Cerita

Mengenal Song Lam Nghe An, Jagoan Lawas Liga Vietnam

Pertandingan ketiga Piala AFC 2018 akan digelar pada tengah pekan ini. Khusus untuk wakil Indonesia, kali ini Persija Jakarta yang akan bermain lebih dulu pada Selasa (6/3) dengan bertandang ke Vietnam melawan Song Lam Nghe An (SLNA). Seberapa besar peluang Macan Kemayoran di laga ini?

Berikut adalah analisisnya dari kami, bekerja sama dengan salah satu jurnalis Football Tribe Vietnam, Tran Tien:

Jagoan masa lampau

Sebagai awalan, kami akan mengajak Anda berkenalan dulu dengan klub asal Vietnam yang didirikan pada 1979 ini. Berkandang di Vinh Stadium yang berkapasitas 18.000 penonton, Song Lam Nghe An musim lalu finis di peringkat 8 Liga Vietnam, tapi berhak tampil di Piala AFC karena menjuarai Piala Vietnam 2017.

Kiprah Song Lam Nghe An di liga domestik bisa dibilang mirip dengan Persija Jakarta. Sangat perkasa di masa lampau, kemudian mengalami penurunan performa dan prestasi yang terus merosot, tapi mulai bangkit sejak musim lalu. Meski demikian, SLNA adalah satu-satunya klub yang belum sekalipun terdegradasi dari kasta tertinggi Liga Vietnam.

Tercatat ada tiga gelar juara Liga Vietnam yang diraih Song Lam Nghe An, yakni pada 1999/2000, 2000/2001, dan baru terulang lagi pada 2011. Kemudian di posisi runner-up, mereka pernah mendudukinya pada 1998 dan 2001/2002. Di luar tahun-tahun tersebut, SLNA menyelesaikan musim di posisi antara 4 sampai 9.

Dilihat dari pencapaian itu, terlihat bahwa Song Lam Nghe An berjaya di awal tahun 2000-an, yang juga merupakan era baru Liga Vietnam. Ditambah dengan koleksi tiga trofi Piala Super Vietnam secara beruntun pada 2000, 2001, dan 2002, pantaslah kita menyebut SLNA sebagai raksasa masa lampau, sama seperti Persija yang menjuarai Liga Indonesia pada 2001 dan Piala Emas Bang Yos pada 2003.

Kekuatan

Menurut Tran Tien, kekuatan utama Song Lam Nghe An terletak pada kohesi para pemainnya. Mereka telah bermain di SLNA dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga saling memahami keinginan satu sama lain di lapangan. Hal mana yang membantu mereka melaju mulus di fase grup sejauh ini.

Dari dua pertandingan yang telah digelar, semua dilalui dengan poin penuh. Menang 2-0 di kandang Tampines Rovers, dan kembali menang dengan skor yang sama saat menjamu Johor Darul Ta’zim (JDT). Khusus di laga kontra JDT, kuatnya kohesi para penggawa SLNA terlihat jelas sangat berpengaruh pada kedua gol mereka saat itu.

Kelemahan

Walaupun terlihat sangat kompak, tapi Song Lam Nghe An belum mampu menambal lubang kelemahan mereka yang masih menganga lebar, yaitu lemah dalam duel udara dan bek yang kerap melakukan kesalahan elementer. Kelemahan itu bahkan belum terselesaikan dalam dua pertandingan di Piala AFC ini.

Saat melawan Tampines Rovers kelemahan itu tidak terlalu terlihat karena faktor kualitas lawan, tapi ketika berhadapan dengan JDT, kelemahan itu mulai tampak jelas. Memang tidak ada gol yang berhasil dicetak JDT saat itu, tapi beberapa kali Safiq Rahim dan kolega berhasil menembus pertahanan SLNA akibat keteledoran bek tuan rumah.

Selain itu, Song Lam Nghe An juga tidak akan tampil full team saat menjamu Persija, Kiper utama mereka, Tran Nguyen Manh, masih dirawat karena patah lengan saat melawan Tampines Rovers, dan gelandang Vo Ngoc Toan yang masih memulihkan kondisi setelah operasi lutut.

Pemain kunci

Tran Tien menyebut ada empat pemain kunci yang dimiliki Song Lam Nghe An. Pertama adalah sang kapten, Que Ngoc Hai, kemudian Ho Khac Ngoc yang berposisi gelandang, Michael Olaha penyerang asal Nigeria, dan dua pemain U-23 Vietnam yaitu Phan Van Duc dan Pham Xuan Manh.

Que Ngoc Hai yang berposisi bek tengah memiliki postur setinggi 182 sentimeter, dan cukup berpengalaman di pertandingan internasional. Ia sudah memiliki 26 caps di timnas Vietnam, walau usianya masih 24 tahun. Menarik untuk dinanti apakah ia dapat menjinakkan seorang Marko Simic.

Kemudian Ho Khac Ngoc dan Michael Olaha adalam tumpuan di lini masing-masing, Nama pertama merupakan pilar lini tengah sejak musim lalu, sedangkan nama terakhir sebenarnya bukan penyerang yang tajam, tapi rajinnya ia bergerak mencari dan membuka ruang membuatnya sulit dikawal.

Olaha biasanya akan bergerak sisi lapangan, agar para pemain seperti Van Duc dapat menyelinap dan muncul tiba-tiba di kotak penalti lawan. Akan sangat bahaya bagi Rezaldi Hehanussa ataupun Ismed Sofyan jika mereka lalai menjaga daerahnya.

Terakhir adalah dua pemain muda SLNA, Phan Van Duc dan Pham Xuan Manh. Apa kelebihan mereka? Bisa ditempatkan di manapun di semua sektor permainan kecuali kiper, Namun perlu dicatat bahwa mereka tidak hanya sekadar “mengisi” posisi itu, tapi juga memahami apa peran dan tugas yang harus diemban.

Rekor buruk lawan klub Indonesia

Vietnam dalam percaturan sepak bola Asia Tenggara termasuk tim yang kuat. Terutama bagi Indonesia, Vietnam (bersama Malaysia dan Thailand) adalah salah satu musuh bebuyutan yang sangat alot ditaklukkan. Meski demikian, bukan berarti Persija akan datang ke Vinh Stadium hanya untuk pulang dengan tangan hampa, karena SLNA memiliki rekor buruk kala berjumpa dengan klub-klub Indonesia.

Perjumpaan pertama Song Lam Nghe An dengan klub Indonesia terjadi di Liga Champions Asia 2000/2001. Saat itu di babak play-off, SLNA dibantai PSM Makassar 1-4 di kandang, dan imbang 0-0 di markas Juku Eja. SLNA kemudian baru mendapat kesempatan lagi untuk bertemu klub Indonesia pada tahun 2011 di Piala AFC, dan sayangnya lagi-lagi hasil buruk yang didapat.

Di fase grup Song Lam Nghe An sempat menghajar Sriwijaya FC 4-0 di kandang, tapi ketika away ke Palembang mereka gantian digilas dengan skor 1-3. Meski demikian, SLNA tetap berhak melaju ke babak 16 besar karena menjadi pemuncak klasemen Grup F, tapi di babak itulah SLNA kembali harus menelan kekalahan dari klub Indonesia. Mereka takluk 1-3 di tangan Persipura Jayapura yang di musim itu melaju hingga perempat-final.

Total, Song Lam Nghe An sejauh ini telah lima kali bertanding lawan klub Indonesia dengan hasil satu kemenangan, sekali imbang, dan tiga kekalahan. Untuk selisih gol, SLNA memang berhasil menceploskan 7 bola ke gawang klub Indonesia, tapi gawang mereka telah dihajar 10 kali, alias defisit tiga gol.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.