Kolom

Radamel Falcao dan Piala Dunia Pertama bagi Kariernya

Bernd Schuster, Eric Cantona, George Weah, Ryan Giggs, George Best, Alfredo di Stefano. Mereka semua adalah nama-nama terbaik di sepak bola. Namun, ada satu persamaan di antara mereka semua, yaitu mereka tak pernah sekalipun berpartisipasi di Piala Dunia. Radamel Falcao hampir saja masuk ke dalam daftar ini, namun penyerang milik AS Monaco ini tengah menyongsong penampilan perdananya di Piala Dunia ketika umurnya sudah 32 tahun.

Falcao pasti merenung, apa salah yang telah ia perbuat setelah ia tak mendapat kesempatan tampil di Piala Dunia sebelumnya. Namun, di dunia sepak bola, kerja keras dan talenta tak selalu memberi hasil positif ketika berurusan dengan pemanggilan dari tim nasional.

Falcao memulai kariernya di timnas Kolombia di usia 20 tahun, tepat sesudah Piala Dunia 2006. Kala itu, Los Cafeteros tak mampu berpartisipasi di Piala Dunia yang berlangsung di Jerman tersebut, namun, dengan pemain sekaliber Falcao, mereka bisa saja mendapat beberapa poin tambahan untuk mendapat tempat di babak play-off. Sayang, El Tigre tak lahir lebih cepat dari rahim ibunya.

Menuju Piala Dunia 2010, Falcao turut ambil andil, namun Kolombia gagal di fase kualifikasi, dan kehilangan tempat play-off hanya dengan selisih satu poin. Fase kualifikasi Piala Dunia di Amerika Selatan memang begitu ketat, dan tiap poin berharga bagi para pesertanya.

Situasi sudah berbeda bagi Falcao dalam perjalanan menuju Piala Dunia 2014. Saat itu, ia sudah berkarier di Eropa bersama Atletico Madrid, dan menjadi salah satu penyerang tersubur di dunia. Kala itu, timnas Kolombia memang dihuni pemain-pemain berbakat yang berkarier di Eropa.

“Timnas ini (Kolombia), dengan generasi terbaru, tengah membuat sejarah,” ujar Jackson Martinez, salah satu penggawa Kolombia, saat itu.

“Saat ini, hampir semua pemain kami bermain di Eropa. Kami memiliki lebih banyak talenta ketimbang Piala Dunia 1994 lalu.”

Perbandingan dengan skuat Kolombia di tahun 1994 akan selalu dibuat saat itu, terlebih setelah Kolombia finis di posisi kedua di kualifikasi Amerika Selatan, berkat gol dari Falcao, yang menciptakan sembilan gol dari 13 laga, Teofilo Guttierez, asis-asis dari James Rodriguez, kepemimpinan Mario Yepes, serta pelatihan dari Jose Pekerman.

Ekspektasi pun membumbung tinggi, dengan legenda seperti Carlos Valderrama berkata bahwa timnas Kolombia di Piala Dunia 2014 mampu melebihi prestasi skuatnya di tahun 1994. Namun, bencana menimpa. Lebih spesifik lagi, menimpa lutut Falcao.

Tekel keras yang ia terima di Coupe de France menghadapi klub medioker, Monts d’Or Azergues Foot, di bulan Januari 2014 membuat Falcao harus menjalani operasi. Ia berpacu dengan waktu untuk bisa pulih demi Piala Dunia. Pada akhirnya, ia berhasil masuk di daftar 30 pemain, namun tak dirasa cukup fit untuk mengisi skuat final. Keputusan itu, menurut Pekerman, adalah keputusan paling menyedihkan yang pernah ia ambil semasa menangani Kolombia. Falcao pun teramat kecewa.

“Saya tak akan membantah kalau saya merasa sangat sedih dan hati saya hancur,” ujarnya. Tanpa pemain terbaiknya, Kolombia masih mampu tampil baik dan menembus babak perempat-final. Namun, ada perasaan sendu yang menyelimuti tanpa kehadiran Falcao.

Empat tahun sesudahnya, mantan pemain Chelsea ini siap memenuhi mimpi masa kecilnya untuk tampil di turnamen sepak bola paling akbar di dunia. Meskipun begitu, bukan berarti jalannya mudah saja. Kualifikasi zona CONMEBOL 2018 adalah kompetisi paling kompetitif dalam satu dekade terakhir, dan Kolombia akhirnya berhasil mendapatkan tiket ke Rusia. Dalam level individual, Falcao harus melewati masa rehabilitasi dua tahun yang berat setelah cedera lutunya.

Kembalinya ke Monaco menjadi langkah awal yang tepat baginya setelah masa yang buruk di Inggris. Ia mampu menjalani musim yang nyaman di Prancis sejauh ini, dengan 23 gol dari 29 penampilan. Ia sempat mengalami masalah dengan hamstring, namun saat ini ia telah siap untuk mengguncang Rusia tiga bulan lagi.

Ia tentunya merasa senang tentang perjalanannya ke Rusia di musim panas nanti, dan sudah seharusnya ia merasa seperti itu. Seperti anak kecil yang tak sabar menanti pariwisata ke kebun binatang, pria berusia 32 tahun ini tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya akan Piala Dunia yang akan datang.

“Saya seringkali membayangkan mencetak gol di Piala Dunia,” aku Falcao dalam sebuah wawancara bersama FIFA.

Dan apabila ia berhasil mencetak gol di Rusia nanti, seluruh dunia, terkecuali Jepang, Polandia, dan Senegal, tiga negara yang satu grup dengan Kolombia, akan tersenyum. Sudah begitu lama salah satu juru gedor terbaik dunia di abad 21 ini untuk tampil di Piala Dunia. Namun, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Author: Euan McTear
Penerjemah: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)