Musim 2013/2014 adalah musim yang tidak akan pernah dilupakan penggemar maupun para pemain Liverpool, terutama kapten mereka saat itu, Steven Gerrard. Hampir semua orang yakin bahwa musim itu adalah musimnya The Reds. Sama seperti di musim ini di mana lini depan Liverpool diisi oleh pemain-pemain hebat, lini depan ala Brendan Rodgers juga diisi oleh penyerang-penyerang tajam dan buas.
Daniel Sturridge di masa primanya merupakan penyerang yang ditakuti oleh bek lawan. 21 gol di musim tersebut menjadi bukti keganasan Sturridge ketika tidak dilanda dengan badai cedera. Tandemnya, siapa lagi kalau bukan Luis Suarez. Penyerang asal Uruguay itu selalu bermain menggigit dan tak jarang El Pistolero menciptakan gol-gol ajaib. Duet Sturridge dan Suarez (SAS) juga ditambah eksplosifnya Raheem Sterling, menjadi andalan Rodgers untuk menggempur pertahanan lawan.
Dari awal bulan Februari sampai pertengahan April 2014, Liverpool melewati 11 pertandingan dengan hasil yang sempurna. Kemenangan beruntun mereka tersebut sudah termasuk saat mencukur habis Arsenal dengan skor 5-1 di Anfield, menang atas Manchester United di Old Trafford dengan skor tiga gol tanpa balas, dan kemenangan dramatis mereka atas Manchester City.
Kemenangan tipis 3-2 atas Norwich City menunjukkan determinasi yang tinggi dari Liverpool untuk menjadi kampiun. Unggul lima poin dengan menyisakan tiga pertandingan lagi, The Reds tentu sudah tidak sabar untuk mengangkat trofi Liga Primer yang sudah lama tak mereka dapatkan. Namun ternyata, pemberhentian selanjutnya merupakan petaka bagi Liverpool.
Di Anfield, mereka harus bertemu dengan musuh bebuyutan, Chelsea dan Jose Mourinho. Di pertandingan yang sempat mereka kuasai tersebut, hasil seri saja sebenarnya sudah bagus. Sayangnya takdir berkata lain. Beberapa detik sebelum turun minum, Gerrard terpeleset ketika berusaha mengontrol bola. Demba Ba yang berada di dekatnya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan mencetak gol.
Selanjutnya semua seperti gelap bagis The Reds. Willian mencetak gol tambahan dan The Blues pun menang di Anfield. Terpelesetnya Gerrard ternyata terus menghantui Liverpool di pertandingan selanjutnya. Mereka harus seri dengan Crystal Palace setelah unggul tiga gol terlebih dahulu. Gerrard tertunduk lesu, Suarez menangis, dan harapan menjadi juara pun sirna.
City menjadi kampiun dan Liverpool hanya menjadi runner-up. Gerrard, beserta Liverpool, tidak bisa bangkit setelah jatuh terpeleset. Momen ini nampaknya akan menjadi mimpi buruk Gerrard ke manapun dia pergi.