan keunggulan 2-1 yang sempat dipegang Inter sampai menit ke-87.

Bagi I Bianconeri, catatan manis ini tentu meringankan langkah mereka untuk mempertahankan posisi di puncak klasemen serta menggenggam Scudetto pada akhir musim. Sebaliknya, I Nerazzurri justru terperangkap dalam kondisi sulit gara-gara kekalahan ini sebab kepastian mereka lolos ke Liga Champions akan bergantung pada hasil-hasil yang dibukukan AS Roma dan Lazio.

Mengacu pada hasil minor tersebut, Luciano Spalletti yang duduk sebagai allenatore Inter mendapat sorotan tajam. Keputusannya untuk bermain defensif buat menjaga keunggulan saat laga tersisa sepuluh menit dengan cara memasukkan Borja Valero-Davide Santon guna mensubstitusi Rafinha-Mauro Icardi, dianggap sebagai blunder fatal.

Benar saja, masuknya dua pemain itu sehingga skema permainan I Nerazzurri berubah total justru memberi keleluasaan untuk I Bianconeri yang kemudian mencuri sepasang gol dalam tempo dua menit saja! Padahal, mereka sempat melakukan comeback via gol Icardi dan Andrea Barzagli (bunuh diri) usai tertinggal 0-1 hingga turun minum. Tak cuma itu karena Inter pun sudah bermain dengan sepuluh orang sedari menit ke-15. Wajar kalau kesuksesan menggetarkan jala Gianluigi Buffon sebanyak dua kali sempat membesarkan asa I Nerazzurri dan suporter fanatiknya.

Berupaya mengamankan keunggulan yang sudah dikantongi dan mencoba untuk memarkir bus agar skor itu bertahan sampai peluit panjang berbunyi memang sah-sah saja. Akan tetapi, hal tersebut kurang logis untuk dilakukan saat lawannya adalah Juventus.

Terlebih materi pemain yang Inter miliki sangat jauh dari kata hebat karena di antara pemain inti dan cadangan, terhampar jurang kualitas yang cukup lebar sehingga menyulitkan Spalletti untuk mempertahankan kekuatan serta kualitas tim pada saat taktik yang ingin diimplementasikan berubah.

Mengacu pada raihan angka di classifica, Inter sudah tertinggal empat poin dari Roma (peringkat ketiga) yang dini hari tadi juga sukses mengepulkan kemenangan telak 4-1 atas Chievo Verona. Sementara Lazio (peringkat keempat) juga berpeluang memperlebar jarak lantaran belum memainkan pertandingannya di giornata ke-35 kontra Torino.

Mengambil asumsi Lazio juga sukses beroleh kemenangan di Stadion Olimpico Torino nanti malam (29/4), maka langkah Inter guna meraih impian lawasnya untuk kembali bertarung di Liga Champions akan terasa sangat-sangat berat.

Pasalnya, selisih empat poin yang terbentang di antara I Nerazzurri dan sepasang klub ibu kota tersebut muncul di saat Serie A 2017/2018 cuma menyisakan tiga giornata saja.

Walau demikian, Inter tetap punya harapan yang tersisa untuk bertarung di kejuaraan antarklub nomor wahid di Benua Biru itu. Syaratnya mudah saja, menyapu bersih tiga laga tersisa sembari berdoa dan berharap Roma serta Lazio terpeleset di giornata-giornata berikutnya.

Tak menyenangkan karena menggantungkan nasib kepada tim lawan? Sudah pasti. Namun seperti inilah fakta yang terhampar di depan mata. Suka tidak suka, mesti dijalani dan dilalui Inter dengan cara terbaik agar mereka benar-benar sampai pada tujuan akhir yang diinginkan. Akan tetapi, mereka pun harus mengingat bahwa saat ini, tak ada lagi kesalahan dalam bentuk apapun yang bisa ditoleransi.