Turun Minum Serba-Serbi

Duo Bek Tengah Terbaik Negara Asia Tenggara Era 2000-an

Sebelumnya kami sudah memberikan daftar terkait duo bek tengah terbaik sepanjang sejarah sepak bola, mulai dari Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic, sampai Carles Puyol dan Gerard Pique. Kini, kami akan berikan daftar menarik lainnya, yaitu duo bek tengah terbaik di kancah Asia Tenggara.

Periodenya kami persempit ke era 2000-an agar tidak gegar waktu, terutama bagi para pembaca setia kami yang masih berusia muda. Pun karena sebelum tahun 2000-an, kebanyakan tim di level Asia Tenggara kebanyakan masih menggunakan skema tiga bek tengah. Bahkan tren ini masih menjalar hingga jelang Piala Dunia 2006 di Jerman. Setelahnya, barulah tim-tim di Asia Tenggara sudah mulai memainkan empat pemain bertahan sejajar, di mana di jantung pertahanan ada partnership dari dua pemain yang berposisi sebagai bek tengah.

Berikut daftarnya:

Baihakki Khaizan –  Precious Emeujeraye

Harus diakui bahwa kesuksesan Singapura merajai sepak bola Asia Tenggara di tahun 2000-an awal hingga pertengahan, penyebab utamanya adalah keberadaan para pemain naturalisasi mereka. Masih segar dalam ingatan bagaimana Agu Casmir dan Itimi Dickson membuat Singapura berhasil menjadi juara di Piala Tiger (kini Piala AFF) pada tahun 2004 dan 2007.

Tetapi soal lini pertahanan, tim yang berhasil juara pada tahun 2007 jauh lebih baik. Keberadaan Precious Emeuejeraye dan Baihakki Khaizan, yang pada edisi sebelumnya lebih banyak bermain sebagai gelandang bertahan, membuat tim negara kepulauan ini sulit ditembus. Baihakki terus menjadi bek tengah utama Singapura hingga Piala AFF edisi-edisi berikutnya. Dengan tandem yang juga berbeda-beda mulai dari Mustafic Fachruddin hingga Noh Bin Rahman, dan Daniel Bennet, tapi duetnya dengan Precious adalah yang terbaik. Keduanya juga dikenal karena petualangan mereka di kancah sepak bola Indonesia.

Foto: Red Sport

Hamka Hamzah – Maman Abdurrahman

Pilihannya agak sulit untuk menentukan duo bek tengah terbaik timnas Indonesia, terutama di era 2000-an. Charis Yulianto-Maman Abdurrahman yang tampil di Piala Asia 2007, boleh jadi favorit banyak pihak. Begitu pula dengan duet Charis Yulianto dan Mauly Lessy di Piala Tiger 2004. Tetapi mesti dicatat bahwa skema bertahan timnas Indonesia pada tahun 2004 tersebut, menggunakan tiga pemain bertahan. Selain Charis dan Lessy, biasanya pos diisi oleh Firmansyah atau Jack Komboy.

Terlepas dari kontroversi yang terjadi setelah turnamen Piala AFF 2010, secara permainan, duet Hamka Hamzah dan Maman Abdurrahman adalah yang paling mengesankan. Pembagian tugas, sinergi, dan komunikasi dua bek berpengalaman ini sebenarnya terjadi sangat baik. Sepanjang turnamen Indonesia hanya kemasukan enam gol. Sayang penampilan buruk mereka di partai final melawan Malaysia begitu mencoreng penampilan apik duo bek tengah ini sepanjang turnamen.

Foto: Indosport

Adison Promrak – Suttinan Phuknom

Jauh sebelum Kiatisuk Senamuang melakukan revolusi taktikal di Thailand, dengan memainkan gelandang bertahan Tanaboon Kesarat di peran yang hampir serupa dengan Sergio Busquets dan Javi Martinez, mereka sempat memiliki partnership duo bek tengah yang tampil menawan

Adison Promrak adalah penerus dari Panupong Wongsa yang merupakan legenda lini pertahanan sekaligus pemimpin karismatik di timnas Thailand. Duetnya bersama Suttinan Phuknom begitu luar biasa. Komunikasi dan kerja sama keduanya berjalan dengan begitu harmonis. Ada pembagian tugas yang menarik antara keduanya di mana Adison biasanya akan bertugas untuk mengawal penyerang lawan dengan ketat, sementara Phuknom dengan fisiknya yang lebih besar akan mencoba untuk menghalau serangan-serangan lawan. Prestasi terbaik mereka adalah ketika berhasil membawa Thailand menjadi juara di Piala AFF 2014.

Ke mana negara Asia Tenggara lainnya?

Well, sepertinya pembaca yang budiman pun sudah tahu jawabannya. Mengapa negara-negara Asia Tenggara lain tidak berada dalam daftar. Alasan utamanya adalah karena negara-negara lain yang menonjol lebih ke level individu. Misalnya di Malaysia di mana Fadli Shas adalah andalan di lini pertahanan Harimau Malaya sampai kini akhirnya hadir Adam Nor Azlin yang serbabisa itu. Begitu pula Vietnam yang selalu mengandalkan Truong Dinh Luat di sektor pertahanan sejak tahun 2006, atau Filipina yang cukup sering mengganti personel mereka di jantung pertahanan.

Boleh jadi alasan lainnya adalah karena sepak bola di Asia Tenggara yang memang mengutamakan ketahanan fisik dan kecepatan. Maka yang lebih banyak menonjol bukan para pemain di posisi bek tengah, melainkan para pemain yang beroperasi di sektor sayap.

Foto: Astro Arena