Cerita Tribe Ultah

Christian Panucci, El Grinta yang Gemar Berpetualang

Italia dengan paham sepak bola Catenaccio-nya memang tersohor dalam produksi para pemain hebat di sektor pertahanan. Salah satu yang terbaik adalah Christian Panucci. Ia merupakan anomali ketimbang para pemain di angkatannya. Apabila pemain seperti Alessandro Nesta dan Paolo Maldini terkenal karena kecerdasan mereka, sementara Fabio Cannavaro dan Marco Materazzi tersohor karena ketangguhan mereka, Panucci adalah gabungan keduanya.

Komentator legendaris Roma, Carlo Zampa, memberikan julukan El Grinta kepada Panucci. Julukan tersebut terinspirasi dari “Rooster Cogburn” atau “Torna El Grinta” dalam bahasa Italia. Sebuah film klasik tentang daerah barat liar yang diperankan oleh John Wayne. Zampa menganggap ada banyak kesamaan antara Panucci dengan Cogburn, karakter yang diperankan Wayne. Keduanya cerdik tetapi juga merupakan petarung yang tangguh.

Sepanjang kariernya, Panucci terkenal sebagai pemain bertahan yang kuat, cepat, dan juga versatile. Ia memang lebih banyak dikenal sebagai bek kanan, tetapi dalam beberapa kesempatan, Panucci juga bermain sebagai bek tengah. Emosinya terlalu meluap-luap, hal tersebut yang dianggap membuat Panucci tidak berada di level karisma yang sama dengan Maldini, Nesta, dan Cannavaro.

Meskipun demikian, Panucci memiliki apa yang tidak dimiliki oleh Maldini maupun Cannavaro, atau bahkan kebanyakan pemain bertahan asal Italia lainnya. Mungkin ia tidak memiliki banyak gelar Liga Champions seperti Maldini, atau memimpin negaranya menjadi juara Piala Dunia seperti Cannavaro, tapi Panucci patut berbangga dengan pengalaman bertualang yang dimiliki oleh dirinya. Bukan sembarang bertualang, Panucci sempat bermain di negara-negara top sepak bola Eropa, dan mungkin hanya Bundesliga Jerman saja yang belum sempat terjamah oleh Panucci.

Petualangan Panucci dimulai ketika ia mendarat di Real Madrid. Setelah sukses membantu AC Milan mendominasi Italia pada awal tahun 1990-an, Panucci kemudian bergabung dengan Real Madrid. Di sana ia termasuk ke dalam bagian tim yang berhasil menjuarai Liga Champions pada tahun 1998. Saat itu ia adalah pemain asal Italia pertama yang bermain di tanah Spanyol.

Sempat kembali sebentar ke Italia dengan memperkuat Internazionale Milano, Panucci kemudian hengkang lagi. Alasan utama mengapa ia pergi dari sisi biru kota Milan tersebut adalah perseteruannya dengan pelatih kepala, Marcelo Lippi. Panucci sempat dipinjamkan ke Chelsea, lalu berlabuh di AS Monaco semusim kemudian.

Setelah sekian lama bertualang, Panucci kemudian akhirnya kembali lagi ke Italia. Tepat pada pergantian milenium baru, ia mendarat di AS Roma. Selama hampir satu dekade di ibu kota Italia, ia melakukan banyak hal hebat. Ketika ia hengkang pada tahun 2009, Panucci pergi sebagai seorang legenda. Sempat bermain untuk Parma, Panucci kemudian memutuskan untuk pensiun tepat jelang digelarnya Piala Dunia 2010. Ia beralasan sudah tidak memiliki rasa lapar yang sama seperti dahulu.

Karier setelah sepak bola Panucci pun penuh dengan petualangan. Ia sempat bekerja sebagai komentator, bahkan sampai tampil di acara Dancing with the Stars versi Italia. Barulah pada tahun 2012 ia kembali ke sepak bola. Adalah mantan pelatihnya di AS Roma, Fabio Capello, yang meminta Panucci membantu dirinya sebagai asisten pelatih untuk timnas Rusia. Terakhir, sejak tahun 2017 lalu, Panucci tercatat sebagai pelatih kepala timnas Albania.

12 April ini adalah ulang tahun Christian Panucci, El Grinta, sang petualang dari Savona. Buon compleano, Christian Panucci!