Kolom

Nwankwo Kanu: Sosok Gandalf yang Menyihir Sepak Bola

Ada sebuah pertandingan sepak bola yang sangat menakjubkan sehingga jika tayangan ulangnya tidak tersedia di YouTube, keberadaannya akan dianggap tidak masuk akal. Pada Olimpiade Musim Panas 1996, Brasil membawa skuat yang luar biasa ke semifinal, di mana mereka mempunyai beberapa penyerang yang berbahaya dalam sejarah sepak bola. Masalah yang muncul adalah, di semifinal, mereka harus berhadapan dengan Nigeria. Atau lebih tepatnya, mereka bertemu dengan Nwankwo Kanu.

Nigeria bukanlah tim yang mengandalkan satu orang saja seperti Avengers yang berharap Hulk melakukan semua pekerjaan mereka. Tapi, jika kita menganalogikan Nigeria sebagai Avengers , dengan Jay-Jay Okocha berperan sebagai Kapten Amerika dan Victor Ikeba sebagai Hawkeye, maka Kanu-lah yang akan mereka panggil untuk menghancurkan lawan mereka.

Kanu memang tidak mirip Hulk dari segi fisik, namun keduanya sangat berbahaya ketika berpenampilan hijau-hijau. Di siang itu di Atlanta, Kanu sama berbahayanya dengan Bruce Banner yang murka. Jika kalian belum menonton pertandingan itu, maka tontonlah sekarang. Nigeria berhadapan dengan skuat yang diisi oleh Dida, Roberto Carlos, Aldair, Flavio Conceicao, Bebeto, Savia, Juninho, Rivaldo, dan Ronaldo Nazario de Lima. Di pertandingan yang berjalan seru dan dengan akhir cerita yang sama gilanya dengan film-film dari Marvel, mereka bisa menang dengan skor 4-3.

Mereka bisa menang karena Kanu, di mana di akhir-akhir pertandingan, dia menjelma seperti pahlawan yang tidak pernah kita lihat lagi setelah Samwise Gamgee memanjat Gunung Doom. Nigeria saat itu tertinggal 2-3 dan Kanu berhasil mencetak dua gol. Dia menyelamatkan negaranya dari kekalahan dengan gol pertama penyama kedudukan. Mengangkat bola dan menembakkan tendangan voli di tengah ramainya kotak penalti. Di gol kedua, dia memberikan sebuah keajaiban yang paling membahagiakan dalam sejarah olahraga.

Sebuah gol yang pas sekali dengan nama babaknya, babak golden goal. Kanu melambungkan bola ke depan, mencoba memberikan bola ke Ikpeba. Namun ketika usahanya gagal dan bola kembali ke arah kakinya, Kanu mencoba membawa bola sendiri. Membuka jalan dengan membuat gerakan ke samping lalu berlari ke arah ujung kotak penalti sebelum akhirnya melesatkan tendangan rendah melewati Dida. Sontak, dia mulai berlari, diikuti teman-temannya yang juga kegirangan. Kanu pun tersandung seperti halnya seekor ayam yang kehausan dan menemukan sebotol vodka.

Pertandingan dan hasil akhirnya hanya tentang Kanu, dengan segala tipu muslihat yang hebat. Keahliannya itu mirip dengan Ronaldinho, pemain lain yang memilki kemampuan penyelesaian akhir yang efektif. Seperti halnya Ronaldinho, Kanu juga tidak tersentuh di puncak performanya. Sedikit gerakan bahu bisa membuat seorang kiper pandai macam Peter Schmeichel bergerak ke arah yang salah.

Pada satu pertandingan di Liga Champions ketika Arsenal bertemu Deportivo La Coruna, Kanu berlari ke arah gawang dan melancarkan sebuah gerakan yang menipu sang kiper tanpa harus menyentuh bola. Sebuah gol yang kamu akan lihat dari seorang Lionel Messi.

Seperti Andres Iniesta, penampilan Kanu tidak memberikan kesan sebagai pemain bola genius. Penampilan Iniesta seperti bapak-bapak pekerja kantor yang salah mengambil jalan pulang dan kemudian tersesat di Camp Nou. Kanu memiliki badan kurus yang terlihat ringkih, tapi di saat bersamaan menyimpan sebuah kemampuan luar biasa.

Kanu bisa saja meninggal karena penyakit jantung, namun dia malah menjadi kapten dari negaranya selama beberapa tahun dan bermain sepak bola sampai akhir umur 30-an. Di sepanjang perjalanan kariernya, dia merupakan seorang legenda, baik saat di Portsmouth maupun di Ajax, apalagi di Arsenal.

Ada sesuatu yang lebih dalam diri seorang Kanu, sesuatu yang berjiwa kebebasan. Dia tidak bermain dari satu klub ke klub lain tanpa tujuan, melainkan dia menanamkan efek magis di klub yang dia bela sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka. Meminjam referensi dari J.R.R Tolkien, pengarang trilogi Lord of The Rings yang fenomenal itu, Kanu adalah Gandalf-nya sepak bola.

Seorang penyihir tua yang menyisir kampung dan membuat orang-orang biasa kebingungan melihatnya. Dan ketika petualangan Kanu mencapai puncaknya, kita hanya bisa bersedih melihat sang pemain gantung sepatu.

Author: Musa Okwonga
Penerjemah: Budy Darmawan (@budydiew)