Tribe Tank

Tribe Tank: Segala yang Bisa Dipelajari dari Program Latihan AS Roma

Selama satu minggu, AS Roma mengadakan persiapan pra musim 2017-2018 di Trentino. Eusebio Di Francesco, pelatih baru Roma kala itu, membawa 33 pemain dan memainkan berbagai variasi latihan. Beberapa di antaranya meliputi build up serangan, penetrasi di separuh lapangan lawan, bola-bola mati, dan model bertahan di lini terakhir.

Hari pertama, 8 Juli 2017

Latihan dimulai dengan pemanasan baik di dalam gym kecil maupun di lapangan menggunakan cone, dummy-player, dan berbagai alat berlatih lainnya.

Setelah pemanasan, salah satu menu latihan bagi outfield players (pemain-pemain non kiper) adalah berlatih melakukan penetrasi serangan ke dalam kotak penalti lawan yang mana pemain-pemain menyerang memulai serangan dari sepertiga tengah lapangan.Latihan ini termasuk jenis unopposed-training (latihan tanpa lawan) dan, karenanya, intensitas latihan menjadi rendah. Roma sendiri memakai formasi dasar 4-3-3.

(Video 1) Penetrasi dari sepertiga tengah

Gelandang bertahan (no. 6) memainkan bola ke salah satu bek tengah (no. 3 atau no. 4) sebelum bola diprogres ke pos no. 8 atau no. 10 (duo gelandang tengah). Dari gelandang tengah, progres serangan berlanjut ke penyerang sayap (no. 7 atau no. 11) atau, alternatifnya, bek sayap (no. 2 atau no. 5) untuk kemudian berakhir dengan umpan silang mendatar tanah kepada salah satu pemain yang berada di dalam kotak penalti.

Tim yang sedang tidak menguasai bola mendapatkan tugas untuk sekadar berdiri di posisi masing-masing sesuai formasi dasar tanpa keharusan untuk merebut penguasaan bola. Kecuali kiper, pemain-pemain tim bertahan berdiri di sepertiga tengah.

(Gambar 1) Pola serang sepertiga tengah ke kotak penalti

Beberapa poin pelatihan (coaching-point) adalah:

  • Mekanisme serangan yang didesain untuk sebanyak mungkin mempromosikan permainan orang ketiga (3rd man play);
  • Ketiga penyerang bergerak menyempit ke ruang tengah (center) dan ruang apit (half space);
  • Bek sayap melakukan umpan silang mendatar ke dalam kotak penalti;
  • Jumlah pemain dan timing untuk berada di dalam kotak penalti ketika fase eksekusi akhir (finishing).

Hari kedua, 9 Juli 2017

Pemanasan

Di Francesco memberikan (salah satu) pemanasan yang biasa kita kenal sebagai passing exercise menggunakan dua buah bola dalam lapangan kecil berbentuk segi lima. Tugas masing-masing pemain sangat sederhana, setiap pemain yang menerima bola di titik yang ditandai dengan cone harus segera memberikan umpan pendek ke pemain terdekat di sisi kanannya.

(Gambar2) Pemanasan. Umpan kemudian pindah posisi.

Latihan ini sederhana dan berintensitas rendah tetapi, walaupun sederhana, ada beberapa detail yang sering luput dari perhatian pelatih dan pemain. Apa itu? Perhatikan di menit ke 00:04 dalam video di bawah.

(Video 2) Posisi tubuh memengaruhi kecepatan perpindahan bola

Pemain yang menerima bola di menit 00:04 mengontrol bola dengan kaki kanan kemudian melakukan putaran tubuh ke arah kiri dengan lintasan putaran sebesar kurang lebih 270O sebelum memberikan umpan ke sisi kanan. Tentu saja, aksi ini sesuai dengan peraturan latihan. Tetapi di sini, si pemain melakukan aksi yang mana posisi tubuh dalam orientasi awalnya tidak mendukung percepatan umpan sesuai orientasi akhirnya.

Apa maksudnya? Singkatnya, kalau tepat saat menerima umpan si pemain memosisikan diri sehingga memungkinkan dirinya segera menghadap ke kanan (bisa dilakukan dalam sudut sebesar 90O), dan bukannya berputar ke kiri, seharusnya perpindahan bola dapat dilakukan lebih cepat dan dengan aksi yang lebih efisisien.

Dalam aksi pemain seperti yang dijelaskan di atas, detail-detail seperti posisi tubuh sering terlewatkan oleh pelatih dan pemain. Bila seorang pemain melakukannya satu kali kemudian di kesempatan berikutnya aksi tersebut tidak diulanginya (diperbaiki), tidak masalah. Tetapi, bila berulang, ada baiknya pelatih mengoreksinya dengan mengajak si pemain berdiskusi tentang orientasi, pra-orientasi, posisi tubuh, kecepatan/percepatan perpindahan bola, dan kaitannya dengan efisiensi aksi dan energi.

(10 lawan 10)+1 dan 11 lawan 11

(Video 3) Latihan (10vs.10)+1 dan 11vs.11

Perhatikan ukuran lapangan, jumlah gawang, jumlah pemain, dan kedinamisan pertandingan yang terbangun oleh variabel-variabel yang disebutkan barusan. Dalam bentuk sederhana dua dimensi, latihan dapat digambarkan seperti infografik di bawah.

(Gambar 3) (10vs.10)+1

Dalam latihan (10vs.10)+1, Di Francesco menggunakan 1 pemain netral (merah) yang berfungsi sebagai pemain tengah, terutama bila memungkinkan, sebagai gelandang no. 6. Kiper sebagai penjaga tiga gawang kecil. Beberapa poin latihan yang bisa didapatkan dari bentuk latihan ini adalah:

  • Adaptasi kiper dengan posisi bola guna melindungi gawang dari kebobolan maupun membangun serangan dari belakang (build up dari kiper/BuDiKi);
  • Bermain dalam lapangan medium di mana ruang dan waktu menjadi lebih terbatas menyebabkan lebih banyak aksi-aksi eksplosif;
  • Tetap menjaga level compacness (kerapatan) dalam sesaknya ruang bermain;
  • Melatih pemain beradaptasi dengan perubahan arah serangan yang relatif cepat – akibat ukuran lapangan dan jumlah pemain;
  • Melatih akurasi eksekusi ke gawang berukuran kecil.

Sesudah berlatih (10vs.10)+1, di akhir sesi latihan, Roma memainkan 11 lawan 11 menggunakan gawang besar. Peraturannya sederhana, yaitu para pemain bebas memainkan bola, menciptakan peluang, dan melakukan eksekusi akhir sesuai model permainan.

Sama seperti latihan sebelumnya, ukuran lapangan menciptakan efek psikologis tertentu. Yang membedakan adalah kehadiran gawang besar yang mengubah perilaku kiper serta berpengaruh pada kecepatan detak jantung pemain. Selain itu, ukuran lapangan juga membuat bek sayap tidak banyak bergerak mendekat ke kotak penalti (ditandai oleh cone berwarna putih) lawan.

10 Juli 2017

Latihan kebugaran

Berdasarkan rekaman video, latihan kebugaran yang diberikan tidak jauh-jauh dari berlatih eksplosivitas. Beberapa pemain melakukan bunny jump satu kaki melewati hurdle kecil. Oleh atlet sprinter 100-200 meter, bunny jump dua kaki sering digunakan untuk melatih kekuatan otot kaki dan punggung bawah guna menunjang eksplosivitas tubuh saat berlari dalam kecepatan maksimum.

Latihan eksplosivitas lain yang diberikan oleh pelatih fisik Roma adalah berlari cepat menyamping melewati hurdle kecil untuk kemudian berlanjut dengan sprint jarak pendek.

Beberapa pemain lain tampak melakukan latihan core di gimnasium kecil menggunakan bola karet. Beberapa lagi melakukan aktivitas fisik berbeda menggunakan beban yang terikat di pinggang yang, dengan intensitas tertentu, dapat digunakan untuk mengembalikan kondisi pemain pasca-cedera.

Karena keterbatasan video dan informasi penunjang lain, satu hal yang belum jelas dari menu latihan fisik pra-musim AS Roma adalah detail-detail desain periodisasi yang dibuat oleh tim pelatih.

Model komunikasi pertahanan di lini belakang

(Video 4) Model pertahanan lini belakang

Di Francesco melatih model pertahanan yang berfokus ke lini empay bek. Latihan meliputi:

  • Sikap bertahan bek sayap saat mendapatkan serangan dari koridor sayap disertai prinsip-prinsip bertahan tiga pemain lain yang berada di tengah;
  • Adaptasi pertahanan ketika salah satu bek melakukan pressing ke depan disertai lawan yang memainkan konsep orang ketiga ketika melepaskan umpan melambung ke dalam kotak penalti;
  • Orientasi tubuh keempat bek ketika menghadapi serangan lawan yang berpindah-pindah dari satu sisi ke sisi lain.

4(+2) lawan 4

(Gambar 4) Latihan 4(+2) lawan 4. Dua netral (merah) berada di sisi panjang

Peraturan latihan:

  • Tim yang menguasai bola berada di “luar” dan tim pemburu berada di “tengah”. Apabila pemburu sukses merebut penguasaan, tim “luar“ harus melakukan press segera guna merebut kembali penguasaan;
  • Sampai waktu tertentu atau dalam situasi tertentu, Di Francesco mengubah orientasi permainan dengan menempatkan kedua netral di kedua sisi pendek. Tentunya, perubahan ini, apabila diikuti oleh pembatasan sentuhan bola bagi netral merah, akan mengubah orientasi sirkulasi bola.

Apa poin utama yang ingin diraih oleh Di Francesco, tidak diketahui dengan jelas tetapi salah satu adaptasi yang bisa kita ambil dari latihan ini adalah seperti yang terlihat dalam gambar dua dimensi di atas. Latihan melibatkan kiper, ketiga gelandang, dan dua penyerang sayap.

Formasi tim luar dan netral juga membuat dinamik permainan menjadi berbeda di antara kedua sisi terjauh. Bentuk dasar 2-3-1 yang menjadi salah satu penyebabnya. Perhatikan gambar di bawah:

(Gambar 5) Berlian dan segitiga dalam pola dasar 2-3-1

14 Juli 2017, hari terakhir

Melatih model serangan

Build-up dari kiper (BuDiKi) sampai eksekusi akhir dalam kondisi tanpa lawan merupakan salah satu menu latihan yang diberikan. Eksekusi akhir (finishing) dilakukan setelah pemain yang berada di koridor sayap melepaskan umpan silang ke dalam kotak penalti atau penyerang sayap melakukan tembakan dari dalam kotak penalti setelah menerima umpan datar dari gelandang nomor 8 atau nomor 10.

(Video 5) Salah satu model serangan AS Roma

Satu hal menarik dari model permainan yang kita lihat adalah bek sayap bergerak ke depan sampai sebatas sepertiga tengah lawan. Model permainan ini membuat serangan ke kotak penalti lawan dilakukan oleh ketiga penyerang dan duo gelandang nomor 8 dan nomor 10. AS Roma pernah memainkan model seperti ini ketika menang 3-0 atas Chelsea di Champions League 2017/2018 musim ini.

(Gambar 6) 2-3-2-3 AS Roma

Latihan bola-bola mati

Di Francesco juga memberikan latihan bola-bola mati seperti tendangan sudut dan tendangan bebas. Dalam latihan tendangan sudut dan tendangan bebas, pemain-pemain Roma dibagi dalam dua tim yaitu, 11 pemain tim menyerang dan 11 pemain tim bertahan.

Latihan didesain sesuai situasi sebenarnya yang mana tim menyerang juga harus memikirkan perlindungan terhadap serangan balik lawan. Berdasarkan poin ini, tim menyerang menenempatkan tiga pemain di zona 5 (di depan kotak penalti lawan) untuk berjaga terhadap potensi serangan balik.

Hanya saja, bola akan kembali diserahkan kepada tim menyerang apabila tim bertahan sanggup menghalau bola keluar kotak penalti.

NB: Kredit khusus untuk video di artikel ini kepada Signoraingiallorosso dan Gazzetta Giallorossa

Author: Ryan Tank (@ryantank_)