Kali ini kita akan mengupas latihan FC Bayern München musim 2017/2018 asuhan Jupp Heynckes dan apa saja pelajaran melatih serta pelajaran taktik yang bisa kita ambil dari latihan 5 vs. 3, 5(+3) vs. 5, dan 5 vs. 5.
Pemanasan
1-Pemanasan jogging
Dalam pemanasan pertama, para pemain melakukan jogging mengelilingi lapangan besar. Secara umum, sesi lari dibagi ke dalam beberapa grup pemain, yaitu 1 grup berisi pemain-pemain yang akan bermain/berlatih di dalam semua sesi, 1 grup berisi kiper, dan 1 grup lagi yang merupakan pemain(-pemain) yang berada dalam masa pemulihan pasca-cedera.
Setelah joggging lapangan besar, pemain masuk ke dalam pemanasan lapangan kecil. Selain aktivitas berlari pelan dari ujung ke ujung, pemain juga melakukan stretching dengan cara berlari sambil menendang ke depan, berlari sambil kedua tumit secara bergantian menyentuh bokong, berlari menyamping serta variasinya, dan lain-lain.
Setelah kurang lebih 4 menit, para pemain masuk ke dalam sesi pemanasan lari jarak pendek dengan kecepatan menengah. Selain berisi lari jarak menengah, pemanasan juga diisi dengan bermain “kelincahan bola salju” atau permainan bola tangan.
Sesi pemanasan diakhiri dengan drill umpan dan bergerak (pass and move). Dalam sesi ini, pemain melakukan latihan tanpa lawan (unopposed-training). Dummy(berwarna biru dalam gambar di bawah) difungsikan sebagai lawan.
2-Drill umpan dan bergerak
Latihan 5(+3) vs. 5
3 – latihan 5 biru vs. 5 merah (+3 netral)
Dalam 5(+3) vs. 5, pemain netral (hijau) diposisikan asimetris. Rafinha dan Javi Martinez di satu sisi lapangan dengan Rafinha berada di sisi kanan Javi. Sementara Alaba yang sering bermain sebagai bek kiri diposisikan di ujung atas.
Setelan permainan:
- Lapangan berukuran 25×12 m2 beserta garis tengah yang membagi lapangan sama besar secara vertikal. Durasi main-istirahat: 3 menit-1,5 menit.
- Baik tim merah maupun biru harus mampu melakukan sirkulasi umpan dari satu ujung ke ujung lainnya tanpa diintervensi lawan.
- Pemain hijau merupakan pemain netral yang menjadi bagian dari tim yang menguasai bola.
Karena ukuran lapangan dan jumlah pemain, latihan ini dapat digunakan untuk melatih kecepatan berpikir dan beraksi dalam ruang sesak. Poin ini, pada gilirannya, membuat pemain juga berlatih meningkatkan ketahanan tekan (press resistance).
Selain itu, tim yang menguasai bola harus mampu membangun struktur posisional yang mendukung keamanan sirkulasi. Oleh karenannya, aspek-aspek seperti jalur umpan (passing lane), bentuk segitiga (triangle), berlian (diamond), kelebaran (width0, dan kedalaman (depth) merupakan aspek-aspek penting.
4 – Struktur posisional
Di area elips merah, terjadi pertarungan 4 vs. 4 antara 4 biru melawan 3 merah + 1 hijau. Di sebelah kiri dari posisi Alaba berdiri, salah satu pemain merah dalam lingkaran kuning besar menyediakan aspek kelebaran. Di depan, di dalam lingkaran kuning kecil, berdiri Arturo Vidal yang menyediakan kedalaman. Panah kuning garis dot merupakan indikasi umpan-umpan berikutnya. Pola umpan ini sendiri bisa terjadi dikarenakan struktur posisional yang dijelaskan di atas.
Dari struktur posisional di atas, pelatih bisa belajar bagaimana membangun overload serangan. Bagaimana posisi yang ideal yang memungkinkan (afford) sirkulasi bola yang “bersih”. Bagaimana sebuah struktur posisional dapat menciptakan “pemain bebas” (free-player) bagi tim yang menguasai bola. “Pemain bebas” dalam contoh di atas adalah pemain-pemain merah berlingkaran kuning.
Setelah satu set berakhir, Juup Heynckes merotasi pemainnya. Kali ini Juan Bernat masuk dan Arjen Robben menggantikan posisi Alaba di ujung atas.
5 – Rotasi di set kedua
Setelah sesi 5(+3) vs. 5, bergantung pada hari latihan dan periodisasinya, Heynckes akan masuk ke permainan yang lebih besar, seperti 7 vs. 7, 8 vs. 8, 10 vs. 10 beserta satu pemain netral, dan lain-lain.
Catatan khusus
Sedikit keluar dari topik latihan, poin yang menarik dari Heynckes terkait lapangan bermain adalah ia membagi lapangan besar menjadi 4 koridor vertikal (bukannya 5) seperti yang dilakukan oleh Pep Guardiola dan banyak pelatih lain. Dalam lapangan ala Heynckes, kedua ruang sayap (RASA) yangmendapatkan porsi ruang terbesar bisa menjadi indikasi awal orientasi permainan sayap dalam serangan Bayern.
Latihan 5 vs. 3
6 – latihan 5 lawan 3
Intensitas latihan tampak moderat cenderung rendah. Indikasinya adalah kalau “3” mampu memotong umpan atau merebut bola, permainan diulang kembali dari salah satu “5”. Desain ini membuat “5” tidak perlu melakukan gegenpressing. Ringannya intensitas latihan juga tampak dari durasi main-istirahat yang berkisar 45 detik bermain dan 30 detik istirahat. Tidak adanya batasan sentuhan juga membantu meringankan intensitas latihan.
Yang sedikit membuat latihan ini agak intens adalah ukuran lapangan 18x18m2. Dimensi ini membantu meringankan area jelajah “3” dalam melakukan pressing yang sekaligus membuat “5” harus berpikir cepat guna memanipulasi pressing “3”.
Latihan 5 vs. 3 yang mana salah satu pemain “5” diwajibkan menjadi pivot dapat memberikan pelajaran bagi semua orang yang gemar merancang taktik. Kehadiran pivot dalam setelan latihan ini memiliki arti penting baik dari sisi periodisasi maupun taktik.
Anda bisa bayangkan bila situasinya adalah 4 vs. 3 dalam dimensi lapangan 18 x 18m. Yang terjadi, intensitas meningkat; (mungkin) sangat mempersulit “4” untuk mempertahankan sirkulasi; dan, yang paling buruk, merusak periodisasi yang juga berarti meningkatkan risiko cedera dan berpengaruh negatif ke kebugaran pemain (di sepanjang musim).
7 – Pentingnya pivot
Dari sisi taktik, kehadiran pivot (Lewandowski) memecah fokus pressing “3”. Dengan adanya pivot di tengah, tim hijau harus membagi orientasi pressing mereka baik ke kedua sisi lapangan maupun ke tengah. Ini membuat pemegang bola memiliki 4 jalur umpan, yaitu kepada 3 pemain terdekat ditambah 1 lagi kepada pemain depth.
Latihan 5 lawan 5
8 – latihan 5 vs. 5 dalam dua lapangan
Latihan dilakukan dalam lapangan berukuran 40x40m2. Durasi main-istirahat sekitar 4 menit atau 2 menit. Dalam latihan ini, kiper ikut bermain. Peraturannya sederhana, bikin gol sebanyak-banyaknya dan cegah kebobolan. Bila bola keluar karena ditepis kiper tim bertahan, permainan diulang dari kiper tim yang tadinya menyerang (tidak ada tendangan sudut). Bila bola keluar ke pinggir kiri atau kanan, permainan diulang dengan menendang dari lokasi bola keluar atau permainan diulang dari kiper tim yang berhak.
Dari latihan 5 lawan 5 Bayern, beberapa skenario taktik menyerang dapat kita pelajari. Salah satu aspek paling mendasar adalah Anda, apakah berperan sebagai pelatih ataupun pemain, bisa belajar beberapa kedinamisan taktik yang mungkin dimunculkan dari formasi 4 pemain menyerang.
Pola serang 1
9- Pola serang 1
Keempat pemain merah membentuk formasi berlian. Ketika bola tiba di sisi kiri (Kingsley Coman), Sebastian Rudy yang berada di “pucuk berlian” bergerak ke kiri untuk memancing pressing Vidal. Pergerakan Rudy membuka ruang bagi Arjen Robben di sisi kanan.Dengan ruang yang besar, Robben dengan mudah menerima umpan Coman untuk kemudian melakukan tembakan voli satu sentuhan.
Pola 2
10 – Pola serang 2
Pola penetrasi kedua memiliki kesamaan dengan pola pertama di atas. Situasi serang dalam gambar di atas berakhir dengan Robben mencetak gol gawang hijau. Tetapi, di sisi lain, sejatinya, dengan pola kedinamisan gerak pemain-pemain Bayern, ada 1 opsi lain yang mungkin dimunculkan, yaitu pemanfaatan “orang keempat”.
Opsi ini merupakan pengembangan dari praktik permainan “orang ketiga (3rd man)” tim merah. Orang pertama dalam situasi di atas adalah Niklas Süle yang melepaskan umpan kepada orang kedua, yaitu Rudy. Dari Rudy bola dilepaskan ke Robben, yang menjadi orang ketiga.
11 – Sisi buta di belakang Müller dan Tolisso
Pergerakan Coman ke arah gawang tim hijau melalui sisi buta (blind side) Thomas Müller dan Corentin Tolisso membuka peluang bagi Robben memainkan umpan terobosan kepada Coman. Sisi buta sendiri merupakan area yang tidak terjangkau pandangan mata manusia.
Seperti yang diperlihatkan foto di atas, Robben memiliki peluang untuk melepaskan umpan terobosan kepada Coman. Skenario ini tidak muncul bisa jadi dikarenakan sempitnya ruang gerak Coman. Tetapi, di sisi lain, bila Coman mendapatkan ruang lebih besar – dalam pertandingan sesungguhnya, misalnya– skenario umpan Robben kepadanya bisa saja terjadi.
Pola 3
12 – Pola serang 3
Dalam pola 3, kita bisa melihat bahwa kehadiran pemain depth (kedalaman) bukan hanya penting untuk menyediakan jalur progres (menyerang ke depan) tetapi pemain depth juga dapat berfungsi sebagai decoy (tipuan) yang bertugas memancing pressing lawan guna membuka jalur tembakan bagi rekan-rekannya yang berada di bawah.
Dalam situasi serang di atas, setelah memainkan kombinasi umpan pendek dengan Lewandowsky, depth player bergerak ke atas lalu bergerak memutar cenderung ke kanan dengan maksud memberikan ruang tembak lebih bagi Lewandowski.
Kredit: Semua cuplikan layar didapatkan dari video milik FC Bayern München.