Eropa Italia

Pepe Reina dan Ivan Strinic: Kebijakan Lama Rasa Baru dari Manajemen AC Milan

Musim kompetisi 2017/2018 belum berakhir, namun Milan sudah mengamankan dua nama untuk mengisi skuat mereka musim depan. Kiper veteran Napoli, Pepe Reina, akan datang menyusul bek kiri Sampdoria, Ivan Strinic.

Lalu kemudian, Milan juga masih mengupayakan kedatangan gelandang Swansea City, Ki Sung-yueng. Apakah ini menjadi pertanda bahwa Milan kembali memakai kebijakan lama rasa baru yang pernah mereka terapkan beberapa musim lalu, yaitu mengumpulkan pemain-pemain gratis dan berusia senja?

Persamaan dari ketiga nama ini adalah mereka didatangkan secara gratis setelah kontrak mereka dan klub pemilik usai, dan usia mereka sudah tidak lagi muda. Reina sudah tahun ini akan berusia 36 tahun, Strinic 31 tahun, dan Ki 29 tahun. Memangnya untuk apa Milan mendatangkan mereka?

Beberapa tahun sebelum akhir era presiden Silvio Berlusconi, Milan sempat menjalankan kebijakan yang mirip. Akibat kondisi keuangan yang kurang baik, Milan yang semula rajin mengumpulkan pemain-pemain bintang beralih untuk mendatangkan pemain-pemain dengan kriteria yang telah disinggung di atas. Pendek kata: pemain-pemain yang sudah habis masa jayanya seperti Michael Essien atau Sulley Muntari.

Memang, Adriano Galliani sebagai juru transfer Milan saat itu, harus memutar otak dalam memaksimalkan anggaran belanja yang minim namun tetap dibebani target untuk tinggi. Hasil dari kebijakan ini sudah terlihat, yaitu Milan memasuki periode kelam yang oleh para pendukung disebut sebagai era lelucon, atau banter era. Pasalnya, pemain-pemain ini tidak hanya tampil tidak sesuai ekspektasi, tetapi juga amat membebani biaya gaji dan menghambat proses regenerasi.

Apa yang kemudian dilakukan Massimiliano Mirabelli, direktur olahraga Milan saat ini, memang sepintas mirip dengan yang dilakukan Galliani lima tahun silam. Meskipun kini sedang berupaya kembali membangun kejayaan, namun Milan menyimpan bahaya laten melesetnya proyeksi keuangan. Musim lalu, mereka sudah mengeluarkan dana hampir 200 juta euro untuk berbelanja pemain, dan hal ini memang mengundang pihak regulator yaitu UEFA untuk selalu mengawasi gerak-gerik belanja pemain dari klub ini.

Target tinggi yang Milan canangkan berupa lolos ke Liga Champions musim depan demi pendapatan yang besar pun tidak ada jaminan untuk terealisasi. Meski performa Rossoneri amat menanjak di bawah arahan Gennaro Gattuso, namun hasil-hasil buruk yang terjadi pada putaran pertama kompetisi membuat perjuangan Milan lebih berat, dan karenanya mereka tidak boleh membuat kesalahan lagi. Harapan untuk melaju ke Liga Champions lewat jalur juara Liga Europa pun telah sirna karena dikandaskan Arsenal pada babak 16 besar.

CEO Marco Fassone sendiri sempat mengatakan bahwa amat mungkin Milan melakukan “penyesuaian” apabila target minimum ini tidak tercapai. Mengingat kini pengelolaan keuangan klub lebih penting daripada gengsi, Fassone bersama Mirabelli pun mulai mengeksekusi rencana-rencana cadangan, yang boleh jadi berbentuk perekrutan pemain-pemain baru, dengan syarat berharga lebih murah atau gratis, dan tentunya bergaji lebih murah tadi.

Kedatangan Reina dan Strinic amat dimaklumi karena hal ini. Mirabelli boleh saja mengatakan bahwa Reina akan menjadi pilihan kedua setelah Gianluigi Donnarumma, namun apabila Milan gagal lolos ke Liga Champions, amat mungkin bahwa kiper muda ini akan hengkang. Dengan Reina yang sudah berada di tangan, Milan akan lebih tenang dalam bernegosiasi dan tidak lagi berada di bawah tekanan seperti halnya tahun lalu.

Hal yang sama juga berlaku bagi beberapa penggawa Milan lainnya yang masih belum tampil maksimal. Ricardo Rodriguez contohnya, yang dengan kehadiran Strinic, malah memunculkan rumor bahwa dirinya akan dijual pada musim panas nanti karena ia termasuk pemain bergaji besar di skuat Milan. Jika situasinya demikian, maka pemain seperti Nikola Kalinic yang tidak produktif mencetak gol tentu patut khawatir, karena Milan hampir pasti sudah menyiapkan nama-nama calon penyerang utama.

Penghematan yang dilakukan Milan ini memang bukan tanpa risiko sama sekali. Keutuhan tim yang mulai terbentuk terancam tergerus. Performa yang tengah meningkat di bawah asuhan Gattuso pun boleh jadi akan terganggu apabila skuat kembali dibongkar. Namun ketika kondisi finansial yang menjadi pertaruhan, ditambah lagi Milan harus membayar hutang akuisisi kepada Elliott Management pada Oktober tahun ini, maka kualitas skuat yang terkebiri menjadi pilihan realistis.

Setidaknya, apa yang dilakukan duet Fassone-Mirabelli kali ini terlihat lebih realistis. Masuknya Reina dan Strinic tidaklah melemahkan skuat Milan, sekalipun misalnya harus kehilangan Donnarumma dan Rodriguez. Keduanya memiliki kualitas yang cukup mumpuni dan telah mengecap pengalaman di kompetisi Serie A. Sementara jika Ki Sung-yueng jadi direkrut, maka ia akan menjadi pelapis yang baik bagi Franck Kessie. Setidaknya, aspek teknikal sehubungan dengan kemampuan pemain dan kebutuhan dari tim sudah lebih diperhatikan oleh Mirabelli. Hal yang terlihat wajar karena ia adalah mantan kepala pemandu bakat.

Di luar itu semua, rasanya musim panas nanti kampanye Milan di bursa transfer tidak akan terlalu sepi, meski tidak akan seramai musim lalu. Waktu setahun sudah cukup bagi para penggawa baru Milan untuk beradaptasi, dan kini Leonardo Bonucci, Lucas Biglia, dan Hakan Calhanoglu sudah memantapkan tempat mereka di skuat inti, sementara Andre Silva, meski harus ditunggu cukup lama, sudah mulai beradaptasi dengan baik.

Author: Aditya Nugroho (@aditchenko)