Kolom

Jorge Mendes dan Konsorsium dari Cina: Dua Protagonis dalam Ambisi Besar Wolverhampton Wanderers

Di Divisi Championship, kasta kedua Liga Inggris, Wolverhampton Wanderers melaju sendirian mengungguli lawan-lawannya. Saat ini, mereka terpaut enam poin dari peringkat dua, Cardiff City. Di bawah asuhan mantan manajer Porto dan Valencia, Nuno Espirito Santo, Wolves mampu tampil dominan nan cantik, dibantu dengan pemain-pemain dengan teknik tinggi seperti Diogo Jota yang dipinjam dari Atletico Madrid, dan Leo Bonatini, penyerang muda asal Brasil yang dipinjam dari klub Arab Saudi, Al Hilal. Keduanya telah mencetak 12 gol sejauh ini.

Cerita seperti ini adalah cerita yang akan terdengar menyenangkan bagi pencinta sepak bola.

Wolves adalah klub yang penuh dengan sejarah. Di tahun 1888, mereka adalah salah satu klub pionir di liga sepak bola Inggris, dan di periode 1950-an, dengan tiga gelar liga yang mereka kantongi, mereka boleh dikatakan sebagai salah satu klub besar di dunia. Dengan seragam yang unik ditambah periode sulit mereka di beberapa tahun belakangan, akan sulit menemukan orang, selain dari pendukung West Bromwich Albion, yang tak menginginkan aksi mereka di level tertinggi.

Meskipun begitu, kenyataan yang ada tak terdengar seromantis itu. Faktanya, kebangkitan kembali Wolves adalah bukti dari kekuatan finansial global modern yang begitu memengaruhi sepak bola.

Awal dari kebangkitan Wolves terjadi di tahun 2016, setelah klub ini diakuisisi oleh grup Fosun Internasional, sebuah konsorsium kaya raya asal Cina yang berbasis di Shanghai. Salah sau grup bisnis terkaya di Cina itu bergerak di banyak bidang, mulai dari asuransi, travel, hiburan, hingga perminyakan. Untung yang mereka peroleh tahun lalu mencapai 1,2 miliar paun dan aset mereka kini sebesar 60 miliar paun.

Dengan konteks seperti itu, uang yang dikeluarkan Fosun sebesar 45 juta paun untuk membeli Wolves adalah jumlah yang sedikit. Namun, timing ketika membeli Wolves masuk akal, meskipun Fosun sebelumnya tak menunjukkan ketertarikan besar terhadap sepak bola.

Di tahun 2015, pemimpin Cina, Xi Jingping, menerapkan satu strategi untuk menyempurnakan rencana Cina mendominasi bisnis olahraga di dunia, terutama sepak bola. Dengan adanya izin dan bantuan dari pemerintah Cina, pebisnis dari Negeri Tirai Bambu tersebut dengan mudah membeli klub sepak bola di Cina maupun di Eropa.

Di Liga Super Cina sendiri, kekuatan finansial ini ditunjukkan dengan gilanya aktivitas transfer yang dilakukan oleh hampir semua klub. Puncaknya tentu saja ketika Shanghai Shenhua membeli Carlos Tevez dan menjadikannya sebagai pesepak bola dengan gaji tertinggi di dunia.

Selama setahun bermain, Tevez tak tampil baik dan akhirnya kembali pulang ke Boca Juniors, sebelum akhirnya mengatakan bahwa waktunya di Cina adala sebuah liburan. Berangkat dari situ, pemain asing berharga mahal dikenakan pajak barang mewah oleh pemerintah Cina, dan pembelian gila ini berangsur-angsur berkurang.

Kepemilikan klub sepak bola di Eropa juga perlahan merasakan dampaknya. Mulai dari OGC Nice, ADO Den Haag, Espanyol, Southampton, hingga Internazionale Milan dan AC Milan adalah beberapa contohnya. Klub yang lebih besar seperti Manchester City dan Atletico Madrid juga beberapa sahamnya dimiliki oleh pebisnis dari Cina, walau tak besar porsinya.

Namun, di West Midlands-lah pebisnis Cina mampu menguasai pasar sepak bola. West Brom diakuisisi oleh Yunyi Guokai Sports Development, perusahaan yang bergerak di bidang yang sama seperti Fosun, dengan harga sekitar 200 juta paun. Aston Villa dibeli oleh pebisnis flamboyan yang keranjingan Twitter, Tony Xia, dengan harga 77 juta paun. Rival Villa, Birmingham City, diakuisisi oleh Trillion Trophy Asia, perusahaan yang dikontrol oleh pebisnis asal Hong Kong, Paul Suen. Suen membeli saham dari Carson Yeung, mantan penata rambut yang membeli Birmingham, membawa klub tersebut mencicipi kesuksesan sesaat, sebelum akhirnya terdegradasi. Nasib Yeung berakhir tragis setelah ia dipenjara di Hong Kong karena kedapatan melakukan pencucian uang.

Pembelian Wolves oleh Fosun mengindikasikan bahwa pebisnis dari Cina menguasai hampir semua klub di kota-kota menengah di Inggris. Pemimpin Fosun adalah Guo Guangchang, yang menurut Forbes adalah orang terkaya nomor 226 di dunia di tahun 2017 dengan total kekayaan mencapai 8,6 miliar dolar AS.

Seperti Jack Ma, orang terkaya di Cina, Guo adalah miliarder yang bekerja dari bawah. Guo lahir dengan kemiskinan, dan ia mampu memenangkan beasiswa untuk belajar di bangku kuliah. Setelah Cina mulai membuka diri untuk investor asing di tahun 1990, Guo dan beberapa rekannya membuka satu perusahaan yang menyediakan jasa konsultasi untuk investor asing tersebut. Bisnisnya pun sukses, hingga besar seperti saat ini.

Dengan adanya suntikan dana dari Fosun tersebut , Wolves mampu belanja besar-besaran, meskipun pada awalnya performa mereka tak memuaskan. Manajer-manajer yang bertugas, mulai dari Kenny Jackett, Walter Zenga, dan Paul Lambert dipecat, sebelum akhirnya Nuno direkrut di tahun kedua Fosun bersama Wolves.

Namun, ada satu sosok yang amat berpengaruh dalam kebangkitan Wolves. Ia adalah sang super agen, Jorge Mendes. Tibanya beberapa pemain berkewarganegaraan Portugal adalah jasa Mendes. Pemain-pemain tersebut, seperti Jota dan Ruben Neves, diincar banyak klub besar dan mapan di Eropa. Namun, berkat Mendes, mereka tiba di Wolves. Nuno sendiri direpresentasikan oleh agen Cristiano Ronaldo ini.

Sebenarnya, peraturan dari liga tak membolehkan seorang agen menjalankan aktivitas transfer satu klub. Namun, Wolves membantah bahwa Mendes menjalankan aktivitas transfer mereka, dan sang agen hanya bertindak sebagai penasihat. Transfer yang mereka lakukan saat ini tentu berhasil.

Meskipun begitu, Mendes sendiri berada di waktu yang tepat untuk mengambil keuntungan dari masuknya investor Cina ke bisnis sepak bola Eropa. Ia pernah bekerja sebagai penasihat Fosun dalam sepak bola. Lima bulan sebelum Fosun membeli Wolves, satu perusahaan yang dimiliki Guo menyuntikkan investasi ke Gestifute, agensi yang dikontrol oleh Mendes.

Panitia Liga Inggris telah memutuskan bahwa tak ada pengaruh Mendes secara langsung terhadap Wolves. Namun, tak diragukan bahwa agen asal Portugal tersebut telah membawa pemain dan manajer yang mampu membawa Wolves kembali ke kasta tertinggi. Dari sini, Fosun tak hanya mampu membawa klub yang mereka miliki untuk promosi, namun mereka berpotensi untuk membawa Wolves menjadi salah satu klub sepak bola terbesar di Inggris.

Author: James Montague
Penerjemah: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)