Cerita

Seandainya Perang Dunia III Benar-Benar Meletus, Apa yang Akan Terjadi dengan Dunia Sepak Bola?

Perang Dunia III sepertinya merupakan sesuatu yang niscaya. Konflik di Suriah sudah membagi dunia menjadi beberapa kubu. Begitu pula negara-negara di Benua Eropa yang kebanyakan sudah memberikan pernyataan langsung terkait posisi mereka dalam konflik di Suriah. Menjadi pertanyaan seandainya pertempuran yang sifatnya masif seperti Perang Dunia kembali meletus. Apakah semua akan tetap berjalan normal atau tidak, termasuk dunia sepak bola.

Jelas tatanan dunia akan berubah ketika seandainya perang akbar meletus dan melibatkan sebagai besar negara di dunia. Kejadian yang terjadi di Perang Dunia I dan II boleh jadi sedikit gambaran apabila perang dunia benar-benar terjadi dan memiliki imbas besar terhadap dunia sepak bola.

Pada masa itu, tidak sedikit para pesepak bola yang kemudian masuk ke kesatuan militer untuk membela tanah air mereka. Atau dalam tahapan yang lebih halus, seperti yang terjadi di Inggris dan Skotlandia, pesepak bola menjadi duta yang diharapkan bisa mengajak rakyat untuk turut masuk kesatuan militer untuk angkat senjata kepada musuh.

Kemungkinan para pesepak bola akan lebih memilih opsi nomor dua. Karena masih segar dalam ingatan bagaimana bintang Korea Selatan, Son Heung-min,  terus mencari cara agar ia bisa terlepas dari panggilan wajib militer di negaranya. Tetapi mesti diingat juga bahwa Nemanja Vidic dan Branislav Ivanovic pernah meminta izin kepada manajer-manajer mereka untuk ikut pergi berperang.

Sepak bola Eropa mungkin tidak akan terpengaruh secara keseluruhan, karena negara di kompetisi top berada seperti Inggris, Jerman, Spanyol, dan Prancis, berada di satu kubu. Dengan kata lain, kompetisi di sana mungkin akan terus berjalan. Begitu juga dengan Turki yang boleh dibilang secara mengejutkan berada di satu kubu dengan negara-negara Eropa Barat.

Yang menarik untuk terus ditelusuri adalah bagaimana nasib dari para pemain asal Rusia yang berada di kubu berseberangan dengan kebanyakan negara Eropa lainnya. Melihat kasus yang terjadi di Donbass, di mana Shakhtar Donestk bahkan mesti tampil tidak di kandang mereka sejak tahun 2015 lalu, boleh jadi para pemain asal Rusia dipulangkan kembali, atau bermain di negara-negara yang berada di satu blok dengan Rusia.

Well, skenario di atas merupakan yang paling ideal, di mana pertempuran berada dalam skala yang tidak terlalu besar, sehingga kegiatan di level domestik setidaknya masih bisa dilakukan. Tentu skenario di atas tidak akan terjadi seandainya perang nanti berada di skala yang lebih besar dari sebelumnya. Boro-boro untuk bermain bola, para pesepak bola itu pun tentu memikirkan bagaimana setidaknya untuk bertahan hidup.

Bagaimana dengan sepak bola Indonesia?

Yang menarik selanjutnya adalah apa yang terjadi dengan sepak bola Indonesia. Melalui rilis resminya, pemerintahan Republik Indonesia mengungkapkan bahwa mereka tidak akan berpihak dengan blok manapun terkait konflik Suriah yang berpotensi menyebabkan Perang Dunia III ini.

Sikap ini memang merupakan pakem diplomatik Indonesia sejak lama. Di era Presiden Soekarno kita mengenal Gerakan Non-Blok, Sementara di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kita mengenal soal jargon Zero Enemy, Millon Friends yang jelas terdengar begitu netral dan positifis. Sikap Indonesia yang memilih netral ini bisa jadi akan membuat negeri ini akan menjadi tempat menyelamatkan diri dari pihak-pihak yang terkena dampak dari perang akbar ini. Hampir serupa dengan yang terjadi di wilayah Amerika Selatan pada Perang Dunia II.

Apabila Indonesia memilih untuk terus bersikap netral, maka boleh jadi aktivitas sepak bola akan tetap berjalan normal di negeri ini. Tetapi seperti yang sudah disebutkan di paragraf sebelumnya, bagaimana Indonesia bisa saja menjadi tempat tujuan bagi para korban perang. Boleh jadi nantinya akan ada banyak pemain asing dari banyak negara yang bahkan sebelumnya begitu asing bagi sepak bola Indonesia.

Tetapi kembali lagi, ini adalah skenario ideal seandainya dunia tidak luluh lantak karena perang yang melibatkan banyak negara ini. Dan semoga semua itu tidak perlu terjadi, ya.