Bagi penggemar sepak bola, nama FC Metz yang bertanding di Ligue 1 Prancis mungkin kurang akrab di telinga. Terlebih, kesebelasan yang bermarkas di Stadion Saint-Symphorien bukanlah klub papan atas yang bergelimang gelar. Kendati demikian, ada satu pesepak bola Asia yang berani mengadu nasibnya di klub ini yaitu Eiji Kawashima.
Sayangnya, karier Kawashima di Metz tidak berjalan mudah. Direkrut dari Dundee United musim panas 2016 silam secara gratis, Kawashima gagal menjadi pilihan utama buat mengawal jala Metz di Ligue 1 musim 2016/2017 akibat kalah bersaing dari Thomas Didillon.
Nasib Kawashima sedikit membaik di musim 2017/2018 karena pelatih Metz yang baru, Frederic Hantz, memberinya kepercayaan lebih. Akan tetapi, hal itu cuma berlaku pada menit bermain sang penjaga gawang karena laju Les Grenats musim ini justru lebih buruk ketimbang sebelumnya. Sampai pekan ke-28, Kawashima dan kolega terpuruk di dasar klasemen sementara dengan bekal 20 poin.
Catatan itu membuat jarak mereka dengan Toulouse yang menghuni posisi 18 atau batas aman dari zona degradasi terbentang selebar 9 poin. Artinya, kesebelasan dari Timur Laut Prancis ini butuh perjuangan ekstra keras dan keajaiban di sembilan partai Ligue 1 tersisa guna sintas.
Terasa makin ironis untuk sosok yang juga andalan tim nasional Jepang itu, ia kerap dituding sebagai salah satu alasan dibalik merosotnya penampilan Les Grenats di musim 2017/2018.
Oleh Hantz, Kawashima sudah diturunkan sebanyak 21 kali di Ligue 1. Meski begitu, ia cuma berhasil mempertahankan keperawanan gawangnya di 3 pertandingan saja. Sementara di 18 laga yang lain, Kawashima dipaksa memungut bola dari gawangnya sendiri di 36 kesempatan atau rata-rata bobol 2 kali per pertandingan!
Mengacu pada statistik tersebut, penampilan Kawashima memang jauh dari kata memuaskan. Tak heran bila para pendukung Metz, selain kepada para pemain belakang, sering mengkritiknya. Membangkucadangkan Kawashima guna memberi kesempatan kepada penjaga gawang lain sebagai kiper utama jadi permintaan yang santer berbunyi dari tribun Stadion Saint-Symphorien.
Kendati demikian, Hantz tampaknya masih memercayai sosok kelahiran Saitama itu buat menjadi kiper nomor satu walau masih ada nama Didillon dan Quentin Beurnadeau sebagai alternatif. Dibanding kedua nama belia tersebut, Kawashima jelas unggul pengalaman.
Mengingat kompetisi takkan lama lagi berakhir, Kawashima cuma punya satu opsi buat membantu Les Grenats tampil lebih baik. Apalagi kalau bukan mengerek performanya di setiap momen mengawal jala Metz. Jangan sampai sewindu kariernya di benua Eropa malah tercoreng dengan terelegasinya Les Grenats ke Ligue 2 per musim depan.
Ganbatte!
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional