Cerita

Italia dan Urgensi Menemukan Sosok Pelatih Baru

Menjalani laga persahabatan kontra Argentina di Stadion Etihad dini hari tadi (24/3), Italia harus menelan pil pahit kedua dalam tiga partai internasional terakhirnya. Masing-masing satu gol dari Ever Banega dan Manuel Lanzini yang lahir pada babak kedua, sudah lebih dari cukup untuk membuat Ciro Immobile dan kolega tak berdaya.

Menyongsong pertandingan ini plus satu laga uji tanding lain kontra Inggris pada 27 Maret nanti, Italia masih belum mempunyai seorang nakhoda anyar. Luigi Di Biagio yang merupakan allenatore Italia U-21 didapuk oleh federasi sepak bola Italia (FIGC) sebagai pelatih interim.

Selepas memecat Gian Piero Ventura akibat gagal meloloskan Italia ke Piala Dunia 2018, FIGC masih kepayahan untuk mencari suksesor terbaik walaupun sejumlah nama seperti Carlo Ancelotti, Antonio Conte, Roberto Mancini, sampai Claudio Ranieri terus dilambungkan publik ataupun media-media seantero Negeri Pizza.

Dibanding negara-negara lain yang juga mengalami pergantian pelatih, Italia bisa disebut sebagai salah satu yang paling lambat dalam beraksi serta. Terlepas dari masih lowongnya jabatan presiden FIGC karena Carlo Tavecchio juga menanggalkan posnya medio November 2017 kemarin sebagai bentuk pertanggungjawaban.

Padahal, waktu terus bergulir dan hanya dalam kurun enam bulan ke depan, Italia mesti berjibaku di UEFA Nations League dengan Polandia dan Portugal menjadi calon lawan mereka. Sebelum itu, Gli Azzurri juga akan mentas di dua partai persahabatan kontra Prancis dan Belanda di bulan Juni esok.

Melihat padatnya jadwal pertandingan internasional yang harus dijalani Italia kendati gagal lolos ke Piala Dunia 2018, mau tidak mau, mereka pun harus bergegas menunjuk pelatih baru.

Selama satu setengah tahun terakhir, Italia berada di titik nadir karena performa mereka yang begitu semenjana. Padahal, sebagian pihak terus menyebut jika Gli Azzurri tak pernah kekurangan talenta-talenta hebat yang bisa diandalkan di masa depan.

Walau masih sanggup menunjukkan kelasnya sebagai kiper top dunia, mustahil buat Gianluigi Buffon menampik kenyataan bahwa kemampuannya sudah mengalami penurunan seiring gerusan usia. Di sisi lain, sosok-sosok seperti Gianluigi Donnarumma, Alex Meret, sampai Mattia Perin sudah pantas untuk diberi kesempatan lebih usai mengantre cukup lama.

Tak ada yang meragukan kokoh dan garangnya Giorgio Chiellini saat menggalang lini pertahanan. Namun lagi-lagi, tenaga segar yang ada pada diri Mattia Caldara, Alessio Romagnoli, sampai Daniele Rugani sudah selayaknya lebih dioptimalkan demi sebuah pembaharuan.

Siapa yang meragukan kualitas Claudio Marchisio, Riccardo Montolivo, dan Marco Parolo sebagai gelandang pengatur tempo sekaligus andalan buat mengkreasikan peluang. Tapi momen jaya mereka sudah tertinggal jauh di belakang sebab kini ada Nicolo Barella, Bryan Cristante, Jorginho, Roberto Gagliardini, hingga Lorenzo Pellegrini yang siap menggantikan.

Sementara di baris depan, kinclongnya Federico Bernardeschi, Federico Chiesa, dan Patrick Cutrone seolah mengetuk pintu agar diberi waktu merumput lebih banyak dibanding Antonio Candreva dan Eder Citadin yang semakin uzur.

Segudang talenta hebat yang tersedia layaknya yang saya sebutkan di atas merupakan nilai plus yang dimiliki Italia. Artinya, Italia bisa memulai siklus anyarnya sekaligus berusaha lepas dari periode semenjana secepat mungkin.

Tapi keberadaan mereka akan sia-sia jika Gli Azzurri tak kunjung ditangani oleh sosok yang tepat, yang dapat memaksimalkan kemampuan talenta-talenta itu dengan sentuhan midas.

Alotnya proses negosiasi dengan kandidat yang ada bisa jadi lebih sulit akibat belum ditemukannya kesepakatan di antara pihak FIGC dan sang calon pelatih. Entah karena poin-poin tertentu dalam kontrak yang ditawarkan maupun hal-hal lainnya.

Namun membiarkan situasi ini terjadi berlangsung lebih lama, sejatinya justru membuat Gli Azzurri sendiri yang repot. Situasi yang tengah menggelinding tak karuan ini bakal membuat Italia tak kunjung mentas dari masa suram guna masuk ke era baru yang lebih menjanjikan.

Dalam kolomnya untuk football-italia, Giancarlo Rinaldi menyebut bahwa ketidakjelasan terkait allenatore anyar Italia sampai detik ini malah menimbulkan potensi bahaya yang lebih besar.

FIGC, yang sialnya juga belum memiliki suksesor Tavecchio untuk menjabat sebagai presiden, sebagai entitas yang berwenang untuk mengangkat seorang pelatih baru wajib mengintensifkan langkah mereka agar Gli Azzurri tidak berkecimpung terlalu lama dalam ketidakpastian.

Jangan sampai berlarut-larutnya hal ini memberi dampak negatif lanjutan bagi Italia saat tampil di UEFA Nations League plus babak kualifikasi Piala Eropa 2020 mendatang.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional