Cerita

Pindah ke Cina Bukan Akhir dari Dunia

Banyaknya pemain berkelas dunia datang ke Liga Cina merupakan wujud dari proyek besar Presiden Xi Linping. Ia memiliki ambisi untuk menggandakan pemasukan dari bidang olahraga pada tahun 2025, seperti yang dilansir oleh The Telegraph.

Nama-nama terkenal seperti Carlos Tevez, Didier Drogba, Oscar, dan Hulk pernah dan masih mencicipi panasnya persaingan di Liga Cina. Tak hanya pemain, banyak juga pelatih gaek yang juga sempat menangani tim-tim Cina. Sebut saja Mano Manezes, Luiz Felipe Scolari, hingga pelatih muda yang di karier bermainnya pernah membawa Italia juara Piala Dunia 2006, Fabio Cannavaro.

Yang terbaru adalah hengkangnya Yannick Ferreira Carrasco, penyerang sayap andalan Atletico Madrid yang bersiap menuju klub promosi di Liga Cina, Dalian Yifang. Kalian tak salah lihat dan baca, Carrasco yang masih berusia 24 tahun, pindah ke Cina dengan kisaran harga dikabarkan 30-60 juta paun. Dalian masih memiliki waktu hingga 28 Februari 2018 untuk mengamankan jasa Carrasco.

Semua karena uang

Salah satu talenta berbakat yang dimiliki La Liga memutuskan hijrah ke Cina. Carrasco sejatinya tak buruk-buruk amat. Ia mencetak gol saat Atletico Madrid bermain di final Liga Champions Eropa. Ia bermain sebanyak 123 kali dan 23 kali menyarangkan bola ke gawang lawan. Ia juga menjadi opsi lain bagi Roberto Martinez jika lini depan timnas Belgia buntu.

Gaji yang akan Carrasco terima jika nanti ia bergabung ke Dalian adalah 8,8 juta paun. Naik delapan kali lipat dari yang ia dapat di Atletico Madrid yang hanya 32 ribu paun per minggu atau 1,1 juta paun selama satu tahun,

Yang tidak banyak orang sadari adalah Carrasco di Atletico Madrid menjadi pemain dengan gaji terendah kelima di tim utama Atletico Madrid. Berkaca dari situasi tersebut serta adanya fakta bahwa hubungan Carrasco dan Simeone merenggang, maka keputusan Carrasco hijrah ke Cina adalah langkah yang cukup masuk akal.

Toh, kepergian Carrasco juga akan membantu keuangan Atletico Madrid. Ingat, Eropa memiliki aturan ketat berwujud Financiar Fair Play (FFP). Atletico yang mendaratkan Diego Costa dengan mahar 57 juta paun, membuat mereka harus segera memutar otak agar selamat dari jerat FFP. Dengan hengkangnya Carrasco menuju ke Cina dengan mahar 30 sampai 60 juta paun, sedikit banyak membuat keuangan Los Rojiblancos sedikit lega.

Jadi, kepindahan pemain ke Cina bukan semata-mata hanya akan menguntungkan si pemain yang akan mendapatkan gaji yang lebih besar, melainkan juga akan memberikan efek bagus bagi klub yang ditinggalkan.

Pindah ke Cina bukan akhir dari dunia

Liga Super Cina bukanlah Major League Soccer (MLS). Jika MLS identik dengan kompetisinya para pemain tua yang menuju masa pensiun, maka Liga Cina lebih dari itu. Para pemain yang hijrah ke MLS mayoritas adalah pemain yang sudah uzur yang napasnya sudah tak kuat lagi untuk berlari selama 90 menit. Berbeda dengan di Amerika Serikat, maka di Cina para pemain yang hijrah adalah para pemain yang masih muda dan memiliki masa depan. Sebut saja Oscar dan yang sedang bersiap menuju ke Cina, Carrasco.

Apakah bermain di Cina akan serta merta akan menutup peluang mereka untuk kembali bermain di timnas? Apakah Cina seburuk itu sehingga tak ada klub di Eropa yang tertarik pada pemain yang merumput di Cina? Kalau kalian masih memikirkan hal itu, lihat bagaimana kondisi Paulinho saat ini.

Paulinho sebelum hijrah ke Cina, lebih banyak dianggap sebagai pemain yang biasa saja. Karier puncaknya hanya bermain di Tottenham Hotspur. Itupun ia tak banyak bermain dan cenderung flop. Hingga akhirnya ia memutuskan hijrah ke Cina dan bermain untuk Guangzhou Evergrande. Apakah kariernya habis setelah bermain di Cina? Malah sebaliknya.

Paulinho dipinang Barcelona dan dengan cibiran sana-sini, tapi kini ia menjadi salah satu kepingan penting Ernesto Valverde. Bahkan ia menjadi salah satu pemain yang sudah pasti dibawa oleh Tite ke Piala Dunia 2018. Kalau kalian menganggap Paulinho ke Rusia karena ia bermain di Barcelona, masih ada nama Renato Augusto yang termasuk dalam 15 nama pemain yang dibawa Brasil ke Rusia dan bermain di Beijing Guoan, klub Cina juga.

Dalam kasus Carrasco, mungkin ia melihat rekan satu timnya, Axel Witsel, yang memutuskan hijrah ke Cina dan posisinya di timnas Belgia aman-aman saja. Hal ini menandakan bahwa semakin banyak pemain top Eropa hijrah ke Cina, akan semakin besar pula peluang pelatih top Eropa mengarahkan pandangan mereka ke Cina.

Jadi, pindah ke Cina bukanlah akhir dari dunia. Yang akhir dunia adalah jika pindah ke Indonesia. Jadwal liga yang tak jelas, gaji yang tak jelas.

Author: Alief Maulana (@aliefmaulana_)
Ultras Gresik yang sedang belajar menulis di serigalagiras.wordpress.com