Cerita

Polemik tentang Dimainkannya Vladimir Vujovic oleh Bhayangkara FC

Semua berawal saat Persija Jakarta melawan Persib Bandung pada lanjutan Liga 1 2017. Saat itu, Vladimir Vujovic menjadi pemain yang terkena kartu merah di laga sarat gengsi di Stadion Manahan, Solo. Vlado, sapaan Vujovic, juga melancarkan protes berlebihan. Dilansir dari bola.com, Vlado juga tak langsung masuk ke ruang ganti dan memilih tetap di bangku pemain.

Alhasil, Vlado terkena sanksi dari Komdis. Melalui surat keputusan Komdis Nomor 122/L1/KD-PSSI/XI/2017 tanggal 7 November 2017, Vlado dijatuhi hukuman larangan bermain sebanyak lima pertandingan serta denda 30 juta rupiah.

Ajaibnya, Vlado masih bisa bermain saat Bhayangkata FC, klub barunya, menjamu Persija Jakarta di laga pembukaan Go-Jek Liga 1 2018. Padahal, Vlado baru menyelesaikan hukuman di dua pertandingan per musim lalu, yakni saat Persib melawan Borneo FC dan Perseru Serui. Hukuman tetap berlaku meskipun kompetisi telah berakhir.

Pembelaan Bhayangkara FC

Bhayangkara FC, klub dari Vlado merasa mereka tidak melakukan kesalahan apapun. Mereka bahkan mengakui bahwa Vlado terkena sanksi dari Komdis pada kompetisi tahun 2017.

Yeyen Tumena, General Manager Bhayangkara, menyebut bahwa ada perubahan keputusan dari Komdis. Semua terjadi setelah pihak Bhayangkara FC melakukan banding. “Ada keputusan banding untuk hukuman Vlado yaitu hukuman percobaan 3 kali selama 6 bulan. Jika mengulang perbuatan yang sama dalam kurun waktu 6 bulan di keompetisi sekarang, langsung berlaku sanksi 3 pertandingan,” ujar Yeyen Tumena seperti dilansir dari BolaSport.com.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Tigorshaloom Boboy, COO PT. Liga Indonesia Baru. Menurut dia, Komisi Banding (Komding) PSSI telah mengubah keputusan terkait sanksi untuk Vlado beberapa hari lalu. Dan menurut AKBP Sumardji, manajer Bhayangkara FC, keputusan dari Komding keluar pada minggu lalu.

Ketidakjelasan dari Komdis dan Komding

Vladimir Vujovic merasa hukuman yang ia terima terlalu berat. Menurutnya, ia terkena kartu merah biasa dan tidak layak dihukum berat. Ia pun mempertanyakan keputusan Komdis yang memberinya sanksi berat.

“Tapi saya tidak tahu kenapa tidak boleh bermain dalam lima pertandingan. Kalau kartu merah, satu atau dua pertandingan tak bisa main. Di sini pun situasinya kena kartu merah lebih banyak dihukum larangan satu pertandingan. Tapi kenapa saya dihukum lima pertandingan?” ucapnya, dilansir dari Goal.

Dari pernyataan Vlado di atas menyiratkan betapa absurd-nya Komisi Disiplin yang selama ini menjadi ‘hakim’-nya sepak bola Indonesia. Vlado yang mendapatkan hukuman, mengapa dia sendiri masih mempertanyakan keputusan itu? Lho, apa Komdis tidak menjelaskan?

Selain “musuh” bagi pemain, Komdis juga menjadi musuh bagi klub. Hukuman dari Komdis tak melulu tentang larangan bermain atau mendampingi tim. Hukumannya juga berupa denda. Berdasarkan perhitungan dari Bolalob, total denda dari Komdis di musim lalu mencapai 7,5 miliar rupiah.

Selain Komdis, Komding juga menjadi komisi yang sangat penting. Sesuai namanya, Komding bertugas untuk mengurusi klub-klub yang mengajukan banding. Saat tak terima dengan hukuman yang dikeluarkan Komdis, klub bisa wadul ke Komding.

Komdis dan Komding menjadi senjata bagi PSSI untuk menegakkan regulasi. Banyaknya denda juga menjadi cerminan bahwa masih banyak klub dan semua elemennya belum bisa mengikuti aturan. Sayangnya belum ada komisi yang bertugas mengawal kinerja PSSI agar berjalan sesuai regulasi.

Mungkin, jika saja ada Komdis yang menjadi “hakim” bagi PSSI, mungkin PSSI layak membayar denda sampai puluhan miliar, ya?

Author: Alief Maulana (@aliefmaulana_)
Ultras Gresik yang sedang belajar menulis di serigalagiras.wordpress.com