Cerita

Manuel Locatelli yang Mencari Eksistensi

Musim lalu ia sempat melejitkan harapan AC Milan untuk kembali memiliki gelandang muda di tim inti dari lulusan akademi sendiri. Gol cantiknya saat melawan Juventus seakan semakin mengukuhkan status sebagai penerus Demetrio Albertini, tapi musim ini nasibnya berubah jauh. Manuel Locatelli lebih sibuk memikirkan eksistensinya bersama I Rossoneri.

Musim 2016/2017 bukan musim debut Locatelli di Milan, tapi di musim itu namanya mulai melejit. Di bawah komando Vincenzo Montella, Locatelli perlahan mencuri perhatian sebagai pemain pengganti, dan mendapat jatah bermain penuh sejak giornata 8 melawan Chievo Verona. Seminggu kemudian, ia mencetak gol tunggal yang mengalahkan Juventus di San Siro.

Manuel Locatelli adalah gelandang yang unik. Berpostur setinggi 186 sentimeter, ia sangat jauh dari kata kekar atau kasar, justru sangat nyaman dengan bola di kakinya. Tribes bisa mengintip statistiknya di WhoScored, yang mencantumkan akurasi operan Locatelli mencapai 82,2% di Serie A musim lalu. Cukup baik untuk pemain berusia 19 tahun.

Kelebihan lainnya adalah Locatelli memiliki visi bermain yang baik. Beberapa pendukung Milan menyamakannya dengan Demetrio Albertini, dan sepertinya keduanya memang memiliki kesamaan. Albertini bisa mengirim umpan yang membelah pertahanan lawan, begitu pula Locatelli. Albertini bisa berada di posisi yang tepat untuk menyambar bola muntah, begitu pula Locatelli.

Locatelli bahkan juga memiliki tendangan jarak jauh yang keras dan akurat, seperti yang ia lesatkan ke gawang Juventus dan Sassuolo. Sebuah keistimewaan yang disempurnakan dengan stamina mumpuni sebagai gelandang, yang membuatnya selalu siap tempur selama 90 menit.

Sederet kemampuan tersebut sempat membuatnya jadi andalan baru di lini tengah Milan. Namun, itu adalah cerita musim lalu, karena saat ini kondisinya berbeda. Baru 24 penampilan yang ia catatkan sejauh ini dari seluruh ajang, dan mayoritas dimulai dari bangku cadangan.

Harus tampil beda

AC Milan zaman now berbeda dengan AC Milan musim lalu. Il Diavolo Rosso sekarang dihuni banyak gelandang senior dan pemain muda potensial, sehingga bakat saja tidak cukup untuk membuat Locatelli terus dimainkan secara reguler tiap pekannya. Ia harus memiliki sesuatu yang berbeda untuk ditawarkan.

Kalau Locatelli hanya mengandalkan visi dan akurasi umpan sebagai senjata utamanya, sudah ada Lucas Biglia yang jauh lebih senior. Kalau Locatelli menawarkan opsi tendangan geledek, ada Hakan Çalhanoğlu atau Riccardo Montolivo yang lebih baik akurasinya. Lalu jika Locatelli merasa ia bisa membantu Milan dengan stamina kudanya, ada Franck Kessié yang terbukti tahan banting.

Sulit bagi Locatelli untuk mendapat jatah bermain, karena kemampuannya saat ini baru mencapai level “pelapis”. Musim lalu ia lebih sering diturunkan, karena belum ada Kessié, Çalhanoğlu, atau Biglia, Kompetitornya beda level, hanya ada Giacomo Bonaventura dan Andrea Poli yang terberat, sedangkan sisanya yaitu José Sosa, Andrea Bertolacci, Matías Fernández, dan Mario Pašalić hanya numpang lewat di San Siro.

Oleh karenanya, Locatelli harus segera mendapatkan spesialisasinya. Akan jadi gelandang yang seperti apakah dia, dan itu hanya bisa didapat melalui pengalaman bermain. Akan tetapi, sulit rasanya mengharapkan hal itu di Milan saat ini, jadi mungkin opsi terbaik baginya adalah hengkang dengan status pinjaman ke klub lain.

Usia Locatelli saat ini 20 tahun. Masih ada waktu 1-3 tahun untuk semakin mematangkan diri menjadi gelandang top berkualitas, demi menjadi “anak kandung” andalan di lini tengah Milan seperti Nevio Scala dan Demetrio Albertini. Terlebih, Locatelli juga berpeluang membentuk generasi Class of ’98 bersama Patrick Cutrone.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.