Dunia Asia

Suriah: Antara Kecamuk Perang dan Impian ke Piala Dunia 2018

Apa yang terlintas di kepala Anda jika mendengar atau membaca nama Suriah?

Desing peluru yang bersahutan, tumbangnya jiwa-jiwa tak berdosa, pengungsi, hingga kehancuran negeri akibat perang, mungkin jadi rentetan kisah yang terlintas paling dahulu. Suriah, dengan segala kelebihan dan keterbatasannya, memang kondang sebagai negeri yang kerapkali dilanda pertikaian. Hal ini sudah berlangsung sejak tahun 1960-an yang lalu walau punya latar belakang yang berlainan dengan konflik saat ini.

Sejak 2011 kemarin, kondisi sosial dan politik di Suriah memang ada di posisi kritis. Lahirnya Perang Sipil akibat ketidaksukaan rakyat terhadap rezim yang berkuasa, plus munculnya banyak kelompok-kelompok separatis, berperan besar terhadap pergolakan yang terjadi.

Namun di tengah sendunya perasaan dan hilangnya asa masyarakat Suriah untuk terus hidup, sebuah mukjizat justru sedang menghampiri Suriah. Bukan tentang usainya Perang Sipil sehingga kedamaian bisa kembali mereka reguk sampai tandas. Bukan juga tentang kembali nyamannya kehidupan di negeri yang beribu kota di Damaskus tersebut.

Sedikit kebahagiaan di tengah bau anyir darah dan mesiu serta puing-puing bangunan yang tak lagi menampakkan kegagahannya, didapat masyarakat Suriah melalui penampilan tim nasional sepak bola mereka yang sedang bertempur di babak kualifikasi Piala Dunia 2018.

Tanpa diduga sebelumnya, timnas Suriah justru sedang asyik bertengger di posisi ketiga klasemen sementara Grup A di putaran ketiga babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Asia. Padahal, Grup A dihuni beberapa negara yang terbilang kuat semisal Iran, Korea Selatan, Uzbekistan, Cina, dan Qatar. Penampilan gemilang yang diperlihatkan Omar Khribin dan kolega itu juga yang membuat kans mereka lolos ke Rusia cukup besar.

Kisah perjuangan Suriah hingga menembus putaran ketiga babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Asia ini sendiri terbilang sangat heroik. Kondisi di Suriah yang bergejolak, pada akhirnya memaksa federasi sepak bola Suriah (FASF), federasi sepak bola Asia (AFC), dan juga induk organisasi sepak bola dunia (FIFA), bersepakat untuk memanggungkan partai kandang Suriah di luar negeri. Hal ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi dan menjauhkan para pemain serta penonton dari bahaya perang.

Stadion Hang Jebat di Malaysia pun dipilih oleh Suriah untuk menjadi kandang sementara mereka guna menjamu lawan-lawannya baik di ajang kualifikasi Piala Dunia 2018, Piala Asia 2019, hingga partai-partai uji coba. Walau jauh dari dukungan rakyat Suriah, namun nyatanya para penggawa The Qasioun Eagles masih bisa tampil gemilang. Tercatat, Suriah tak pernah kalah pada saat menjamu semua rival mereka di Grup A pada laga ‘kandang’.

Bahkan ketika bertandang ke markas lawan, anak asuh Aykan Hakeem juga bisa mencuri poin-poin krusial, salah satunya ketika Suriah membekap Cina dengan skor tipis 1-0 di Xi’an. Secara tersirat, ini menunjukkan bahwa Suriah memiliki kualitas dan juga mentalitas bertanding yang cukup apik.

Berbekal 12 poin, kini Suriah cuma tertinggal dua angka dari Korea Selatan yang duduk di posisi kedua klasemen sementara demi memperebutkan tiket otomatis ke Rusia. Andai gagal pun, Suriah masih menyimpan asa dengan finis di peringkat ketiga untuk melakoni laga play-off melawan peringkat ketiga Grup B. Namun perlu diingat, torehan angka Suriah sama persis dengan kepunyaan Uzbekistan yang mengekor di posisi keempat, jika tidak hati-hati, Suriah tentu bakal ketiban masalah.

Rapatnya jarak poin di antara Korea Selatan, Suriah, dan Uzbekistan jelas menawarkan sebuah keseruan tersendiri. Karena jika salah satu dari ketiga negara itu gagal tampil maksimal di pertandingan terakhir babak kualifikasi Grup A, maka sudah bisa dipastikan bahwa mereka akan menangis tersedu-sedu lantaran mengepak koper lebih cepat karena gagal berangkat ke Piala Dunia 2018.

Pada laga terakhir nanti (5/9), Suriah bakal bertamu ke Teheran untuk bersua Iran. Di sisi lain, Korea Selatan dan Uzbekistan harus baku pukul di Tashkent. Mengingat Iran sudah memastikan diri lolos, situasi ini tentu bisa menguntungkan bagi Suriah untuk bisa merebut tiket otomatis maupun melaju ke babak play-off.

Bila upaya Suriah untuk menembus turnamen sekelas Piala Dunia nanti benar-benar terwujud, maka tak salah jika menyebut bahwa itu adalah kado yang manis untuk masyarakat Suriah yang dalam setengah dekade terakhir berkalang kepiluan tiada akhir.

Di sisi lain, apa yang diperlihatkan Suriah juga bisa menjadi pelajaran bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia yang gemar mencari-cari alasan, bahwa keterbatasan takkan bisa membendung kerja keras dan tekad baja untuk menggapai sesuatu.

Ayo wujudkan itu, Suriah!

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional